Sukses

'Balas Dendam' Korsel Arahkan Musik K-pop Keras-keras ke Korut

Korsel menyetel musik K-pop keras-keras, diarahkan ke arah negara yang paling mengisolasi diri di muka bumi itu.

Liputan6.com, Seoul - Aksi Korea Utara, yang mengklaim berhasil melakukan uji coba bom hidrogen pada Rabu 6 Januari 2016, bikin was-was Korea Selatan, juga dunia. Meski, sejumlah negara meragukan klaim tersebut.

Merespons tindakan pihak Pyongyang, Korsel tak hanya menyiagakan keamanan. 'Balas dendam' pun dilakukan. Caranya, dengan menyetel musik K-pop keras-keras ke arah negara yang paling mengisolasi diri di muka bumi itu.

K-pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan yang tenar hingga ke penjuru dunia.

"Kami mengirimkan musik K-pop dan informasi soal hidup di Korsel dan Korut," kata seorang pejabat militer Korsel kepada NBC News, seperti dikutip Liputan6.com, Jumat (8/1/2016).

Puluhan pengeras suara ditumpuk di wilayah perbatasan, diarahkan ke arah Pyongyang di seberang. Sementara, para serdadu menjaga ketat lokasi propaganda itu.


Berdasarkan laporan, musik tersebut bisa didengar hingga jarak 12 mil atau 19 km dari perbatasan. Atau suaranya yang sayup-sayup mungkin bisa menyebar lebih jauh lagi, lewat perantaraan angin.

Langkah serupa pernah dilakukan Korsel sebelumnya dan memancing kemarahan rezim Korut.

Propaganda K-pop dianggap menghina Kim Jong-un. Dianggap merusak martabat pemimpin muda itu.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengadakan pertemuan darurat dengan pemimpin militer Korea Utara, Pyongyang, Jumat (21/8/2015). Kim Jong-un, telah memperingatkan militernya untuk siap perang dengan Korsel.. (Reuters/Kom Hong-Ji). (Reuters/KCNA)


"Kim Jong-un bukan diktator biasa. Di Korut ia setara dewa. Dan penyiaran propaganda pihak Korsel, yang memberikan informasi berbeda, menerbitkan tanda tanya di antara warga Utara," kata Park Chang-kwon, peneliti senior dari Korea Institute for Defense Analyses di Seoul.

"Siaran dari Korsel bisa mencapai wilayah Korut,  memberikan gambaran negara yang bebas dan mengurangi pengultusan individu."

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris, Philip Hammond meminta Korsel menahan diri.

Pun dengan Cheong Seong-chang, peneliti senior di Sejong Institute. Ia menilai, "siaran dengan menggunakan pengeras suara bisa memprovokasi militer Korut yang sensitif terhadap kritikan yang menggugat keagungan pemimpinnya, alih-alih membantu menyelesaikan isu nuklir."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.