Sukses

Kepala Bekraf: Jokowi Kesal Film Sejarah Dibuat Sembarangan

Triawan menjelaskan, film sejarah di Indonesia seringkali dibuat sembarangan tanpa memperhatikan detail.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo merasa kesal setelah blusukan ke CJ Creative Center, di Seoul, Korea Selatan. Penyebabnya adalah perbedaan hasil film sejarah yang dibuat antara Negeri Ginseng dan Indonesia.

"Presiden juga bilang kesal, kesal, kenapa enggak bisa buat begitu (film sejarah)," kata Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf, Selasa (17/5/2016).

"Pembuatan drama saja masih kita ekspor dari Turki dan India," tambah dia.

Triawan menjelaskan, film sejarah di Indonesia seringkali dibuat sembarangan, tanpa memperhatikan detail. Bahkan, riset sejarah keseluruhan pun dilakukan seadanya.

"Kita mau buat konten sejarah. Nah, sering konten sejarah dibuat terburu-buru dan riset yang asal. Kostum Majapahit gimana? Mungkin karena modal juga masih kurang," tutur ayah penyanyi Sherina itu.

Triawan menjelaskan, Indonesia memiliki cerita tentang 148 keraton dan cerita kepahlawanan lainnya. Tapi belum ada film yang mampu jadi komoditas ekspor.

"Dilihat MBC (Munhwa Broadcasting Corporation) bisa sebuah budaya diangkat dari digital. Production value sangat baik, sehingga bisa jadi barang ekspor ke 100 negara, murni gunakan sejarah, melalui riset matang," ujar Triawan.

Reformasi Lembaga Penyiaran

Triawan Munaf mengatakan lembaga penyiaran pemerintah memiliki kualitas produksi dan manajemen yang sudah ketinggalan zaman.

Hal ini dikatakan dia setelah meninjau Munhwa Broadcasting Corporation (MBC) mendampingi Presiden Jokowi, di Digital Media City, Seoul, Korea Selatan.

"Kita ingin gimana bisa tingkatkan fungsi televisi pemerintah. MBC juga dimiliki pemerintah, didirikan 1961. Kita lihat betapa canggih nya MBC," kata Triawan.


Saat ini, lembaga penyiaran milik pemerintah adalah TVRI dan RRI. Kedua lembaga itu hanya dijadikan corong kepentingan pemerintah seadanya saja, tanpa peningkatan kualitas.

"Tidak hanya corong pemerintah saja, MBC juga corong budaya ke seluruh dunia. Kami sepakati untuk teruskan jadi kerja sama. Ada bantuan dari mereka dan ada sharing dari mereka," kata dia.

Triawan melanjutkan lembaga penyiaran pemerintah Indonesia dan MBC didirikan pada tahun yang sama, yaitu 1961. Walau memiliki umur yang sama, kemampuan mengelola dana antara keduanya berbeda jauh bak langit dan bumi.

"MBC Hanya diberi modal sstu kali tapi bisa bergulir luar biasa. Ke depan harus kita libatkan pihak berkepentingan," tandas Triawan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.