Sukses

Buka Konferensi Forum Rektor, Jokowi Sentil Peran Universitas

Selain itu Jokowi juga mengingatkan perguruan tinggi juga harus cepat menyesuaikan persaingan ekonomi.

Liputan6.com, Yogyakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi membuka Konferensi Forum Rektor Indonesia di Universitas Negeri Yogyakarta, Jumat malam.

Jokowi hadir didampingi Menristekdikti Mohammad Nasir, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono dan Ketua Forum Rektor Rochmat Wahab.

Dalam sambutannya Jokowi menyentil peran universitas yang berkutat dalam kampus saja. Menurutnya universitas harus berani terbuka ke masyarakat dalam mengeluarkan hasil riset-riset.

Selain itu Jokowi juga mengingatkan perguruan tinggi juga harus cepat menyesuaikan persaingan ekonomi.

"Kita kadang lupa ini, bahwa kita bertemu dengan negara tetangga, berjabatan tangan antarpemimpin negara sepertinya berteman baik, tapi sesungguhnya yang terjadi adalah kompetisi. Sedang bersaing. Bukan menjadi pertemanan saja," ujarnya Jumat malam 29 Januari 2016.


Jokowi meminta universitas mampu menjawab tantangan persaingan itu. Salah satunya dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di kampus. Oleh karena itu ia juga sumbangsih dari kampus dalam menentukan sikap indonesia dalam perekonomian dunia.

"Saya sekarang belum putuskan apakah akan bergabung dengan Masyarakat Ekonomi Eropa, Amerika atau bloknya China. Ini harus diperhitungkan matang, apa untungnya. Saya minta masukan dari kampus, beri saya rekomendasi apa keuntungannya," kata dia.

Jokowi berharap kepada mahasiswa untuk terus berkreasi dalam meningkatkan teknologi. Hal ini demi meningkatkan persaingan terhadap negara lain. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perintah Perkuat Sinergi

Sebelumnya, Jokowi juga menghadiri dan sekaligus membuka Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri di Auditorium Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta Selatan, Jumat.

Dalam sambutannya Jokowi ‎menyampaikan beberapa arahan yang harus dijalankan oleh TNI-POLRI.‎

Arahan tersebut diantaranya TNI dan Polri harus memperkuat sinergi dan menghilangkan kompartementalisasi dan menghilangkan ego sektoral antar institusi.

Jokowi pun mencontohkan bentuk sinergi yang cukup baik saat penanganan aksi teror bom Jakarta yang terjadi di Jalan MH Thamrin pada 14 Januari 2016 lalu. ‎

"Saya‎ berikan contoh mengenai teror di Thamrin, Polri masuknya cepat, TNI mem-back up tapi belum bergerak. Kalau diperlukan langsung dalam waktu menit, detik sampai di lokasi karena memang sudah ada di sekitar itu. Sinergi seperti itu diperlukan," ujar Jokowi.

Jokowi meminta agar sinergi tersebut terus dilakukan terutama dalam menangani masalah keamanan negara seperti aksi terorisme.

"‎Sehingga dalam menyelesaikan tiap masalah dikerjakan bersama-sama terutama berkaitan tadi, terorisme, gangguan keamanan, itu yang tadi saya sampaikan," ucap dia. ‎
‎
Jokowi meminta TNI dan POLRI untuk ikut mendukung program-program pembangunan prioritas yang sedang dijalankan Pemerintah.

Beberapa program pemerintah yang menurut Jokowi harus mendapatkan dukungan TNI- Polri diantaranya pemberantasan pungutan liar di pelabuhan-pelabuhan. ‎

"Yang berkaitan dengan pungli juga, karena menyangkut ekonomi biaya tinggi. Juga dwelling time, ikut masuk ke sana, Polri juga agar bisa juga itu kita dapatkan dwelling time yang makin efisien. Dulu di atas 6 sekarang 4,7 nantinya bisa 3 koma," kata Jokowi. ‎

Jokowi juga memerintahkan para pimpinan Polri dan TNI untuk rajin blusukan ke wilayah-wilayah terpencil atau daerah yang kondisinya masih tertinggal. Blusukan tersebut perlu dilakukan agar mereka dapat mengetahui kondisi di daerah. ‎

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini