Sukses

Top 3: Bebaskan Sandera Abu Sayyaf, Jokowi Turun Tangan

TNI sudah menyiapkan pasukan elite, namun tak bisa bergerak membebaskan sandera Abu Sayyaf karena sikap Filipina.

Liputan6.com, Jakarta - Pasukan elite TNI telah disiapkan untuk membebaskan WNI yang disandera perompak Abu Sayyaf. Namun, pasukan khusus itu tak bisa tergerak karena terhadang sikap Filipina yang enggan menerima bantuan dari Indonesia.

Presiden Jokowi pun langsung mengontak Presiden Filipina Benigno Aquino III. Namun, tak ada yang tahu apa isi pembicaraan itu.

Drama penyanderaan ini terus menyita perhatian pembaca Liputan6.com hingga pagi ini, Jumat (1/4/2016). Ditambah lagi, sikap Filipina yang cukup keras enggan menerima bantuan Indonesia yang sudah jelas memiliki pasukan yang mumpuni.

Berikut berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 News:

1. Jokowi Telepon Presiden Filipina Terkait Abu Sayyaf Sandera WNI

Presiden Jokowi saat memberikan pidato di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (2/12). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pemerintah terus mengupayakan penyelamatan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf. Bahkan, Presiden Jokowi turun tangan untuk melancarkan proses tersebut.

Setelah tawaran bantuan militer Indonesia ditolak Filipina, Jokowi langsung melakukan komunikasi intensif dengan Presiden Filipina Benigno Aquino III.

"‎Lagi ada pembicaraan antara presiden kita dan presiden mereka," kata Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis 31 Maret 2016.

Pria yang akrab disapa Bang Yos itu menyampaikan, Presiden Jokowi memanggil dirinya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo membahas keselamatan 10 WNI.

Selanjutnya...

2. Filipina Tolak Bantu RI Bebaskan WNI, ini Respons BIN

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen (Purn) Sutiyoso meluncurkan buku berjudul Sang Pemimpin di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Minggu (6/12/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pemerintah Filipina menolak tawaran bantuan militer dan polisi Indonesia untuk operasi penyelamatan WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf. Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso menilai, penolakan itu karena tingginya harga diri Filipina.

"Ya mereka mungkin harga diri, reputasi jadi pertimbangan segala macam," kata Sutiyoso di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis 31 Maret 2016.

Menurut dia, ada kemungkinan, Indonesia akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi Filipina. Sebelumnya, Armed Forces of The Philippines (AFP) beralasan, angkatan bersenjata negara lain tak bisa masuk ke negaranya tanpa perjanjian khusus.

Selanjutnya...


3. Bebaskan WNI Sandera Abu Sayyaf, Pasukan Elite AL Siapkan Kapal

Puluhan pasukan khusus melakukan latihan pengamanan Pilpres 2014 di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Jumat (18/7/14). (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Pasukan elite Angkatan Laut Detasemen Jalamengkara (Denjaka) dan kapal perang disiapkan untuk membebaskan 10 WNI awak kapal Brahma 12 yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina.

Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi mengatakan, jajarannya menerima komando dari Panglima TNI untuk menyiapkan kapal.

"(Denjaka) Ada. Kegiatan ini sudah direncanakan Mabes TNI. Kami mengikuti instruksi Panglima TNI," kata Ade Supandi di Padang, Rabu 30 Maret 2016.

Selanjutnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.