Sukses

Dahlan: "Menaikkan Tarif Listrik Bukan Agenda Saya"

Sejak santer disebut sebagai pengganti Fahmi Mochtar, hingga dilantik sebagai Dirut PLN, protes dan penolakan terhadap Dahlan Iskan dari SP PLN cukup kuat. Apa kata Dahlan soal protes itu? Ikuti wawancara khusus Liputan 6 SCTV dengan CEO Jawa Pos Grup ini.

Liputan6.com, Jakarta: Dahlan Iskan, CEO Grup Jawa Pos, pengusaha pabrik kertas dan pemilik PLTU, dilantik menjadi Direktur Utama PLN. Sejak santer disebut sebagai pengganti Fahmi Mochtar --yang dinilai gagal mengatasasi masalah krisis litrik-- hingga dilantik Rabu (23/12) pekan lalu, muncul protes dari internal PLN. Mulai soal bukan orang dalam, khawatir akan ada konflik kepentingan, hingga dinilai tidak memahami bisnis PLN. Namun, saat wawancara khusus dengan Liputan 6 SCTV, dua jam sebelum dilantik, Dahlan menjawab semua keraguan itu, sekaligus visinya menjalankan bisnis BUMN bidang setrum ini. Berikut petikannya:

Bagaimana ceritanya, Anda bisa menjadi Direktur Utama PLN?
Saya juga bingung, wartawan kok diminta memimpin PLN. Saya kaget dan tidak menyangka. Lantas saya tanya, apa nggak salah?  Insinyur bukan, orang dalam juga bukan.

Jadi, apa yang mereka harapkan dari Anda?
Mereka inginkan leadership dan management dari saya. Kalau ini, clear, karena memang bidang saya. Jangan nanti saya diminta memperbaiki gardu yang rusak, pasti ga bisa, bukan bidang saya. Atau disuruh naik ke tower, memperbaiki jaringan yang terganggu.

Ngomong-ngomong, siapa yang menghubungi Anda waktu itu?
Menko Perekonomian (Hatta Rajasa, red)

Anda dihubungi karena sukses memimpin Grup Jawa Pos?
Saya kira itu 50 persen. Yang lainnya, saya dinilai sukses memimpin sejumlah perusahaan daerah di Jawa Timur, dan punya usaha di bidang pembangkit listrik.

Bagaimana ceritanya, dari berbisnis media kemudian Anda tertarik berbisnis setrum?
Setelah Grup Jawa Pos berkembang, saya bangun dua pabrik kertas (PT Adiprima Suraprinta, di kawasan Gresik, red). Namun selama beroperasi, kedua pabrik ini tiap bulan membayar listrik 8 hingga 10 miliar rupiah. Saya pikir boros juga. Saya kemudian berpikir, mengapa tidak membangun pembangkit listrik saja. Apalagi kedua pabrik kertas itu tidak beroperasi setiap Sabtu dan Minggu, akibat voltasenya turun. Bahkan, karena pabrik sering terganggu, saya sempat tidak percaya PLN. Bayangkan, beban listrik pada Sabtu-Minggu biasanya kurang, tapi kok voltase di pabrik saya turun. Kalau begini terus pabrik akan rugi. Saya nggak mau.

Anda terjun ke bisnis yang begitu kompleks dan PLN saja, yang sudah bertahun-tahun, masih tekor?
Waktu di pabrik kertas, saya belajar tentang listrik. Karena ingin punya pembangkit sendiri, saya belajar ke China, yang punya pembangkit listrik ukuran sedang. Hampir dua tahun saya intensif ke sana. Untuk pembanding, saya juga ke Itali, yang punya spesifikasi sama dengan China. Merasa cukup, saya bangun satu pembangkit dengan kapasitas 25 megawatt, di sebelah pabrik kertas saya di Gresik, Jawa Timur. Saat proses pembangunan berlangsung, saya nempel terus agar mengerti bagaimana bisnis pembangkit listrik bisa berjalan. Berjalan dua tahun di Gresik, ada permintaan dari Kalimantan Timur yang menghadapi krisis. Aneh kan, di kawasan penghasil batu bara terbesar, pembangkit listriknya bukan menggunakan batu bara, tapi solar dan gas. Biayanya mahal sekali. Karena sudah berpengalaman, dan kebetulan juga di kampung isteri saya, permintaan itu saya penuhi. Saya bangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Embalut, berpatungan dengan pemerintah daerah. dengan kapasitas 2 x 25 megawatt.

Mungkin karena punya PLTU, Serikat Pekerja PLN menolak Anda, khawatir akan terjadi konflik kepentingan?
Kalau ini dikhawatirkan bukan masalah besar. Saya ikuti aturan. Kalau harus melepas, saya lepas. Melepas PLTU Embalut bagi saya tidak masalah, karena merugi. Kalau ada yang mau beli dengan harga bagus, saya senang sekali.

