Sukses


Ketua MPR: Perlu Penghayatan Agar Demokrasi Menjadi Bernyawa

Demokrasi menuntut penghayatan dan kesadaran yang kuat sehingga menjadi indah dan bernyawa. Demokrasi juga menuntut etika para pelakunya.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak hal yang telah dicapai selama perjalanan refomasi 18 tahun. Beberapa di antaranya adalah otonomi daerah, pemilu dan pemilihan presiden (pilpres) secara langsung. Menurut Ketua MPR Zulkifli Hasan, reformasi, membuka jalan bagi siapapun untuk menjadi apapun.

"Banyak lagi yang telah kita capai dan dunia internasional pun mengakui capaian ini. Namun, demokrasi tak hanya prosedur dan kelembagaan, tapi juga harus ada etika dari pelaku-pelakunya, harus ada penghayatan dan kesadaran yang kuat agar demokrasi menjadi indah dan bernyawa," ungkap pria yang biasa disapa Zulhas ini saat panduan di Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD di Kompleks Senayan Jakarta, Selasa (16/8/2016).

Dia kemudian memaparkan kalau demokrasi juga menuntut gagasan dan idealisme agar selalu ada pembaruan dan pencerahan yang terus menerus.

"Agar kita tak terjebak pada pragmatisme, hawa nafsu, dan kepentingan-kepentingan jangka pendek. Semuanya berporos pada kepentingan nasional, bukan kepentingan individu, keluarga, atau kelompoknya," papar Zulhas.

"Kita tahu kesenjangan ekonomi kita demikian lebar. Masalah disparitas ini bukan semata soal mentalitas manusia tapi memang karena ada problem-problem struktural. Hal itu hanya bisa diubah dengan intervensi negara," sambung dia.

Ia pun menjelaskan caranya. Yaitu, pemerintah bisa memberikan arahan, membuka jalan, menyiapkan jalur, juga menyiapkan sarana bagi para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM).

"Persatuan di bidang ekonomi adalah kebutuhan mendesak bangsa Indonesia. Jangan biarkan kantong-kantong usaha kecil terus tergusur. Jangan biarkan tenaga kerja kita dipinggirkan tenaga kerja asing, apalagi di saat masalah pengangguran masih tak terselesaikan," ucapnya.

Ketua Umum PAN ini pun mengingatkan kalau perbedaan pendapat tak akan memicu perdebatan, tetapi justru dapat membuka lebar kehidupan sosial kita. Ia menambahkan, solidaritas sosial mudah roboh jika cita-cita kebajikan dan kesejahteraan bersama tak terpenuhi.

"Bila demokrasi hanya memberi keuntungan bagi segelintir orang, seraya meminggirkan sebagian besar orang, sekuat apapun rasa persatuan kita pada akhirnya bisa pecah. Kemiskinan dan kesenjangan adalah lahan subur bagi fundamentalisme, terorisme dan radikalisme," pungkas pria berkacamata ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini