Sukses

Sungai Tahite, Tambang Emas Rakyat

Sungai Tahite, Bombana, Sulsel, dahulu dikenal sebagai kawasan ekosistem yang cukup indah dan lestari. Namun kini, pemandangan di kawasan itu telah jauh berbeda sejak dipenuhi oleh ribuan penambang emas.

Liputan6.com, Bombana: Sungai Tahite, Bombana, Sulawesi Selatan, dahulu merupakan kawasan ekosistem yang cukup indah dan lestari. Namun kini pemandangan di Sungai Tahite telah jauh berbeda sejak dipenuhi oleh ribuan penambang. Mereka berjibaku mengadu untung mencari emas. Bukan hanya lelaki, tapi juga kaum perempuan. Ada saatnya butiran-butiran keemasan membuat jantung penambang berdebar kegirangan. Pemandangan seperti itulah yang menjadi pemandangan rutin dalam setahun terakhir.

Tak ayal, banyaknya para penambang membuat ekosistem di kawasan itu menjadi rusak. Kegiatan rakyat menambang emas ini akhirnya telah mengubah wajah Sungai Tahite. Bekas kegiatan menambang tampak nyata saat area tambang tak lagi terlihat menjanjikan.

Dalam dunia geologi, penemuan emas di kawasan tepi sungai itu merupakan sesuatu yang luar biasa. Tak jarang para penambang yang menemukan emas dalam jumlah besar. Seorang penambang emas, Sapril menuturkan, ia biasa menjual emasnya dengan harga Rp 270 ribu setiap gramnya. Dengan total perolehan 90,1 gram per bulannya, Sapril bisa mengantongi uang lebih dari Rp 24 juta.

Namun akhir-akhir ini penghasilan para penambang mulai menurun. Angan-angan mendapat temuan besar yang mampu mengubah kehidupan membuat banyak penambang rela menempuh risiko tinggi. Sejak ditemukan emas di kawasan itu, sedikitnya delapan orang tertimbun tanah saat mencari emas.

Sesekali para penambang menggunakan mesin pompa kecil untuk menyemprot tempat-tempat tertentu yang diduga mengandung emas. Ini dilakukan agar tanah jadi gembur dan lebih mudah diayak. Namun tak sedikit para pendulang menggali di sana-sini. Dengan konstruksi galian seadanya, tak heran bila banyak pendulang yang terkubur di bawahnya.

Sementara tak jauh dari lokasi tambang rakyat, perusahaan penambangan besar kini telah bersiap-siap. Penambang besar itu didukung oleh aturan dan pemerintah daerah setempat. Alhasil, penambang rakyat terpaksa harus menyingkir. Kadang kala ada razia oleh aparat setempat yang mengusir para penambang dari area penambangan. Mereka pun terpaksa harus berkemas.

Kekayaan bumi Bombana ini memang membuat banyak pihak ingin ikut ambil bagian. Sesuai hukum yang berlaku, lahan dan kekayaan di dalamnya memang dikuasai negara, namun itu untuk kesejahteraan rakyat. Sementara di mata pemda setempat, para penambang hanya membuat kerusakan lingkungan.

Pemda beralasan ingin menyelamatkan kekayaan dan lingkungan di 43.000 hektare lahan pertambangan emas Bombana. Tentu saja janji tersebut hanya waktu yang bisa membuktikan. Apakah penyelamatan kekayaan bumi Bombana ini betul akan terpulang manfaatnya kepada rakyat. Saksikan video Eksis edisi minggu ini.(UPI/AND)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini