Sukses

Proses Hipnoterapi Untuk LGBT

Biasanya, seorang LGBT dapat lepas dari perawatan hipnoterapi setelah 3 kali pertemuan. Namun, prosesnya pun lama.

Liputan6.com, Jakarta - Psikolog menyebutkan lesbian, gay, biseksual, dan transeksual (LGBT) adalah sebuah penyakit yang dapat disembuhkan. Seorang hipnoterapis, Mutya Dewi Pramardita membocorkan bagaimana cara menyembuhkan kaum LGBT.

Melalui 'Gerakan Peduli Kesembuhan LGBT', dia berusaha membantu kaum LGBT agar dapat menjalani kehidupan yang normal.

Pertama, kata Mutya, psikolog atau hipnoterapis mengidentifikasi terlebih dahulu apa penyebab seseorang menjadi LGBT. Setelah diketahui penyebabnya, LGBT menulis dalam sebuah kertas tentang komitmen dia untuk sembuh.

"Kenapa dia ingin sembuh? Apa goal-nya, apakah dia ingin sembuh, normal kembali? Itu harus dari diri dia sendiri," kata Mutya kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu (17/2/2016).

Kemudian, lanjut Mutya, LGBT perlu ditanya apakah dia bersedia untuk dihipnotis.

"Sebelum masuk hiptonis kita akan tanya jawab yang akhirnya mengerucut ke permasalahan dia. Karena, yang harus kita hilangkan itu faktor penyebabnya. Kalau kita sudah tahu penyebab, dia bersedia sembuh, teken kontrak baru kita hipnotis," ujar dia.

Hipnoterapis juga akan membantu LGBT untuk mencegah pencetusnya. "Apakah dia melamun, sendiri, bergaul faktor pemicunya dihindarkan," ujar dia.


Biasanya, kata Mutya, seorang LGBT dapat lepas dari perawatan hipnoterapi setelah 3 kali pertemuan. Namun, prosesnya pun lama.

Pada pertemuan pertama, kata dia, dilakukan wawancara untuk mengetahui penyebabnya. Kemudian, perilaku mereka diamati apakah LGBT itu dapat menghindari lingkungan yang mempengaruhi dia.

Pada pertemuan kedua, hipnoterapis memberikan sugesti positif kepada LGBT dengan hipnotis.

"Saya akan memberikan kontra batin, dia akan mulai resah. Biasanya mereka tidak tega meninggalkan pasangannya. Tetapi saya tetap melakukan pendekatan dengan agama," kata Mutya.

Kemudian, pada pertemuan ketiga kembali dilakukan wawancara apakah dia yakin dapat lepas dari lingkungan dan perilaku LGBT-nya.

"Rata-rata yang bersedia (berubah) pindah kota. Dia menjauhkan diri dari lingkungan penyebabnya. Saya minta juga keluarganya untuk mendukung," ungkap dia.

Rata-rata, lanjut Mutya, LGBT yang tak diketahui orang tuanya adalah kaum gay. "Karena mereka pemicunya temen, kalau lo nggak nyoba bukan kelompok gue. Banyak yang menjamur di tempat-tempat yoga dan fitnes," ujar Mutya.

Mengembalikan kaum LGBT ke jalan yang benar, kata Mutya, sangat penting. Sebab, jika mereka menikah dengan lawan jenis karakter dia sebagai laki-laki atau perempuan harus kokoh.

"Itu akan membentuk anak-anak mereka, kalau tidak (sembuh) mata rantainya akan terus (ke anak). Kalau tidak akan ada pelecehan seksual ke anak," ungkap Mutya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.