Sukses

TNI AU: Penerbangan Sipil di Halim Kembali ke Soetta Bukan Solusi

Yuyu mengatakan, selama ini TNI AU tetap bisa mengatur jadwal penerbangan sipil.

Liputan6.com, Jakarta - Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara (Pangkoopsau) Marsda Yuyu Sutisna mengembalikan sepenuhnya kepada pihak pengelola Bandara Halim Perdanakusuma terkait wacana DPR mengembalikan penerbangan sipil ke Bandara Soekarno-Hatta (Soetta).

Wacana itu muncul dalam rapat kerja Komisi V DPR dengan Kementerian Perhubungan, Danlanud Halim Perdanakusuma, PT Angkasa Pura 1 dan 2, LPPNPI (Air Nav Indonesia), Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), dan DPP Organda. Rapat kerja tersebut berkaitan dengan insiden tabrakan Batik Air dan Trans Nusa di Bandara Halim Perdanakusuma pada Senin, 4 April 2016.

"Ya kita terus saja dengan mereka (Lion Group). Kalau mereka tidak menggunakan lagi, ya haknya mereka," ujar Yuyu usai memimpin sertijab Danlanud Halim di Lanud Halim Perdanakusuma, Selasa (12/2/2016).

Yuyu mengatakan, selama ini TNI AU tetap bisa mengatur jadwal penerbangan sipil. Terlebih, posisi Halim Perdanakusuma sangat strategis dan seringkali dijadikan tempat pendaratan serta pemberangkatan tamu-tamu VIP dan operasi prajurit matra udara.

"Sebetulnya selama mereka di sini, kita tetap bisa atur dan tetap mengutamakan kepentingan operasi. TNI AU dan sipil juga tidak dikesampingkan," tutur dia.

Yuyu meminta agar pemegang kebijakan mengingat kembali alasan penggunaan Halim Perdanakusuma sebagai bandara komersil. Kala itu, Bandara Soetta dianggap telah melebihi kapasitas, sehingga diperlukan bandara baru untuk menampung pemberangkatan dan pendaratan pesawat komersil.

"Ingat bahwa dulu dipindahkan ke sini itu untuk mengurangi beban di Soetta. Nah, sehingga dengan dipindah ke sini, Soetta jangan ditambah lagi. Itu tidak menyelesaikan masalah, kan demikian," terang dia.

Sejumlah penumpang saat  tiba di bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Jumat (23/1/2014). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Yuyu berharap, ke depannya penerbangan di Bandara Soetta tidak ditambah. Sebab, hal tersebut bisa berdampak pada faktor keselamatan penumpang.

"Waktu itu kita mengutamakan safety karena dengan bertambahnya di sana (Soetta), safetynya kurang terjamin. Kita tentunya tidak menginginkan lah terjadi pengesampingan keamanan. Sehingga kita menerima. Harapan saya tidak menambah lagi di sana, kemudian di sini ditambah terus," Yuyu menandaskan.

Pesawat Batik Air jenis Boeing 737-800 tengah bersiap take off atau lepas landas bertabrakan dengan pesawat Trans Nusa jenis ATR 42 seri 600 yang sedang towing menuju ke apron selatan, Bandara Halim Perdanakusuma.

Akibat kecelakaan tersebut, pesawat Batik Air mengalami kerusakan di bagian ujung sayap sebelah kiri. Sementara Trans Nusa patah pada bagian ujung sayap sebelah kiri dan ekor horizontal. Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini