Sukses


Kolaborasi Empat Pilar MPR dan Wayang Golek di Pandeglang

Berbagai kolaborasi atau fusi pemahaman empat pilar MPR dilakukan dengan berbagai metode.

Liputan6.com, Jakarta Sosialisasi Empat Pilar MPR kini sudah banyak dikenal masyarakat luas di seluruh Indonesia. Berbagai kolaborasi atau fusi pemahaman empat pilar MPR dilakukan dengan berbagai metode. Salah satu kolaborasi efektif adalah dengan pagelaran seni dan budaya seperti yang diselenggarakan di Pandeglang, Banten melalui pagelaran kesenian wayang golek.

Pada Jumat malam lalu (20/5), lapangan pantai Matahari Carita Pandeglang Jawa Barat digelar pertunjukan wayang golek dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar MPR RI semalam suntuk dengan lakon 'Bandung Bandawasa Nitis' dengan dalang Ki Apep AS Hudaya dari kelompok kesenian Giri Komara Bandung.

Hadir dalam pagelaran wayang golek tersebut Pimpinan Fraksi PPP Dimyati Natakusumah yang dalam kesempatan itu didaulat membuka secara resmi pagelaran, Pimpinan Kelompok DPD di MPR Oni Suwarman, Bupati dan Wabup Pendeglang serta Forkopimda Pemkab Pandeglang.

Dalam kesempatan tersebut Dimyati mengatakan bahwa pagelaran wayang golek ini adalah sebuah hiburan rakyat yang sarat akan manfaat. Dalam cerita lakon tersebut akan terselip nilai-nilai luhur bangsa yakni Pancasila.

"Pertunjukan wayang golek ini mudah-mudahan dapat diambill manfaatnya dari lakon yang baik. Saya harap para penonton mengambil manfaat dari lakon yang dibawakan," katanya.

Lakon dalam cerita wayang golek ini mencakup semua bidang kehidupan antara lain perilaku penguasa, satria dan rakyat biasa. Semua esensi kehidupan dan perilaku digambarkan secara simbolik dalam lakon tersebut.
Pimpinan kelompok DPD MPR RI Oni Suwarman sangat mengapresiasi sosialisasi empat pilar MPR RI dengan metode penyampaian melalui media seni dan budaya.

"Saya rasa pemahaman seperti ini sangat mudah diterima dan dimengerti rakyat dan memang harus selalu berbaur dengan rakyat. Saya rasa penyampaian pemahaman Pancasila dan nilai luhur bangsa lainnya akan mudah tercapai. Wayang golek ini adalah milik rakyat dengan bahasa rakyat, sehingga saya yakin tujuan sosialisasi akan tercapai," ujarnya.

Lakon mengisahkan tentang keserakahan dan kelicikan para Kurawa yang mengakibatkan Pandawa terusir dari kerajaannya dan kemunculan sosok Bima yang dengan gagah berani membela saudara-saudaranya dan membela kerajaannya sebagai tanah airnya dan bersama para Pandawa lainnya berusaha merebut kerajaanya kembali.

Dalam perjalanan cerita beberapa tokoh wayang menyelipkan pesan Pancasila dan nilai-nilai luhur bangsa.

Suasana makin hangat ketika sosok jenaka Cepot muncul. Cepot lugas menerangkan soal empat pilar MPR dengan gayanya yang khas.

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.