Sukses

6 Fakta Baru Kepribadian Jessica Wongso

Ratih adalah salah satu psikolog yang memeriksa kondisi kejiwaan Jessica pasca ditetapkan sebagai tersangka.

Liputan6.com, Jakarta - Sidang lanjutan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso yang digelar pada Senin 15 Agustus 2016 mengagendakan pemeriksaan dua saksi. Mereka adalah Ahli Psikologis Klinis Universitas Indonesia (UI) Antonia Ratih Andjayani dan Asisten Rumah Tangga Jessica berinisial NS.

Namun saat sidang dimulai, hanya Antonia yang memenuhi panggilan. Sementara NS berhalangan hadir. Akhirnya sidang selama hampir 8 jam itu hanya diisi keterangan Ratih.

Ratih adalah salah satu psikolog yang memeriksa kondisi kejiwaan Jessica pasca perempuan tersebut ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Metro Jaya. Saat memberikan kesaksian kemarin, Ratih mengungkapkan enam fakta baru tentang Jessica.

1. Bukan Psikopat atau Kepribadian Ganda

Ayahanda Mirna, Darmawan Salihin pernah mencurigai Jessica menderita kelainan jiwa seperti psikopat dan berkepribadian ganda. Namun dari hasil penelitian Ratih terhadap Jessica, kondisi kejiwaan terdakwa pembunuh Mirna itu sehat dan normal. Tak ada indikasi seperti yang disebutkan Darmawan.

"Yang bersangkutan tidak menampilkan adanya indikasi berkepribadian ganda dan tidak ditemukan adanya kemungkinan yang bersangkutan bisa dirujukan menjadi psikopat," kata Ratih saat memberikan kesaksian untuk Jessica di persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin 15 Agustus 2016.

Ratih menjelaskan, pengertian psikopat adalah seseorang yang daya empatinya tidak berkembang secara sehat atau jika diukur dengan angka hasilnya nol. Dalam hubungan dengan orang-orang sekitar, seorang psikopat tidak dapat merasakan emosi orang lain.

"Bisa juga bersikap dingin atau nuraninya tidak berkembang," ujar Ratih.

2. Tidak Memiliki Kelainan Seksual

Pada awal kasus kematian Mirna mencuat di media massa, terselenting isu motif Jessica membunuh Mirna karena cemburu mengetahui Mirna sudah menikah dengan Arief Soemarko. Disebut-sebut kedekatan Mirna dan Jessica lebih dari sekedar relasi pertemanan.

Namun Jessica sedari awal membantah penyuka sesama jenis. Alibi terkuatnya adalah dia memiliki pacar laki-laki selama tinggal di Sydney Australia.

Ratih berpendapat, secara kasat mata tak nampak indikasi Jessica seorang lesbian. Hemat Ratih, orientasi seksual Jessica masih kepada laki-laki. Namun Ratih menyarankan hakim untukenanyakan hal tersebut kepada ahli psikologi seksual, jika ingin mengetahui keakuratan analisa orientasi seksual Jessica.

"Secara kasat mata tidak terlihat adanya kelainan seksual. Tapi harus digali lebih dalam lagi dengan melibatkan psikolog seksual," ucap Ratih

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Amorous Narcissistic

3. Berkepribadian Amorous Narcissistic

Jessica Kumala Wongso memiliki tipe kepribadian yang dalam dunia psikologi disebut Amorous Narcissistic. Ahli Psikologi dari Universitas Indonesia (UI) Antonia Ratih Andjayani menjelaskan orang dengan tipe kepribadian tersebut memiliki karakteristik haus perhatian dan pujian dari orang-orang di sekitarnya.

"Menyukai adanya admirasi, pemujaan, penerimaan, kekaguman menjadi kebutuhan orang dengan kepribadian narsisistik. Narsisistik di sini berkaitan dengan bagaimana dia butuh keberadaannya diakui dengan achievement dia, prestasi, pencapaian-pencapaian yang dimiliki," kata Ratih saat bersaksi untuk perkara pembunuhan Mirna di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (15/8/2016).

Sifat negatif dari Amorous Narcissistic adalah seringkali menggunakan kebohongan yang rumit untuk berdalih, mengalihkan topik dari satu hubungan ke hubungan yang lain. Dan hal tersebut, kata Ratih, terjadi saat ia memeriksa Jessica selama 6 jam di Markas Polda Metro Jaya pasca Jessica menjadi tersangka.

"Ada hal-hal yang ditemukan tidak sinkron. Ketika dibilang dia orangnya pemaaf, dalamm pertanyaan yang berikutnya itu bisa berbeda. Ketika masuk dalam pola relasi, jawaban-jawaban Jessica itu sifatnya yang sangat common (umum). Jadi nggak bisa masuk sampai detail ke dalam," jelas Ratih.

4. Minum Cocktail Hanie

Fakta baru, Jessica mencicipi cocktail yang ia beli untuk Hanie lalu menyisakan. Ratih mempersilakan masyarakat menilai seperti apa sifat Jessica dengan perilakunya yang seperti itu.

"Setelah cocktailnya abis, dia (Jessica) minum cocktail Hanie. Sebenarnya cocktail orang diminum, itu nggak sopan. Semestinya dia bisa memesankan ulang untuk teman-temannya. Karena dia minum jatahnya Hanie, nggak dia habisin, terus dia geser minumannya," kata Ratih saat bersaksi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (15/8/2016).

Ratih berpendapat semestinya Jessica tidak berbuat seperti itu jika tulus beritikad baik kepada teman-temannya. Seharusnya Jessica memberikan yang terbaik jika ingin menraktir teman-teman lamanya.

"Mestinya dia tidak mencemari dengan cara dicicipi. Kalaupun iya, bisa pesan ulang. Pesan (minuman)sejam sebelumnya pun sebenarnya akan membuat rasa minuman berkurang kualitasnya," jelas Ratih.

3 dari 3 halaman

Asmara Masa Lalu

5. Tak Suka Asmara Masa Lalu Diungkit

Ratih mengaku pernah mendapat perilaku ketus dari Jessica Kumala Wongso, saat dirinya menyinggung masa lalu dan hubungan asmara Jessica. Semula, kata Ratih, Jessica aktif dan responsif menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar dirinya sendiri.

"Ekspresi Jessica berubah 180 derajat, yang tadinya ramah, tadinya cukup kooperatif, langsung tampak berubah dingin dan ketus, dan bahasa tubuh yang kakinya ke arah saya masih terbuka sekarang tertutup. Ini gestur yang mengisyaratkan menolak," ujar Ratih saat bersaksi untuk sidang perkara Jessica Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (15/8/2016).

Sebagai psikolog, naluri Ratih untuk mengetahui lebih jauh alasan Jessica menolak menceritakan hubungan asmara dan masa lalunya muncul. Namun hasilnya nihil, karena Jessica tetap pada pendiriannya untuk bersikap antipati. Akhirnya Ratih menyudahi observasi dan menjadikan sikap antipati Jessica sebagai catatan untuk timnya, agar memperdalam masalah masa lalu dan cerita hubungan pribadi Jessica lebih jauh.

"Ada hal-hal yang tidak bisa kami gali, terutama tentang permasalahan hubungan, masa lalu, emosi lebih dalam, itu tidak mampu tergali. "Ini jadi pertanyaan besar. Dan ini kami share ke tim lanjutan yang memeriksa lebih lanjut," ucap Ratih.

6. Di Balik Senyum dan Ketenangan Jessica

Jessica yang kini terancam hukuman penjara seumur hidup bahkan bisa dikenakan hukuman eksekusi mati karena didakwa membunuh temannya sendiri, Wayan Mirna Salihin, nampak santai menjalani persidangan atas dirinya. Ekspresi Jessica yang tidak seperti biasa itu diamati oleh Hakim Anggota Binsar Gultom.

"Banyak persidangan yang kami lewati dan kami melihat wajah-wajah terdakwa biasanya sedih, murung, tidak berseri-seri lah. Sementara terdakwa Jessica ini terlihat tenang. Apakah saudara bisa menilai sikap terdakwa ini?" tanya Binsar kepada Psikolog Klinis Antonia Ratih Andjayani yang hadir sebagai ahli di sidang perkara Jessica, Senin (15/8/2016).

"Berkilau-kilau ya Yang Mulia," timpal Ratih.

Ratih kemudian menyampaikan analisanya bahwa Jessica memiliki kepribadian narsistik. Dimana ia sangat suka menjadi pusat perhatian. Terkait latar belakang Jessica mampu bersikap santai saat persidangan, Ratih beranggapan Jessica menikmati perhatian masyarakat atas dirinya.

"Merujuk pada hasil analisa saya, kita berbicara tentang personality profile. Menjadi center of attention memberikan enerji kepada Jessica," ujar Ratih.

Ratih mengatakan lebih lanjut, kesenangan Jessica saat berhasil mencuri perhatian publik adalah ciri khas dari karakter pribadi narsistik. "Semakin banyak atensi yang diterima menjadi enerji," tutur Ratih.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.