Sukses

Djan Faridz Ikuti Pemakaman Simpatisan PPP Didin Kena Molotov

Djan mengaku berat karena baru kali ini ia melihat ada korban meninggal demi PPP.

Liputan6.com, Yogyakarta - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muktamar Jakarta Djan Faridz mendatangi kediaman Didin, simpatisan kubunya yang tewas saat konvoi di Jalan Kebongagung Mlati Sleman, Yogyakarta, Minggu 17 April kemarin. Didin terkena lemparan benda diduga bom molotov.

Djan Faridz mengatakan, ia datang ke acara tabligh akbar untuk menyampaikan aspirasi dan silaturahmi. Namun ia kaget begitu mendengar kabar ada seorang simpatisan meninggal dunia karena dilempar molotov dan membuatnya tewas di tempat. Ia lalu memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta menghadiri pemakaman Didin.

"Saya kembali ke Jakarta, begitu tiba di Jakarta, ada kabar kejadian yang tidak pernah saya bayangkan. Saya segera memerintahkan staf saya membeli tiket kembali untuk datang ke pemakaman beliau. Saya bersyukur atas solidaritas teman-teman yang mengantar ke pemakaman beliau," ujar Djan di kediaman Didin di Bolawen, Tlogoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta, Senin (18/4/2016).

Djan terharu dan meneteskan air mata saat memberikan sambutan di pemakaman Didin. Dia merasa seperti kehilangan anak sendiri. Ia mengaku berat karena baru kali ini ia melihat ada korban meninggal demi PPP.

"Doakan kami semoga kejadian ini tidak terjadi lagi. Misal harus terjadi, kami siap. Siap untuk berjuang. Masukkanlah dalam surga-Mu dan jagalah keluarga yang ditinggalkan," ucap Djan.

Bupati Sleman Sri Purnomo ikut belasungkawa atas meninggalnya Didin. Ia berharap kasus ini segera terungkap dan pelaku segera tertangkap. Ia berharap simpatisan PPP lain menyerahkan kasus ini kepada polisi.

"Pelaku segera tertangkap dan jika belum saya mohon pelaku menyerahkan diri," kata Purnomo.

Ketua Umum PP PPP muktamar Jakarta Djan Faridz berdoa di depan jenazah Didin Bolewan di Mlati,Sleman, Yogyakarta (18/4). ). Didin meninggal usai mengikuti takbir akbar PPP 17/4 kemarin. (Liputan.com/Boy Harjanto)

Waldiyono ayah Didin mengatakan, anaknya adalah sosok yang baik kepada keluarga. Didin baru duduk di kelas 3 SMK Sulaiman dan akan lulus sekolah.

Putranya itu juga aktif ikut PPP sejak pilihan bupati Sleman lalu. Ia kaget saat mendapat kabar dari temannya bahwa Didin meninggal karena kena lemparan diduga bom molotov.

"Baik sama teman-temannya. Orang manut disuruh apa-apa mau. Tahu dari Pak RT kena bom molotov di pinggir jalan, dikabari temennya ke sini, saya nangis di sini. Pak RT sama Pak lurah ke sana," tutur Waldiyono.

Didin meninggal saat konvoi bersama ribuan massa simpatisan PPP asal Yogyakarta dan Jawa Tengah. Aksi itu dilakukan simpatisan Djan Faridz untuk menolak hasil Muktamar di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta yang diselenggarakan PPP kubu Romahurmuziy atau Romi.

Didin meninggal diduga karena terkena bom molotov oleh pengendara lain sekitar pukul 14.20 WIB.

Ketua DPW PPP DIY Syukri Fadholi mengatakan, usai mengikuti tabligh akbar, massa simpatisan melakukan konvoi. Namun saat di Jalan Kebonagung, Mlati, Sleman, 2 simpatisannya yang berboncengan dilempari bom molotov di dekat pohon beringin Kronggahan. Didin meninggal di tempat dengan luka di leher.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.