Sukses

Teror Bom di Gereja Medan

Polda Sumut terus mendalami motif dan kemungkinan adanya kelompok yang bertanggung jawab atas teror bom di Gereja Santo Yosep Medan.

Liputan6.com, Jakarta - Khidmatnya prosesi ibadah misa di Gereja Santo Yosep, Medan, Sumatera Utara, buyar ketika seorang pria berlari ke altar. Percikan api keluar dari ransel pria itu. Seorang pemuda berjaket warna emas itu berlari ke arah pastor sambil membawa sebilah pisau.

Puluhan Jemaat Gereja Katolik yang beralamat di Jalan Dr Mansyur, Nomor 75, Medan, itu bergegas menangkap pemuda itu dan mengambil ransel yang sudah terbakar. Para jemaah langsung melaporkan kejadian pada pukul 08.45 WIB itu ke kepolisian setempat.

Pastor Albert S Pandiangan yang saat itu menjadi incaran pemuda itu, terluka di lengan kirinya akibat terkena pisau. Sementara, pemuda yang membawa ransel itu terluka di kepalanya akibat akibat ledakan di ranselnya. Beberapa jemaat pinsan.

Kepolisian setempat langsung meringkus dan mengungkap identitas pemuda itu. Dari E-KTP yang disita kepolisian di kantong, pemuda itu berinisial IAH.

Pria kelahiran Medan 22 Oktober 1998 itu beralamat di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera Utara.

"Tidak ada korban, hanya si pembawa bom luka-luka kena ledakan sendiri," kata Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar kepada Liputan6.com, Minggu 28 Agustus 2016.

"Sebelum sampai di altar telah keluar percikan api dari ransel tersebut dan mulai membakar dirinya sendiri," sambung dia.

Polisi menemukan berbagai barang bukti di dalam ransel milik IAH, antara lain bom rakitan, pisau, kampak, sepeda motor, dan berbagai senjata tajam lainnya.

Selain meringkus si bomber, pihak kepolisian juga melakukan sterilisasi di gereja tersebut melalui tim Jihandak dari Satuan Brimob Polda Sumut.

Saksi mata bernama Jatmiko menuturkan, saat ibadah sedang berlangsung, ada dua orang yang mencoba meledakkan bom di dalam gereja. Namun saat melakukan aksinya, bom meledak dengan skala kecil.

"Kita sedang ibadah, lalu ada dua orang yang mau meledakkan bom, tapi enggak besar ledakannya, dan tidak ada korban jiwa. Satu pelaku lari keluar dan satunya lagi mau nyerang Pastor Albert S Pandiangan, dan langsung kita hentikan," kata Jatmiko, Minggu 28 Agustus 2016.

Hal yang sama juga diungkapkan saksi mata lain, Randa. Warga Medan ini mengaku sempat melihat IAH mencoba meledakkan bom, namun ia bersyukur bom tersebut tidak sampai melukai satu pun jemaat di dalam gereja.

"Sempat ngeri juga tadi. Saat lagi ibadah, tiba-tiba ada seorang yang mau ledakkan bom, saya juga lihat di badannya terlilit kabel," ujar Randa.

Setelah diringkus, IAH segera dilarikan ke rumah sakit. Termasuk sang pastor, Albert. Setelah dirawat di rumah sakit, pemuda belum genap 18 tahun itu langsung digiring ke Mapolresta Medan.

Keterlibatan Pihak Lain?

Usai digiring ke Mapolresta Medan, IAH langsung diperiksa. Pemeriksaan ini untuk menyelidiki motif ledakan bom bunuh diri dan dugaan adanya keterlibatan pihak lain.

"Motifnya belum bisa dipastikan. Kita masih lakukan penyelidikan, karena pelaku masih bungkam," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumut Kombes Nurfallah di lokasi kejadian, Minggu 28 Agustus 2016.

Dia mengatakan, pihaknya juga terus mendalami kemungkinan adanya kelompok yang bertanggung jawab atas teror bom tersebut. Namun pihak kepolisian belum bersedia mengaitkan aksi teror tersebut dengan kelompok tertentu.

"Belum bisa menyimpulkan," kata Nurfallah.

Namun, kata dia, sang bomber sempat mengakui jika disuruh oleh seseorang untuk melakukan aksi tersebut. Pihak kepolisian belum mengetahui identitas orang yang menyuruh pelaku itu.

"Sampai saat ini belum diketahui inisialnya," ujar Nurfallah.

Selain memeriksa, polisi juga membawa IAH ke tempat tinggalnya di Jalan Setiabudi, Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang. Polisi menggeledah rumah bercat krem itu.

KTP milik terduga yang meledakkan bom di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Dr Mansyur, Medan, Sumut. (Liputan6.com/Reza Perdana)

Selain memeriksa IAH, polisi juga memeriksa sejumlah saksi. Di antaranya Nana Manulang dan Antoni. Keduanya berada di dalam Gereja Santo Yosep Medan saat IAH Armadi Hasugian meledakkan bom dan menyerang Pastor Albert.

"Sebelum kejadian, seorang pria yang diduga pelaku duduk di sebelah saksi Nana. Dia melihat pelaku merakit yang diduga bom, karena ada pipa, kabel yang diselipkan di dalam jaket," kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Rina Sari Ginting di Medan, Minggu 28 Agustus 2016.

Saksi juga menyebutkan, setelah merakit bom, IAH berdiri dan dari dalam ranselnya tiba-tiba keluar percikan api dan suara ledakan seperti petasan yang tidak terlalu keras. Setelah itu, IAH mengejar sang pastor.

"Pastor mengalami luka di tangan sebelah kiri," kata Rina.

Terkait motif peledakan bom ini, ada dugaan seseorang berusaha membunuh sang pastor. Namun, polisi belum dapat memastikan karena masih terus menyelidiki motif sebenarnya dan dugaan keterlibatan pihak lain.

"Jadi motifnya ada seseorang yang berusaha membunuh Pastor," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumut Kombes Pol Nur Falah di Medan seperti dilansir Antara, Minggu 28 Agustus 2016.

Ledakan di Rumah

IAH dikenal tertutup dan kurang bergaul dengan tetangga sekitarnya. Seorang tetangga bernama S Siagian menuturkan, IAH dan keluarganya termasuk orang lama di lingkungan tempat tinggalnya.

"Dia memang jarang bergaul di sini, agak tertutup orangnya. Tapi saya lihat rajin ibadah anaknya, kalau enggak salah baru tamat sekolah," kata Siagian, Medan, Sumatera Utara, Minggu 28 Agustus 2016.

Sementara, Kepala Lingkungan 11, Kelurahan Tanjung Sari, Yulike, mengatakan keluarga IAH sudah 20 tahun tinggal di Gang Sehati. Dia juga membenarkan IAH kurang bergaul dengan warga sekitarnya.

"Iya, dia dan keluarganya kurang bermasyarakat dengan warga sekitar," kata Yulike.

Seorang tetangga bernama J Sagala juga tidak menyangka IAH menjadi pelaku bom bunuh diri. Menurut dia, pada Sabtu kemarin 27 Agustus 2016 ia sempat mendengar ledakan yang cukup kuat di rumah IAH yang bernomor 26 tersebut.

"Enggak nyangka aja, semalam memang sempat saya dengar ada ledakan gitu dari rumahnya, tapi enggak terlalu saya hiraukan," ungkap Sagala di Medan, Sumatera Utara, Minggu 28 Agustus 2016.

Atas kejadian ini, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin mengimbau masyarakat untuk tidak sepenuhnya percaya, pada informasi yang banyak disebar melalui media sosial.

"Jangan beropini ataupun menyimpulkan sendiri, serahkan saja sepenuhnya kasus ini di tangan kepolisian. Karena nantinya kepolisian yang bisa menyimpulkan penyidikannya," kata Eldin di Medan, Minggu 28 Agustus 2016.

Eldin bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), tokoh masyarakat Katolik, Ketua DPRD Medan, dan Anggota DPD RI Parlindungan Purba juga mengimbau masyarakat Kota Medan tidak terprovokasi atas persoalan yang ada.

"Untuk itu, marilah satukan persepsi agar kasus ini ditangani kepolisian," ucap dia.

Keluarga bomber Gereja Katolik Santo Yosep Medan sudah 20 tahun tinggal di Gang Sehati, Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera Utara. (Liputan6.com/Reza Perdana)

Eldin juga mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih atas reaksi cepat kepolisian dalam menangani masalah ini. "Saya apresiasi kepada pihak kepolisian, pelaku sekarang diamankan di Polda Sumut," ujar Eldin.

Sementara, Pastor Yosafat Ivo Sinaga mewakili Pastor Paroki meminta kepada kepolisian bekerja objektif dan profesional, dalam menangani kasus teror bom di Gereja Katolik Santo Yosep, Jalan Dr Mansyur, Medan, Sumatera Utara.

"Kita percayakan kepada aparat. Kita juga bersyukur atas kesiapsiagaan aparat dan jemaat gereja," kata Yosafat, Medan, Sumatera Utara, Minggu 28 Agustus 2016.

Yosafat juga mengimbau kepada umat Katolik di Jalan Dr Mansyur, Jalan Hayam Wuruk, dan Keuskupan, untuk tidak termakan isu liar. Pihaknya mempercayakan kepada aparat dalam kasus ini.

"Aparat juga kita minta segera menuntaskan masalah ini, agar minggu depan tetap ibadah seperti biasa. Kami mohon aparat memberikan rasa aman kepada semua jemaat di Sumut, agar aman melaksanakan ibadahnya," kata dia.

Ketua Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) Sumatera Utara Parlindungan Purba mengecam keras teror bom yang dilakukan remaja berinisial IAH itu.

Meski demikian, anggota DPD RI ini tetap mengajak masyarakat untuk menciptakan kesejukan antarumat beragama di Sumut.

"Biar masalah ini ditangani polisi. Kita yakini ini akan ditangani serius. Masalah hukum kita serahkan kepada polisi dan mudah-mudahan ini tidak terjadi lagi di kemudian hari," punkas Parlindungan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.