Sukses

Ngopi Cantik Berujung Nestapa

Jika tidak memiliki bukti kuat, penulis opini kematian Mirna bisa saja dikenai ancaman sanksi UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Liputan6.com, Jakarta - Langit cerah Jakarta saat senja itu berbanding terbalik dengan kelabu yang menggelayuti wajah keluarga dan kerabat dekat Wayan Mirna L Salihin (27). Perempuan muda lulusan Swinburne University of Technology itu mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 18.00 WIB di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta. Padahal, ia baru saja memulai kehidupan perkawinan dengan Arief Soemarko.

Rabu sore, 6 Januari 2016, itu semestinya menjadi pertemuan hangat bagi Mirna dan kedua temannya, Siska dan Hani. Apalagi, Kafe Olivier yang disepakati sebagai tempat pertemuan berdesain interior atraktif dengan adanya area semiluar ruang yang beratap tembus pandang (skylight).

 

Mereka tak datang bersamaan. Siska lebih dulu tiba di restoran yang terletak di lantai Ground Floor Mal Grand Indonesia pada pukul 16.09 WIB dan langsung menempati meja nomor 54. Ia pula yang memesan 3 jenis minuman, es Kopi Vietnam, segelas cocktail Fashioned Sazarec dan sejenis minuman cocktail lain yang tak diketahui namanya. Siska membayar lunas ketiga jenis minuman itu.

Mirna dan Hani menyusul 40 menit kemudian. Gelas berisi es Kopi Vietnam disodorkan ke hadapan Mirna. Baru menyeruput seteguk, lidah Mirna menyicipi rasa agak aneh seperti jamu. Tidak berapa lama, tubuh perempuan yang berprofesi sebagai Creative/Art Director di Misca Design itu kejang-kejang.

Kedua teman Mirna dengan panik mengevakuasinya ke klinik yang berada di dalam mal, tapi kondisinya tak membaik. Dokter klinik merujuk Mirna ke RS Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat, dan tiba sekitar 15 menit kemudian. Namun, nyawa Mirna tetap tidak tertolong. Jenazahnya kemudian disemayamkan di RS Harapan Kita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Diracun atau Keracunan?

Kasus Mirna mencuat setelah posting seorang netizen di media sosial tersebar cepat. Dalam posting berbahasa Inggris itu, penulis mencetuskan dugaan jika Mirna diracun tanpa menyebutkan jenis racun yang spesifik. Namun, racun itu sebenarnya bukan ditujukan untuk Mirna melainkan orang lain.

Dugaan itu langsung dibantah oleh polisi. Direktur Reserse Kriminal umum (Disrekrimum) Polda Metro Jaya Kombes Khrisna Murti mengatakan banyak penyebab seseorang meninggal. Pihaknya sedang mengusut untuk memastikan penyebab kematian Mirna. Selama proses pengusutan, ia meminta agar masyarakat tidak mudah berasumsi dan menuliskannya di media sosial.

Krishna mengingatkan agar masyarakat tidak mudah menulis sesuatu di media sosial. Jika tidak memiliki bukti dan dasar yang kuat, penulis bisa saja dikenai ancaman sanksi UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

"Hati-hati lho orang yang meng-update di media sosial yang mengatakan dikasih racun tikus, saya baca. Lebih baik dia lapor polisi supaya tidak muncul pelanggaran ITE," ujar Krishna, Jumat (8/1/2016).

Di sisi lain, polisi menghadapi tantangan mengusut penyebab kematian Mirna lantaran keluarga menolak jenazah salah satu anak kembarnya itu diautopsi. Polisi mencoba mencari petunjuk dengan menanyai 5 saksi, 3 orang adalah karyawan kafe dan 2 lainnya adalah teman Mirna.

Polisi juga sempat mendapatkan cairan lambung Mirna untuk diteliti. Barang bukti lainnya adalah sisa kopi yang diminum Mirna, struk belanja, tas dan barang-barang yang dibawa Mirna.

3 dari 3 halaman

Tanggapan Dokter

Sebelum dirujuk ke RS Abdi Waluyo, Mirna sempat dievakuasi ke Klinik Damayanti yang berada di dalam mal. Dokter Klinik Damayanti Grand Indonesia, dr Joshua mengatakan Mirna dibawa ke klinik oleh karyawan kafe. Saat itu, Mirna hanya pingsan dan belum meninggal serta tidak ada keanehan dari tubuhnya.

"Sadar sih enggak, pingsan kayak biasanya, kondisi fisik juga masih ada (hidup). Badan masih hangat, pandangan mata kosong, dan pasien masih bisa interaksi," kata Joshua di Klinik Damayanti, Jumat (8/1/2016).

Salah satu yang paling meyakinkan, lanjut Joshua, adalah masih ada denyut jantung dari tubuh Mirna. Setelah didalami, tensi darah Mirna pun normal. Denyut nadinya 80 kali per menit, sedangkan pernapasannya 16 kali per menit. Artinya, semua organ vital masih berfungsi normal.

Kini, kita menanti proses investigasi untuk mengungkap tabir kematian Mirna yang diselimuti dugaan-dugaan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.