Sukses

PBNU Kumpulkan Tokoh Islam Dunia, Ini Hasil Pembahasannya

Menurut Said Aqil, jihad selama ini selalu disalahpahami dengan kekerasan, bahkan melenyapkan nyawa orang lain dan diri sendiri.

Liputan6.com, Jakarta - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah merampungkan hajatan besar International Summit of Moderate Islamic Leader (Isomil)‎, yang dihadiri duta besar dan tokoh-tokoh Islam berbagai negara sahabat.

Kegiatan yang digelar sejak Senin kemarin itu, mendeklarasikan beberapa poin yang nantinya akan diserahkan kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mengatakan, melihat situasi yang terjadi di seluruh belahan dunia poin yang paling penting adalah menimbulkan jihad perdamaian.‎

Sebab, menurut Said Aqil, jihad selama ini selalu disalahpahami dengan kekerasan, bahkan melenyapkan nyawa orang lain dan diri sendiri.

"Kesimpulan dari Isomil bahwa membangun perdamaian itu jihad, membangun ‎kebaikan itu jidah," kata Said Aqil dalam penutupan Isomil PBNU di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (10/5/2016).

Khusus untuk Indonesia, ‎Said menuturkan, pihaknya mengajak semua elemen bangsa, agar berjihad menyejahterakan sesama, tanpa memandang latar belakang ras dan agama.

"Memberi muslim atau nonmuslim hidup di Indonesia harus sejahtera itu jihad, bukan nembak di Jalan Thamrin," sindir dia.

Konsep Islam Nusantara yang diemban PBNU, kata Said Aqil, juga diminati tokoh-tokoh Islam dunia yang hadir dalam acara tersebut. Bahkan, PBNU diminta membuka cabang di negara-negara sahabat.


"Jadi NU diminta buka cabang, tapi bukan oleh mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di luar negeri. Jadi masyarakat negara sahabat itu sendiri, nanti yang buka cabang NU, karena Islam Nusantara, ini katanya cinta damai tidak seperti yang diahami kalau Islam di Timur Tengah terus berkonflik," tandas Said Aqil.

‎Berikut beberapa 16 poin PBNU yang telah mendeklarasikan agenda Isomil dan akan diserahkan ke Presiden Jokowi dan beberapa duta besar negara-negara sahabat:‎

1. Nahdlatul Ulama menawarkan wawasan dan pengalaman Islam Nusantara kepada dunia sebagai paradigma Islam yang layak diteladani, bahwa agama menyumbang kepada peradaban dengan menghargai budaya yang telah ada serta mengedepankan harmoni dan perdamaian.

2. Nadhlatul Ulama tidak bermaksud untuk mengekspor Islam Nusantara ke kawasan lain di dunia, tapi sekadar mengajak komunitas-komunitas muslim lainnya untuk mengingat kembali keindahan dan kedinamisan yang terbit dari pertemuan sejarah antara semangat dan ajaran-ajaran Islam dengan realitas budaya-budaya lokal di seantero dunia, yang telah melahirkan beragam peradaban-peradaban besar, sebagaimana di Nusantara.

3. Islam Nusantara bukanlah agama atau madzhab baru melainkan sekadar pengejawantahan Islam yang secara alami berkembang di tengah budaya Nusantara, dan tidak bertentangan dengan syariat Islam sebagaimana dipahami, diajarkan dan diamalkan oleh kaum Ahlussunnah wal Jamaah di seluruh dunia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini