Sukses

Top 3: Pembangunan Relokasi Warga Sinabung yang Berujung Rusuh

Rencana pembangunan relokasi mandiri untuk 1.683 kepala keluarga korban erupsi Gunung Sinabung mendapat penolakan warga Desa Lingga.

Liputan6.com, Jakarta Rencana pembangunan relokasi mandiri untuk 1.683 kepala keluarga korban erupsi Gunung Sinabung mendapat penolakan warga Desa Lingga. Penolakan itu berujung pada kerusuhan antara aparat dengan masyarakat pada Jumat 29 Juli lalu. Kabar ini menjadi berita yang paling banyak dibaca sepanjang Minggu kemarin.

Disusul oleh pengakuan Anggita Sari, model yang juga mantan pacar terpidana mati Freddy Budiman mengaku tidak kaget dengan curhatan Freddy kepada Koordinator Kontras Haris Azhar. Demikian pula dengan ulasan panjang tentang eksekusi mati Freddy Budiman serta misteri yang ditinggalkannya.

Top 3 News Selengkapnya:

1. Penolakan Pembangunan Relokasi Warga Sinabung Berujung Rusuh

Alat berat yang dibakar warga di lahan Relokasi Mandiri Tahap II  Desa Lingga, Kabupaten Karo, Sumut, Jumat (29/7/2016)

Rencana pembangunan relokasi mandiri untuk 1.683 kepala keluarga korban erupsi Gunung Sinabung di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara mendapat penolakan masyarakat Desa Lingga.

Berbagai upaya telah dilakukan banyak pihak, namun masyarakat Desa Lingga tetap menolak dan berujung pada kerusuhan antara aparat dengan masyarakat pada Jumat 29 Juli lalu. Satu orang meninggal dunia dan satu orag kritis.

Berdasarkan laporan Polres Karo, kontak fisik itu berawal pada Jumat siang lalu. Ketika itu pihak pengembang tengah membongkar pagar yang sebelumnya dipasang oleh warga Desa Lingga yang mengklaim bahwa lahan itu adalah jalan pemotongan menuju Desa Lingga.

Selengkapnya...

2. Anggita Sari: Mas Freddy Sering Bilang Lagi Rapat Sama...

Anggita Sari (Instagram/@anggitasariofficial91)

Anggita Sari, model yang juga mantan pacar terpidana mati Freddy Budiman mengaku tidak kaget dengan curhatan Freddy Budiman kepada Koordinator Kontras Haris Azhar terkait dugaan adanya pejabat tinggi negara yang 'bermain' dalam peredaran narkoba.

Anggita mengungkapkan dirinya mengetahui adanya pertemuan Freddy Budiman dengan oknum pejabat-pejabat tinggi. Anggita mengaku tidak kenal siapa dan apa jabatan orang-orang yang bicara dengan Freddy, namun setiap ada pembicaraan atau pertemuan, mereka termasuk yang diistimewakan. Dan itu diketahui dirinya saat mengunjungi Freddy di Lapas Cipinang 2014 lalu.

"Saya taunya waktu di Cipinang. Mas Freddy setiap saya telepon atau pas lagi kunjungan kan saya hubungi dulu tuh, nah sering juga dia bilang 'saya lagi rapat sama hmmmhhhh...jadi tunggu ya' dia bergumam gitu dan saya sudah nangkap apa maksudnya. Orang penting itu," ungkap Anggita kepada Liputan6.com lewat sambungan telepon di Jakarta, Minggu (31/7/2016).

Selengkapnya...

3. Freddy Dieksekusi, Freddy Sisakan Misteri

Ambulans bernomor 7 yang mengangkut jenazah Freddy Budiman, Cilacap, Jawa tengah,Jumat (29/7). Jenazah Freddy direncanakan dibawa ke rumah duka di Jalan Krembengan Baru VII, Surabaya, Jawa Timur. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Ini bukan sekuel dari American Gangster. Sebuah film tentang perjalanan panjang gembong narkoba yang menjadikan aparat hukum sebagai tameng bisnis haramnya. Bukan juga tentang cerita Kill The Messenger, dimana negara adidaya Amerika Serikat terlibat dalam bisnis narkoba untuk membiayai perang saudara di Nikaragua. Ini cerita tentang aparat yang disebut-sebut menerima sejumlah fulus dari bisnis narkoba Freddy Budiman, napi yang sudah menjalani eksekusi mati.

Sesaat setelah eksekusi mati, sebuah tulisan menggegerkan jagad dunia maya. Tulisan itu tersebar dengan cepat. Dari satu link media sosial satu ke media sosial lainnya. Isinya, tentang pengakuan seorang terpidana mati (sudah dieksekusi) Freddy Budiman yang mengaku menyetor ratusan miliar rupiah kepada aparat. TNI, Polri, BNN, dan Bea Cukai.

Di akhir tulisan tertanda nama si penulis, Haris Azhar, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras). Berikut isi tulisan yang tersebar di beberapa lini massa.

Selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.