Sukses

4 Kasus Bunuh Diri atas Nama Pertanggungjawaban Moral

Mengakhiri hidup alias bunuh diri kerap menjadi pilihan bagi sebagian orang yang merasa menanggung beban moral yang teramat berat.

Liputan6.com, Jakarta - Mengakhiri hidup alias bunuh diri kerap menjadi pilihan bagi sebagian orang yang merasa menanggung beban moral teramat berat, apalagi menghilangkan nyawa banyak orang.

Seperti yang dilakukan beberapa orang yang disebut-sebut terlibat dalam sebuah kecelakaan yang merenggut banyak korban.  4 kasus bunuh diri ini diduga dilakukan atas nama pertanggungjawaban moral kepada orang lain, dalam beragam kasus mulai dari kecelakaan pesawat AirAsia hingga longsor di China.

Ini kisah selengkapnya yang dirangkum Liputan6.com dalam berbagai sumber:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Tragedi Sewol

Kang Min Kyu (52) adalah guru etika, mata pelajaran yang mencakup pertanggungjawaban moral. Itu mungkin yang mendasari keputusannya untuk mengakhiri nyawanya sendiri.

Wakil Kepala Sekolah Danwon High School, Ansan, itu adalah satu dari 174 orang yang berhasil diselamatkan dari Kapal Sewol yang tenggelam dalam pelayarannya menuju Pulau Jeju, Rabu, 16 April 2014.

Dua hari setelah kejadian, ia ditemukan tewas, diduga gantung diri menggunakan ikat pinggang di sebuah pohon di Jindo. Dalam wasiatnya, Kang menyatakan kekecewaaannya karena ia bisa diselamatkan, sementara banyak muridnya tidak.

Pada dinihari yang dingin, Senin 21 April 2014 sekitar pukul 04.30, peti mati berisi jasad Kang dibawa ke pemakaman dalam gelap. Matahari belum lagi terbit.

Tak ada yang menggotong peti itu. Keluarga dan pelayat berpakaian hitam berjalan membisu mengikuti mobil yang membawa keranda.

3 dari 5 halaman

Teknisi AirAsia

Hati Gavin Price Jones (37) gelisah bukan main saat mendengar kabar pesawat AirAsia Indonesia QZ8501 dinyatakan hilang pada Minggu pagi, 28 Desember 2014 pukul 06.17 WIB, dalam penerbangan jarak pendek dari Surabaya menuju Singapura.

Apalagi beberapa hari kemudian serpihan Airbus A320-200 yang membawa 162 orang di dalamnya itu ditemukan di Selat Karimata. Tak ada yang selamat dalam musibah tersebut.

Entah bagaimana, Gavin, yang bekerja sebagai teknisi pada Airbus A320--yang mirip dengan pesawat yang celaka--didera rasa bersalah. Ia merasa ikut menyebabkan AirAsia QZ8501 menemui nasib nahas.

Pria asal Saltney, Cheshire, Inggris, tersebut lalu melakukan tindakan nekat: bunuh diri.

Kasus tersebut sudah lama terjadi, tetapi baru terungkap belakangan ini.

Dalam pemeriksaan, keluarga korban menceritakan bagaimana insinyur tersebut menjadi 'gila' dengan pikiran yang tak masuk akal bahwa ialah yang menyebabkan kecelakaan maut itu terjadi.

Sang istri, Louise menemukan Gavin yang bekerja untuk Airbus di Broughton, Flintshire, dalam kondisi tergantung dengan leher terjerat pada 20 Januari 2015. Gavin gantung diri. Pesan terakhir yang ditulis dalam secarik kertas ditemukan di dekatnya.

4 dari 5 halaman

Longsor China

Diduga tak sanggup menanggung perasaan bersalah atas tragedi longsor China di Kota Shenzen, seorang pejabat dilaporkan bunuh diri pada Senin, 28 Desember 2015.

Menurut laporan kantor berita negara China, Xinhua, Direktur Shenzhen Guangming New District Urban Management Bureau, Xu Yuanan, melompat dari sebuah bangunan di distrik Kota Nanshan.

Meskipun Xu saat ini tidak terdaftar di website biro tersebut, dokumen publik menunjukkan ia yang menandatangani anggaran terkait tempat pembuangan puing-puing kontruksi pada bulan Juli.

5 dari 5 halaman

Longsor Tambang

Ma Congbo, pemilik tambang gips di Kota Linyi, Provinsi Shandong, China, bunuh diri di saat regu penyelamat mencoba untuk menyelamatkan 17 penambang yang sudah terperangkap selama 2 hari di tambang yang longsor tersebut.

Ma Congbo, kepala perusahaan Yurong yang memiliki tambang tersebut, menenggelamkan dirinya dengan melompat ke sumur tambang, Minggu, 27 Desember 2015.

China sendiri memiliki sejarah panjang dalam kecelakaan industri. Insiden terbaru ini terjadi hanya beberapa hari setelah longsor mematikan yang disebabkan oleh limbah konstruksi di kota selatan Shenzhen yang menewaskan satu orang dan 75 lainnya hilang.

Serangkaian kecelakaan industri yang terjadi tahun ini memunculkan kembali pertanyaan tentang standar keamanan industri di China.**

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.