Sukses

Tawa, Haru dan Sukacita di Hari Pertama Masuk Sekolah

Suasana ceria dan sukacita menyambut pagi di hari pertama masuk sekolah.

Liputan6.com, Jakarta - Boy tak kuasa membendung air mata saat mengantarkan sang anak di hari pertama masuk sekolah. Ia terharu karena baru kali ini dapat mengantarkan buah hatinya itu ke sekolah. Bahkan, hingga putranya duduk di bangku kelas 2 dan 3 SMP.

Maklum saja, pria yang berprofesi dokter spesialis obstetri dan ginekologi ini terlalu sibuk dengan kegiatannya yang padat sebagai dokter. Ia pun tak menyia-nyiakan momen berharga kali ini.

Dari sakunya, ia kemudian mengambil gambar dan merekam kegiatan anaknya itu di hari pertama sekolah dengan senyum semringah. "Ini baru pertama bagi saya (antar anak sekolah)," ujar Boy sembari menyeka air matanya di Labschool Rawamangun, Jakarta Timur, Senin 18 Juli 2016.

Ia mengaku sangat bangga bisa ikut berpartisipasi di hari penting ini. Boy mengakui kehadiran orangtua di hari pertama masuk sekolah merupakan dukungan moril kepada sang buah hati.

"Ini merupakan suatu investasi bagus bagi anak-anak. Paling enggak secara psikologis mereka senang ada orangtua hadir, tak hanya kasih biaya tapi bisa hadir dan merasakan," sebut Boy.

Ia sendiri mengakui pertama kali tergerak untuk mengantar anaknya ke sekolah berkat imbauan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan yang dikirim melalui pesan singkat di ponselnya.

"Iya (saya tahu gerakan orangtua antar anak sekolah dari Kemendikbud) dari SMS. Ini bagus sekali," ujar Boy.

Dia mengapresiasi ide Mendikbud yang membuat gerakan ini. Hal ini dapat memaksa orangtua meluangkan waktu untuk anaknya di tengah kesibukannya untuk memberi semangat bagi kegiatan pendidikan anak dengan aksi nyata.

"Hari ini saya tidak ada operasi dengan kesibukan saya ini momen langka. Ini bagus untuk ingatkan orangtua bahwa anak-anak memang di rumah, tapi kegiatan mereka lebih banyak di sekolah. Jadi kita tak hanya terima laporan tapi juga bisa rasakan suasana," tutur Boy.

Salah satu orangtua menemani anaknya sebelum masuk kelas di SDN Manggarai 17 Pagi, Jakarta, Senin (18/7). Para orangtua terlihat ramai datang ke sekolah mengantar anaknya pada hari pertama masuk sekolah tahun ajaran 2016/2017. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Tak jauh berbeda dengan Boy, Rudi Irawan, warga Jalan Betawi, Kecamatan Sematang Borang, Palembang Sumatera Selatan ini, bahkan rela ambil cuti satu hari demi mengantarkan anaknya pertama kali masuk sekolah.

"Saya sengaja off kerja hari ini, khusus untuk mengantarkan anak kedua saya pertama kali masuk sekolah. Saya berbagi tugas dengan istri yang juga mengantarkan anak pertama masuk sekolah di sekolah yang berbeda," ungkap dia.

Rudi mengantar anaknya masuk ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 121, di Jalan Betawi Raya Kecamatan Sematang Borang, Palembang. Anaknya pun semangat untuk memulai hari pertama. Terlebih, Rudi memang meluangkan waktu untuk menunggu sang anak hingga jadwal kegiatan belajar mengajar (KBM) pertama habis.

Yokhe Firmansyah (30), warga Jalan Perindustrian 2 Kampung Sukadamai Kecamatan Sukarame Palembang ini pun meluangkan waktunya untuk mengantarkan sang anak masuk Taman Kanak-Kanak (TK) untuk pertama kali.

Apalagi, anaknya juga bersemangat saat orangtuanya mengantarkan.

"Saya ingin momen pertama kali dia masuk sekolah, ada saya juga di sampingnya. Jadi sebagai bentuk dukungan ke anak saya. Ini saya sempatkan saja karena saya juga masuk kerja pagi," ujar Yokhe kepada Liputan6.com, seusai mengantarkan anaknya masuk di TK Ceria, Kecamatan Sukarame, Palembang.

