Sukses

Ahok: Calon Independen Picu Deparpolisasi? Itu Menyesatkan

Ahok mengatakan, kehadiran calon independen justru bisa mengisi kekosongan saat parpol tidak memiliki kader berkualitas untuk pimpin daerah.

Liputan6.com, Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama tidak setuju bila kehadiran calon independen dalam sebuah pilkada disebut memicu deparpolisasi partai. Menurut pria yang karib disapa Ahok itu, kehadiran calon independen seharusnya menjadi bahan koreksi partai politik.

Pria yang berencana maju sebagai calon independen ini mengatakan, kehadiran calon independen justru bisa mengisi kekosongan saat parpol tidak memiliki kader berkualitas dalam memimpin daerah. Dengan begitu, pemerintahan tetap berjalan, meski tidak dipimpin oleh kader parpol.

"Misalnya kamu bayangin ada 10 partai di satu negara, yang dikuasai oleh ketua dan sekjen. Masa negara cuma dikuasi oleh 20 orang. Nah untuk menghindari itulah, parpol agar tidak dimonopoli oleh orang tertentu di negara kita, atas nama parpol, atas nama rakyat dibukalah independen," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Kamis (10/2/2016).


Jadi, dia melanjutkan, sebenarnya calon independen diperlukan untuk menyehatkan partai politik.

Selain itu, Ahok menambahkan, kehadiran calon independen juga berguna untuk menahan laju gerakan masyarakat melakukan deparpolisasi. Setidaknya dengan adanya calon independen, masyarakat punya pilihan, tidak serta-merta mengecilkan parpol.

"Supaya apa? Rakyat tidak melakukan deparpolisasi. Untuk apa? Supaya kalau ingin menjadi kepala daerah, parpol bisa koreksi diri gitu lho. Oh berarti selama ini ada yang tidak sesuai, itu aja yang terjadi," ujar Ahok.

Munculnya calon independen, menurut Ahok, juga karena diperbolehkan dalam undang-undang yang dibuat oleh partai politik. Sehingga jika ada partai yang menyatakan kemunculan calon independen sebagai upaya deparpolisasi, adalah pandangan menyesatkan.

"Kamu kira calon independen itu, saya bisa ikut independen, siapa yang bisa mutusin? Partai politik, fraksi-fraksi yang ada di DPR membuat undang-undang. Itu aja. Jadi ini suatu hal yang sangat menyesatkan," pungkas Ahok.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini