Sukses

Asap Pabrik Jadi Biang Tertutupnya Gerhana Matahari di Palembang?

Fenomena gerhana matahari tidak banyak terlihat secara kasat mata karena selalu tertutup awan hitam.

Liputan6.com, Palembang - Kekecewaan dirasakan banyak warga Palembang dan turis mancanegara yang ingin melihat fenomena gerhana matahari total (GMT) di atas Jembatan Ampera. Sebab, dari proses tertutupnya matahari oleh perputaran bumi hingga gerhana usai, fenomena ini tidak banyak terlihat secara kasat mata karena selalu tertutup awan hitam.

Dari pantauan Liputan6.com dari atas Jembatan Ampera, Rabu (9/3/2016), kepulan asap yang berasal dari pabrik pupuk Urea terbesar di Sumsel ini terlihat menyatu dengan awan hitam yang menyelimuti fenomena GMT.

Para pengunjung yang menantikan perubahan gerhana matahari ini langsung berpendapat bahwa awan hitam tersebut disumbang oleh produksi pabrik pupuk Urea tersebut.

Saat banyaknya pengunjung yang meneriakkan kekesalannya terhadap pabrik tersebut, Ketua Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Alimurahman mengatakan, bahwa awan hitam tersebut merupakan murni proses alam.

"Proses atmosfer ini alamiah, berasal dari kandungan uap air. Kontribusi asap sangat sedikit, ini awan yang mengandung uap air. Tapi kemungkinan potensi hujan sangat kecil," ujar Alimurahman kepada Liputan6.com, Rabu (9/3/2016).

Bantah Produksi Asap
 
Manajer Humas PT Pusri, Sulfa Ganie, menegaskan seluruh pabrik PT Pusri tidak mengeluarkan asap pada saat produksi pupuk Urea.

"PT Pusri tidak mengeluarkan asap, jadi yang terlihat dari mereka di Jembatan Ampera seperti asap dan seolah-olah menyatu dengan awan. Padahal, pabrik kita hanya mengeluarkan uap steam dan akan hilang saat di udara. Banyak yang salah kaprah dengan hal ini," tegas Sulfa.

Pihaknya mengatakan menyambut baik dan berharap festival Gerhana Matahari Total yang diselenggarakan Pemda agar berjalan lancar. Sulfa juga sebelumnya, sudah bertemu dengan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Palembang.

Kalaupun nanti akan ada protes maupun inspeksi mendadak (sidak) dari pemerintah daerah (pemda), pihaknya menerima dengan tangan terbuka dan akan menjelaskan tentang proses produksi pupuk urea di pabrik PT Pusri.

"Silakan kalau mau disidak atau protes, kami ada buktinya. Kalau di pabrik memang tidak ada asap. Bahkan kami menonton dan menikmati fenomena tersebut di Graha Pupuk Sriwijaya. Memang berawan hingga 85-90 persen, tapi masih terlihat bagus dan indah," ujar Sulfa.

Sulfa Ganie juga menyarankan agar pemda memantau fenomena gerhana matahari total ini dari berbagai kawasan. Dengan begitu, terlihat jelas bahwa pabriknya memang tidak memengaruhi proses alam tersebut.

"Pabrik ini kan punya negara, yang bisa menghentikan operasionalnya adalah negara, kecuali memang karena trouble. Kita tidak terpengaruh dengan tuduhan tersebut, karena itu hanya salah kaprah saja," tandas Sulfa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.