Tak hanya Yokhe, para ayah siswa TK Ceria lainnya juga ramai mengantar anak-anaknya untuk masuk sekolah di hari pertama. Meskipun masih didominasi ibu-ibu, Yokhe tetap bersemangat mengantarkan anaknya sampai masuk ke kelas untuk mengikuti jam pelajaran pertama.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gaya Pejabat Antar Anak

Kegiatan mengantar anak di hari pertama masuk sekolah juga dilakukan oleh sejumlah pejabat. Salah satunya, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang mengantar sendiri kedua anaknya, Ahmad Habibie Bungsu Maula Akbar dan Yudhistira Manunggaling Rahmaning Hurip, dari rumah dinas di Jalan Gandanegara No 25.

Uniknya, mereka semua tidak menggunakan kendaraan bermotor melainkan menggunakan sepeda.

Dedi terlebih dahulu mengantarkan anak keduanya, Yudhistira menuju SMPN Kahuripan Padjadjaran Purwakarta. Yudhistira kini duduk di kelas 7 di SMP yang berbasis nilai Kesundaan itu. Dedi langsung menemui kepala sekolah dan wali kelas De Tira (sapaan Yudhistira sehari-hari) saat tiba di sekolah.

"Jangan memberikan keistimewaan kepada anak saya ini. Berikan hukuman saat dia melakukan kesalahan agar dia berpikir bahwa melanggar peraturan itu adalah sesuatu yang tercela," pesan Dedi kepada kepala sekolah dan wali kelas putra keduanya.

Setelah itu, Bupati Dedi langsung beranjak menuju SMAN Prabu Niskala Wastu Kencana untuk mengantar anak pertamanya Ahmad Habibie Maula Akbar. Hal yang sama disampaikan Bupati Dedi kepada wali kelas.

(Abramena/Liputan6.com)

"Ibu, ini titip anak saya, dia mulai menuju dewasa. Kalau melakukan hal yang tidak terpuji, suruh dia lari keliling sekolah, suruh dia hormat bendera di depan siswa lain dan push up sebanyak mungkin," ujar Dedi.

Tak hanya Dedi, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga turut mengantar anaknya di hari pertama masuk SMP. Anak semata wayangnya, Muhammad Zinedine Alam Ganjar (14), masuk sekolah di SMP Negeri 2 Semarang.

"Menyenangkan bisa antar anak sekolah karena orangtua bisa mengerti perkembangan anak dan anak tahu jika dirinya didukung orangtuanya," kata Ganjar di Semarang, dilansir Antara.

Ganjar pun mengungkapkan, anaknya yang sekarang duduk di kelas 9 itu pernah malas bersekolah.

"Suatu ketika anak saya malas bersekolah dan bangunnya siang, rupanya dia rindu diantar, maka setiap hari dulu saya mengantarnya sebelum berangkat kerja hingga kemudian dia bilang ingin berangkat sendiri," ujar dia.

Tak hanya dua kepala daerah itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan juga mengantarkan salah seorang anaknya, Sofhi, pada hari pertama masuk sekolah tahun ajaran baru 2016 di SMA Negeri 3 Kota Bandung. Aher mengantar anak perempuannya itu beserta istri, Netty Heryawan.

Usai mengantarkan anaknya, Aher akan memimpin Apel Besar Pencanangan Jabar Menolak Kekerasan di Halaman Gedung Sate Bandung. Aher dalam siaran persnya menegaskan, sebagai kepala daerah dan orangtua, mendukung Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Anies Baswedan Nomor 4 Tahun 2016 tentang Hari Pertama Sekolah tertanggal 11 Juli 2016.

"Saya menilai anjuran tersebut merupakan terobosan yang sangat baik dan sebagai sebuah simbol yang bisa menghadirkan generasi masa depan yang lebih baik. Jadi generasi yang baik itu generasi yang terdidik secara formal dan terdidik," ujar Aher.

Tradisi Sambut Siswa Baru

Menyambut kedatangan para murid baru, Sekolah dan para guru pun turut menyambut dengan suka cita. Salah satu sekolah di bilangan Jakarta Timur, Labschool punya tradisi cukup unik. Dari kepala sekolah, sekolah, guru hingga satpam menyambut siswa baru dengan berbaris di gerbang sekolah dan menyalami seluruh siswa dan orangtua murid.

Para tenaga pengajar dan karyawan sekolah menyambut setiap siswa yang datang, mulai dari masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK) hingga SMA dengan senyuman dan sapaan hangat.

Menurut Kepala Sekolah Labschool, Suparno, tradisi ini bukan hanya dilakukan saat masuk tahun ajaran baru. Namun, setiap hari mereka lakukan. Ada alasan khusus kenapa tradisi yang sudah berjalan bertahun-tahun ini mereka terus jalankan.

"Ini untuk memastikan saat orangtua mengantar anaknya sudah ada guru yang siap menyambut dan mendidik, ini memberi rasa nyaman," ujar Suparno kepada Liputan6.com.

Alasan lainnya, dengan adanya kegiatan menyambut dengan salam, pengajar bisa mengetahui kondisi tubuh murid. "Pas kita salaman kita juga bisa tahu bagaimana kondisi murid. Misalnya, kok anget badannya, itu juga kan menunjukkan kepedulian kita terhadap murid-murid kita," dia menjelaskan.

3 dari 3 halaman

Kampanye Menteri Anies

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ajaran 2016-2017 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menerbitkan surat edaran yang berisi imbauan kepada orangtua untuk mengantar putra-putri di hari pertama sekolah.

Tak main-main, Anies turut menyosialisasikan program kampanye mengantar anak di hari pertama sekolah itu. Salah satunya dengan berkeliling di kawasan car free day demi.

Ia menemui warga yang ada di sekitaran Patung Kuda, Jakarta Pusat. Warga yang lewat dan berpapasan dengannya langsung diajak berbicara.

Ia bertanya sekaligus mengingatkan para orangtua untuk mengantarkan anak di hari pertama sekolah. "Untuk hari pertama sekolah kita tak mewajibkan, tapi menganjurkan pada orangtua untuk mengantarkan (anaknya) di hari pertama sekolah," ujar Anies di kawasan CFD Jakarta, Minggu, 17 Juli 2016.

Mendikbud Anies Baswedan menyapa warga dan anaknya pada Car Free Day di kawasan Thamrin, Jakarta, Minggu (17/7). Anies mengkampanyekan imbauan kepada orangtua untuk mengantarkan anak sekolah pada hari pertama masuk sekolah. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Menurut Anies, mengantarkan jangan hanya sampai gerbang sekolah, namun langsung bertemu dengan guru. Alhasil, orangtua bisa kenal lebih dengan guru yang mendidik.

Dengan saling kenalnya mereka, maka terbangun komunikasi yang baik antara guru dengan orangtua. Apalagi, jika dilakukan sejak hari pertama sekolah, hal ini memberikan nilai positif dalam perkembangan pendidikan.

"Pendidikan itu kolaborasi antara pendidik di rumah dan pendidik di sekolah. Kolaborasi hanya bisa terjadi jika ada komunikasi. Karena itu kita memulai komunikasi di hari pertama," ucap Anies.

Menurut orangtua dan sekolah merupakan institusi pendidikan yang harus punya kemitraan yang kuat.

"Orangtua dan sekolah itu keduanya institusi pendidikan. Kemitraan ini harus kuat. Hari pertama itu awal perjalanan panjang baik SD, SMP, SMA, SMK bagi anak. Karena sepertiga harinya anak di sekolah," kata Anies Baswedan.

Anies  pun memiliki pesan khusus untuk orangtua murid baru. Pesannya, dia meminta orangtua murid baru tidak memaksa anak untuk belajar keras.

"Anak ini baru masuk SD, sekolah itu seperti maraton, panjang. Anak kita jangan dibuat seperti lari sprint, kalau lari sprint tuh cuma 100 meter," Anies memaparkan.

"Anak belajar, seperti maraton tuh artinya apa, mereka akan belajar seumur hidup. Yang penting bukan angka nilainya saja, yang penting anak mencintai belajar," ujar dia. Anak-anak, lanjut dia, jangan diberikan beban besar untuk belajar. Tapi biarkan mereka belajar dengan caranya masing-masing.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini