Sukses

Pesona Lukisan Relief khas Bali

Efek yang dimunculkan lukisan relief khas Bali yaitu tampilan tiga dimensi. Inilah budaya turun-temurun yang dipertahankan seorang seniman bernama Ida Bagus Okayana.

Liputan6.com, Gianyar: Lukisan relief begitu terkenal di Bali. Salah seorang seniman yang terus melestarikan kemampuan mengukir dan melukis itu adalah Ida Bagus Okayana, yang mendapatkan pengetahuan seni lukisan relief dari orang tuanya.

Sembari menunjukkan toko seni miliknya yang persis di depan rumahnya di Desa Batuan, Gianyar, Okayana bercerita mengenai kecintaannya pada lukisan relief. Sejak duduk di kelas lima Sekolah Dasar atau sekitar tahun 1975, ia sudah menekuni bidang seni tersebut. Apalagi, orang tuanya bisa menghidupi keluarga dari kesenian itu.

Keistimewaan lukisan relief terletak pada perpaduan warnanya yang indah. Butuh kepekaan terhadap selera warna agar tercipta warna yang klasik. Agar menghasilkan kesan tiga dimensi, seni lukis itu digabung dengan ukiran pada media papan kayu kapelan setebal dua sentimeter. Perpaduan dua kemampuan itu bisa dibilang unik. Berbeda dengan karya seni lain yang mengandalkan lukisan atau ukir saja.

Okayana biasanya mengambil tema pewayangan Mahabarata. Tak jarang tema modern atau aktivitas sosial sehari-hari menjadi ide untuk dituangkan pada lukisan reliefnya. Ditambahkan pria itu, untuk pembuatan lukisan ukuran kecil biasanya memakan waktu 2-3 hari dan untuk ukuran besar membutuhkan waktu sepekan. Sementara lukisan yang digunakan sebagai penyekat ruangan, katanya, bisa dikerjakan selama sebulan.

Ketekunan itu mendatangkan keuntungan yang lumayan. Pembeli Okayana datang dari Amerika Serikat, Australia, dan Belanda. Ia biasa menjual mulai Rp 200 ribu hingga Rp 8 juta per lukisan. Di sisi lain, ia turut mempertahankan budaya khas Bali itu secara turun-temurun.(OMI/SHA)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini