Sukses

Sepi karena Vaksin Palsu, RS Permata Bekasi Bakal Gugat Kemenkes

RS Permata Bekasi mengakui telah membeli vaksin palsu dari CV Azka Medika sejak Oktober 2015 hingga Juni 2016.

Liputan6.com, Bekasi - Rumah Sakit Permata Bekasi menyayangkan langkah Kementerian Kesehatan merilis daftar 14 rumah sakit yang disebut menggunakan vaksin palsu. Akibat informasi itu, rumah sakit Permata mengaku alami penurunan kunjungan jumlah pasien.

Manajer pelayanan medis RS Permata Bekasi, dr Siti Yunita mengakui, pihaknya sempat menggunakan vaksin palsu yang dijual Cv Azka Medika. Itu terungkap setelah mereka dipanggil Kementerian Kesehatan dan Bareskrim Polri, beberapa waktu lalu.

Ada tiga distributor yang biasa memasok vaksin ke RS Permata. Yakni PT Anugerah Prima Lestari, PT Sagi Capri, dan CZ Azka Medika. Dari hasil penyelidikan polisi, CV Azka Medika diketahui bukan sebagai distributor resmi.

Namun, dr Siti berdalih tidak sengaja menggunakan vaksin palsu yang dijual oleh CV Azka Medika. Sebab, vaksin itu dikemas sama dengan vaksin yang dijual distributor lainnya. Bahkan, harga yang ditawarkan jauh lebih murah.

"Karena saat itu kita tidak tahu, bahwa barang itu palsu. Dari bentuknya sama persis, harganya murah dan terdapat nomor registrasi BPOM," ucap dr Siti di kantornya, Jalan Legenda Raya, Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (16/7/2016).

Ia menambahkan, selama rumah sakit berdiri tak pernah sekalipun Kemenkes merekomendasikan informasi terkait distributor vaksin yang resmi maupun tak resmi.

"Terus terang selalu beredar bahwa kami mengambil dari distributor yang tidak resmi, padahal kami tidak pernah menerima informasi dari Kemenkes distributor mana saja yang resmi," ucap dr Siti dengan nada tinggi.

Ia juga mengakui telah membeli vaksin palsu dari CV Azka Medika sejak Oktober 2015 hingga Juni 2016. Namun dari pembelian vaksin itu, hanya 1 vaksin yang digunakan terbukti palsu.

"Dari 8 vaksin palsu yang diumumkan pihak Kemenkes, kita hanya pengadaan 1 vaksin saja, yaitu jenis Pediacel. Itupun sampai bulan Oktober hingga Mei 2015," jelas dr Siti.

Jumlah Pasien Menurun

Konsultan Rumah Sakit Permata Ahmad, mengakui dampak serius dari pengumuman 14 rumah sakit terkait vaksin palsu tersebut. Kunjungan pasien yang akan berobat mengalami penurunan tajam. Suasana pun menjadi sepi.

Dia bahkan berjanji akan menempuh jalur hukum terhadap Kemenkes jika rumah sakit Permata mengalami kerugian besar.

"Memang dampak dari manajemen mengkhawatirkan, karena penurunan pasien setelah rilis Kemenkes di DPR itu sehingga membuat pasien kami cukup berkurang. Kami akan pelajari langkah hukum jika rumah sakit ini citranya semakin dibuat jelek," tegas Ahmad.

Pantauan Liputan6.com, jumlah orang yang datang ke rumah sakit tersebut untuk mendapatkan informasi terkait vaksin palsu kian meningkat. Mereka yang didominasi ibu-ibu berserta anaknya itu mempertanyakan apakah vaksin yang diberikan pihak rumah sakit terindikasi palsu atau tidak.

"Khawatir sangat mas. Ini kan rumah sakit ibu-anak, kenapa bisa kecolongan begini. Saya kemarin vaksin sampai satu juta mas. Saya minta kejelasan," kata Lina yang tinggal di Perumahan Grend Wisata, Tambun Selatan.

Ia pun mengaku kian kesal, melihat rumah sakit yang seolah melempar kesalahan dan tidak mau mengakui jika vaksin yang selama ini mereka pakai hanya untuk meraup keuntungan semata.

"Kok bisa, pihak rumah sakit tidak tahu vaksin yang dipakai dari distributornya itu ilegal atau tidak. Alasannya, karena tak ada pemberitahuan dari Kemenkes. Kita ini bukan orang bodoh mas. Yang namanya pemerintah, pasti menginformasikan untuk selalu memakai barang yang asli. Distributor asli, obat asli. Jangan gara-gara mau untung aja dong," kesal Lina di tengah kerumunan pasien lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini