Sukses

Top 3: Terbongkarnya Modus Pencurian Kabel di Got Dekat Istana

Simak Top 3 News edisi Sabtu sore, 12 Maret 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus pencurian tembaga dan timah kabel gorong-gorong dekat Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, akhirnya terkuak. Polda Metro Jaya mengumumkan modus komplotan pencuri tembaga kabel tersebut.

Selain itu, berita PDIP mengeluarkan surat dukungan untuk pasangan Ahok-Djarot, turut menyita perhatian banyak pembaca di Liputan6.com, terutama kanal News hingga Sabtu (12/3/2016) sore.

Berikut berita-berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 News.

1. Modus Komplotan Pencuri Tembaga Kabel di Gorong-gorong Istana

Aparat Kepolisian Polda Metro Jaya melakukan olah TKP di gorong-gorong Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Sabtu (5/3/2016). Di gorong-gorong tersebut petugas menemukan sisa kulit kabel yang diduga menjadi penyebab banjir. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Polda Metro Jaya mengungkap kasus pencurian tembaga dan timah kabel gorong-gorong dekat Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jumat 11 Maret 2016. Pengungkapan kasus itu berawal dari kemurkaan Gubernur DKI Jakarta Ahok yang menemukan banyaknya kulit kabel di gorong-gorong sehingga menyumbat aliran air.

Dugaan Ahok, keberadaan limbah kabel tersebut sarat unsur sabotase untuk membuat kawasan Istana Merdeka banjir. Namun, setelah 2 pekan menelusuri keberadaan limbah kabel tersebut, polisi meyakini tak ada unsur sabotase.

Polisi menemukan ada yang membiarkan sampah kabel tersebut menumpuk hingga akhirnya menyumbat saluran air. Setelah ditelusuri mengapa hanya tertinggal kulit kabel saja, polisi akhirnya menemukan jawaban bahwa isi kabel yang berupa tembaga dan timah menjadi target pencurian para pemulung.

Selengkapnya baca di sini...

2. PDIP Keluarkan Surat Dukungan untuk Pasangan Ahok-Djarot

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Di tengah proses penjaringan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang terus berlangsung, DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengeluarkan surat dukungan untuk menegaskan bahwa pihaknya masih mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidajat memimpin Ibu Kota.

Sikap resmi DPP PDIP itu dikeluarkan melalui surat instruksi dengan nomor 1335/IN/DPP/III/2016 tanggal 11 Maret 2016.

Dari 5 poin dalam surat yang ditanda tangani Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP Bambang DH tersebut, poin pertama menyebutkan:

DPP PDI Perjuangan menegaskan bahwa Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta saat ini adalah Ir Basuki Tjahaja Purnama, MM dan Drs H Djarot Saiful Hidajat, MS merupakan pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur yang diusung oleh PDI Perjuangan, oleh karenanya PDI Perjuangan tetap komitmen untuk mendukung jalannya roda pemerintahan di DKI Jakarta sampai dengan berakhirnya masa jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta.

Terkait hal itu, Ketua DPP PDIP Bambang DH yang ikut menandatangani surat instruksi itu membenarkan. Menurut dia, hal itu sebagai bentuk komitmen partai yang mendukung pemerintahan tersebut dari awal.

Selengkapnya baca di sini...

3. Supersemar di Mata Sejarawan dan Eks Panglima TNI

Mantan Panglima TNI, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko (ketiga kiri) mengikuti diskusi PARA Syndicate di Jakarta, Jumat (11/3/2016). Diskusi membahas Supersemar: Dari Soekarno ke Soeharto peta kontestasi dan arah rekonsiliasi. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
‎

50 Tahun sudah peristiwa Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) berlalu. Namun hingga kini surat yang menjadi awal mula pergantian rezim Presiden Sukarno ke Presiden Soeharto itu, masih menjadi misteri.

Sejarawan dari Lembaga Ilmu dan Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam menilai, Supersemar sebagai bentuk upaya kudeta politik. Kendati, dia menyebut peristiwa tersebut sebagai insiden yang tak direncanakan.

"Prosesnya itu kan proses politik yang dianggap sebagai kudeta merangkak, pengalihan kekuasaan bertahap. Dalam arti kudeta tidak ada perencanaan, tapi mengalir," ujar Asvi dalam sebuah diskusi bertajuk 'Supersemar dari Sukarno ke Soeharto: Peta Kontestasi dan Arah Rekonsiliasi' di kawasan Jalan Wijaya Timur III, Jakarta Selatan, Jumat 11 Maret 2016.

Selengkapnya baca di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.