Kok bisa rugi, listriknya dijual ke mana?
Kan saya jual ke PLN. PLN membeli dengan harga murah. Saya malah rugi hingga 5 miliar perbulan. Inilah yang menjadi problem di beberapa daerah. Pembangkit dibangun swasta, tapi listriknya dibeli PLN dengan harga murah. Saya nanti akan benahi masalah ini, agar swasta tetap berminat membangun pembangkit di daerah, yang pasokan PLN terbatas. PLN kan punya kemampuan terbatas, sehingga swasta akan didorong membangun. Tapi kalau kondisinya seperti ini, siapa yang mau berinvestasi.

Kalau PLN menaikkan harga beli ke swasta konsumen yang dibebani, dan ujung-ujungnya menaikkan tarif listrik? 
Saya tidak berbicara tarif naik atau tidak. Soal kenaikan tarif dasar listrik bukan urusan PLN, tapi pemerintah. Jika subsidi dikurangi, tarif pasti naik karena PLN tidak menanggung subsidi. Atau bisa sebaliknya. Agenda saya, bukan dengan menaikkan tarif tapi melakukan efisiensi. Caranya, dengan menurunkan biaya produksi yang sangat besar. Jika biaya produksi ditekan, subsidi pemerintah bisa dikurangi tanpa menaikkan tarif. 

Sebelumnya, PLN berencana menaikkan tarif listrik awal 2010. Bagaimana Anda menyikapinya?
Yang terpikirkan oleh saya saat ini bukan menaikkan tarif, tapi menekan biaya produksi. Saya punya dua jurus untuk menekan biaya produksi. Pertama, mengatasi kekurangan pasokan gas, yang setiap hari butuh hingga 1 juta MMBTU (Million Metric British Thermal Units). Karena belum terpenuhi, pembangkit dijalankan dengan solar dan biayanya sangat boros. Kalau pasokan gas ke seluruh pembangkit cukup, PLN bisa menghemat sekitar 15 triliun pertahun.

Masalahnya, apakah pasokan gas terjamin, karena selama ini banyak di ekspor. Apalagi harga di luar negeri bagus?
Perlu dukungan kebijakan. Kalau pemerintah atau para pejabat terkait setuju, saya akan berusaha agar PLN benar-benar bisa mendapatkan gas. Mendingan dicari bagaimana caranya agar PLN dapat gas. Apalagi produksi gas yang sangat banyak.

Kalau ini tidak berhasil, rencana lain?
Saya punya jurus kedua, membangun terminal LNG-gasifikasi. Terminal ini diperlukan agar bisa mengimpor LNG atau gas alam cair dari Timur Tengah, yang harganya masih murah. Melalui terminal, LNG kita ubah jadi gas. Karena PLN tidak punya uang, yang membangun terminalnya pihak lain. Pemerintah bisa tunjuk PN Gas, Pertamina, atau perusahaan lain. Yang penting PLN dapat gasnya. Hingga kini banyak pembangkit milik PLN, yang didesain menggunakan gas, tapi masih menggunakan solar.

Anda masuk saat pelanggan listrik sedang "tidak menyukai" PLN. Belakangan listrik byar-pet, tidak hanya di Jakarta dan Jawa, tapi juga luar Jawa. Apa upaya Anda untuk mengatasinya?
Khusus untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya dan Pulau Jawa, masalah ini sudah selesai sejak 19 Desember. Gardu yang terbakar dan rusak sudah diganti. Soal gardu rusak atau terbakar, repot memang. Bisa saja, baru seminggu saya bertugas ada gardu yang rusak atau terbakar, bisa habis saya. Ini adalah masalah lain yang juga serius. Bayangkan, di Pulau Jawa saja, PLN tidak punya trafo cadangan. Trafo yang terbakar di Gardu Induk Cawang saja diambil dari Krian, Jawa Timur. Jika ada lagi trafo meledak, dan bisa berlangsung kapan saja, itu berbahaya. Sebab tidak ada trafo cadangan. Soal trafo cadangan ini akan saya bahas khusus dengan direksi

Selain soal byar-pet, pasokan listrik juga masih kurang. PLN pernah memindahkan beban puncak, dari hari kerja ke hari
libur Sabtu-Minggu. Kalangan industri bahkan "dipaksa" beroperasi penuh pada Sabtu-Minggu dan mengganti hari libur karyawan pada hari kerja.
Untuk Jakarta dan pulau Jawa, sebetulnya cukup, tapi perlu dipikirkan kebutuhan yang terus bertambah. Yang jadi masalah di luar Jawa, dan saat ini betul-betul krisis. 

Lalu, apa yang akan Anda lakukan?
Saya akan membangun sekitar 100 PLTU kecil-kecil di berbagai wilayah. Dengan pembangkit kecil-kecil, investasi tidak terlalu besar. Tidak perlu bayar konsultan asing, dan peralatannya cukup produk dalam negeri.

Berapa tahun diperlukan untuk mengatasi krisis listrik di luar jawa.
Mungkin antara 2 sampai 2,5 tahun, tapi tidak sampai 5 tahun, asal mendapat dukungan semua pihak. Termasuk pembicaraan antar-departemen. (ETA)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini