Sukses


Dubes Uni Eropa Sebut Indonesia Pasar Menarik

Kepada Ketua MPR, Dubes Uni Eropa mengungkapkan bahwa neraca perdagangan antara indonesia dan Uni Eropa mencapai 5 miliar Euro.

Liputan6.com, Jakarta Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darusalam, Vincent Guerend mengunjungi Gedung MPR RI di Senayan. Kedatangan Vincent Guerend disambut langsung oleh Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan. Dalam pertemuan itu, Guerend menyampaikan Uni Eropa ingin bekerjasama dengan Indonesia di berbagai bidang seperti perdagangan, sosial, dialog peradaban dan lainnya.

"Sekarang ini ada sekitar 9000 mahasiswa Indonesia belajar di Uni Eropa. Mahasiswa Uni Eropa juga banyak belajar di indonesia," ujar Guerend di Nusantara III Lantai 9, Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (11/2).

Guerend juga mengungkapkan neraca perdagangan antara indonesia dan Uni Eropa mencapai 5 miliar Euro, dan indonesia mengalami surplus. Guerend berharap Indonesia menjadi pasar yang terbuka untuk investasi dari Eropa.

"Indonesia pasar yang menarik," kata Guerend.

Ketua MPR, Zulkifli Hasan pun sepakat bahwa banyak hal yang bisa dikerjasamakan antara Indonesia dan Uni Eropa, termasuk perdagangan, investasi, sosial budaya. Zulkifli meminta negara Uni Eropa tidak perlu khawatir untuk berinvestasi di Indonesia.

Selain membahas tentang kerjasama antara Indonesia dan Uni Eropa, Zulkifli Hasan juga menjelaskan tentang lembaga MPR dan kehidupan toleransi di Indonesia.

"Setelah amandemen UUD, MPR sama sederajat dengan lembaga negara lainnya. Tapi MPR memilki kewenangan tertinggi karena bisa mengubah konstitusi, melantik dan memberhentikan presiden, dan menjaga konstitusi," jelasnya.

Dalam hal toleransi, Zulkifli mengatakan Indonesia adalah negara mayoritas muslim. Indonesia negara demokratis.

"Tidak ada perbedaan antara mayoritas dan minoritas. Semua orang memiliki hak dan kesempatan yang sama. Kami tidak mentolerir radikalisme," ujar Zulkifli.

Kepada Dubes Uni Eropa, Zulkifli mengundang parlemen dari Barat untuk menyaksikan kehidupan berbangsa dan berengara di Indonesia.

"Islam Indonesia bisa menjadi model, tidak seperti negara di Timur Tengah. Kami tidak setuju dengan radikalisme. Ini agar bisa disampaikan kepada masyarakat Uni Eropa," lanjutnya.

(*)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini