Sukses

Jurus Jitu Menteri Marwan Atasi Kelangkaan Pangan

Menteri Marwan berupaya membantu mengatasi ancaman serius kelangkaan pangan melalui potensi pertanian di desa.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia bahkan dunia, diperkirakan akan mengalami kelangkaan pangan. Hal tersebut bahkan telah dilontarkan Malthusian -- teori dari ahli ekonomi Thomas Robert Malthus -- sejak tahun 1978.

Saat ini, perkiraan tersebut semakin dirasakan Indonesia, mengingat ketersediaan pangan lokal yang tidak memadai.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), Marwan Jafar mengatakan, ancaman kelangkaan pangan di Tanah Air telah menyebabkan Indonesia terus mengalami impor.

Hingga Agustus 2013 saja, impor beras Indonesia telah mencapai 35.818 ton, atau setara dengan US$19,132 juta. Beras tersebut dipasok dari beberapa negara yakni Vietnam, Thailand, Pakistan, India, dan Myanmar.

"Perkiraan ancaman kelangkaan pangan tersebut semakin terasa, terutama bagi Indonesia sebagai negara agraris yang perlahan menjadi negara industri," ujar Marwan dalam keterangannya yang diterima, Sabtu (30/1/2016).

Menurut Menteri Marwan, potensi kelangkaan pangan tersebut telah menjadi ancaman yang serius. Maka ia pun berupaya untuk membantu mengatasi hal tersebut, dengan membangun dan mengembangkan potensi pertanian di desa-desa. Ia menilai pertanian adalah watak Indonesia yang harus terus dikembangkan.

"Meskipun Indonesia akan menjadi poros maritim dunia, pertanian tidak boleh kita lupakan. Kita bisa memanfaatkan dana desa untuk membangun dan mengembangkan pertanian desa. Karena pertanian dan perkebunan ini kan sumbernya dari desa. Nah, kita bisa memanfaatkan dana desa untuk ini," jelasnya.

Dana desa, tutur Marwan, dapat dimanfaatkan untuk membangun infrastruktur yang dibutuhkan oleh sektor pertanian desa. Sehingga pertanian masyarakat desa tidak lagi terhambat oleh minimnya ketersediaan fasilitas pertanian. "Dana desa ini dapat dimanfaatkan untuk membangun irigasi misalnya, atau infrastruktur lain yang dapat menunjang pertanian," ujarnya.

Dalam hal ini, Marwan juga mengatakan akan melakukan MoU dengan Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia, untuk berkolaborasi dalam membangun dan mengembangkan pertanian desa. "Kita bisa saling berkolaborasi, bahkan saya harap kontribusi para sarjana pertanian ini dapat memberikan inovasi dan kreatifitas baru untuk pertanian Indonesia, khususnya di desa," imbuhnya.

Politisi PKB itu juga berharap, akan semakin bertambahnya sarjana dan ahli bidang pertanian untuk kembali ke desa. Ia meyakini, sinergi antara sarjana, industri, pemerintah, dan masyarakat akan dapat menghadapi ancaman langka pangan. "Ini juga merupakan lompatan yang luar biasa, untuk memperkuat desa secara ekonomi".

Jurus Jitu Kemendes PDTT Hadapi Kelangkaan Pangan

Ada dua jurus yang akan dilakukan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) dalam menghadapi kelangkaan pangan.  

Jurus itu antara lain dengan membangun dan mengembangkan pertanian desa. Selanjutnya, dengan memperkuat kelembagaan pertanian di desa.

"Selain menjadikan potensi pertanian di desa menjadi lebih maju, hasil pertanian dapat diberdayakan melalui BUMdes (Badan Usaha Milik Desa)," ujarnya.

Sebagai informasi, Indonesia saat ini telah mengalami penyusutan luas lahan pertanian, dari 9,1 juta hektar menjadi 7,1 juta hektar. Luas lahan ini jauh dari lahan sawah ideal yang direncanakan sebesar 15 juta hektar.

"Penyusutan lahan ini bukan hanya karena adanya perubahan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perkebunan. Namun juga alih fungsi lahan pertanian menjadi tempat tinggal, industri dan peruntukan lahan non pertanian lainnya," pungkas Marwan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.