Sukses

Panglima TNI Ajak Mahasiswa Siap Hadapi Proxy War

Menurut dia proxy war ini terjadi karena adanya kebutuhan negara-negara besar akan sumber daya hayati di negara lain.

Liputan6.com, Bogor - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengajak elemen bangsa, khususnya mahasiswa untuk menyiapkan diri dalam situasi proxy war

"Mahasiswa harus selalu menggunakan akal pikiran dan hati nurani serta sebagai pengawal tatanan masyarakat," kata Gatot saat memberikan kuliah umum kepada ratusan mahasiswa baru pascasarjana Universitas Pertahanan, Sentul, Bogor, Jumat 26 Agustus 2016.

Gatot menjelaskan, proxy war adalah suatu istilah yang digunakan sekarang untuk menggambarkan kondisi konfrontasi antara kekuatan-kekuatan besar dengan menggunakan pihak ketiga untuk menghindari konfrontasi langsung. Seperti situasi di Timur Tengah dengan Arab Spring sangat dipengaruhi perang sumber minyak.

Biasanya, lanjut Gatot, para "pemain pengganti" ini adalah negara-negara kecil atau bisa juga aktor non-negara seperti lembaga swadaya masyarakat, ormas, kelompok masyarakat atau individu.

Menurut dia proxy war ini terjadi karena adanya kebutuhan negara-negara besar akan sumber daya hayati di negara lain, karena adanya krisis kelangkaan pangan global.

"Ini karena lonjakan pertumbuhan penduduk dunia tidak seimbang dengan pertumbuhan ketersediaan pangan. Dan Indonesia mau tidak mau masuk dalam situasi itu, apalagi posisi Indonesia sangat strategis di dunia internasional," terang Gatot.

Kondisi geografis Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang melimpah jadi sasaran empuk kepentingan negara-negara lain yang mengincar kekayaan alam Indonesia. "Perang telah bergeser dari perang konvensional menjadi perang perebutan ekonomi, pangan, energi, dan air," tambah Gatot.

Menurut dia, banyak cara yang dilakukan dalam melemahkan suatu negara dalam proxy war ini, di antaranya adalah menghancurkan generasi muda suatu negara melalui penyebaran budaya konsumtif, narkoba, adu domba, judi, dan lain-lain.

Gatot mengatakan bahwa yang dapat dilakukan adalah kembali menjalankan nilai-nilai jati diri bangsa seperti nilai gotong royong, tolong-menolong, kemajemukan, dan budi pekerti sehingga tidak mudah dipecah belah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini