Sukses

Kurangi Dampak Gempa, Pemda Diimbau Buat Aturan Rumah Tahan Lindu

Padahal, kata Sutopo, bangunan tahan gempa dapat mengurangi risiko gempa.

Liputan6.com, Jakarta - Meski gempa kecil sering mengguncang sejumlah wilayah di Tanah Air, namun dampaknya mengakibatkan kerusakan. Ditambah lagi episentrum atau pusat gempa sering di darat, sehingga menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mencontohkan dampak gempa di Alor, NTT dengan kekuatan 6,2 SR pada 4 November 2015. Gempa ini menyebabkan 3 orang luka-luka, 5.439 jiwa mengungsi, dan 2.075 rumah rusak.

"Gempa 'swarm' 5 SR yang beruntun di Halmahera Barat, Maluku Utara, pada 16 November 2015 juga menyebabkan 10.165 jiwa mengungsi dan 1.593 rumah rusak," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Rabu (20/1/2016).

Sutopo menjelaskan, sebagian besar rumah yang rusak akibat gempa karena dibangun dengan konstruksi bukan tahan gempa. Sehingga ketika terjadi gempa mudah rusak.

"Minimnya regulasi di Pemda tentang rumah tahan gempa, terbatasnya pengetahuan masyarakat dan tukang, alasan ekonomi, tata ruang, dan lainnya merupakan faktor penyebab bangunan dengan konstruksi tahan gempa belum banyak dibangun," jelas dia.

Padahal, kata Sutopo, bangunan tahan gempa dapat mengurangi risiko gempa. Pedoman atau desain rumah tahan gempa sejatinya sudah banyak tersedia, namun belum dijadikan sebagai dasar yang wajib bagi masyarakat atau semua pihak, untuk membangun rumah tahan gempa.

"Pemda harus meningkatkan kepedulian ini agar dampak gempa dapat dikurangi," imbau Sutopo.

Gempa Buru Selatan

Dampak kerusakan akibat gempa berkekuatan 5,4 SR yang mengguncang Kabupaten Buru Selatan, Maluku pada 17 Januari 2016, terus bertambah. Sementara jumlah korban jiwa hanya 1 orang.

Sutopo mengatakan, Tim Reaksi Cepat BNPB masih mendampingi BPBD melakukan penanganan darurat.

"Dampak gempa tercatat 1 orang tewas, 15 orang luka-luka, dan 329 rumah rusak. Dimana 181 rusak ringan, 76 rusak sedang, dan 72 rusak berat," kata Sutopo.

Selain itu, lanjut Sutopo, 8 rumah ibadah dan sekolah rusak. Sekitar 150 kepala keluarga (KK) atau 460 jiwa mengungsi di tenda, lapangan, dan sekitar rumah.

"Korban jiwa dan luka-luka akibat tertimpa bangunan roboh," imbuh dia.

Menurut Sutopo, diperkirakan kerugian akibat bencana ini mencapai lebih Rp 970 juta. Daerah yang terdampak gempa ada 6 desa di Kecamatan Ambalau, Kabupaten Buru Selatan, Provinsi Maluku.

Data BNPB pada Senin 10 Januari lalu menyebutkan, 1 orang meninggal dunia, 19 lainnya luka ringan dan 3 orang luka berat akibat gempa di Buru Selatan.

Sedangkan, 68 unit rumah rusak berat, 118 unit rumah rusak sedang dan 53 unit rumah rusak ringan, serta 1 unit masjid rusak berat.

Sementara, pada Minggu 17 Januari 2016 BNPB menyebutkan, 120 bangunan rusak dan 8 orang terluka di Desa Masawoy dan Desa Ulima, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Buru Selatan, Maluku.

Di Desa Masawoy terjadi kerusakan 50 bangunan rumah, dan 2 orang menderita luka-luka. Sedangkan di Desa Ulima dilaporkan 70 bangunan rumah mengalami kerusakan dan 6 orang menderita luka-luka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini