Sukses

Aksi Muslim Kenya 'Rela Mati' demi Lindungi Warga Kristen

Gerombolan Al Shabaab memerintahkan penumpang muslim memisahkan diri dari non-muslim. Namun, mereka menolak dan tak gentar hadapi kematian.

Liputan6.com, Nairobi - Sebuah bus melaju di jalanan berdebu Desa El Wak, Mandera, kota di timur laut Kenya, Senin, 21 Desember 2015.

Di tengah jalan, laju kendaraan dihentikan paksa oleh gerombolan militan Al Shabaab. Mereka menghamburkan peluru ke arah bus berpenumpang 62 orang tersebut.

Para teroris yang jumlahnya lebih dari 10 orang kemudian menyeruak masuk ke dalam bus, memerintahkan para penumpang muslim memisahkan diri dari mereka yang beragama Kristen. 

Namun para penumpang menolak. Mereka tak gentar dengan tampilan sangar para teroris yang menyandang bedil. "Mereka yang beragama Islam menolak memisahkan diri dari para non-muslim, dan berkata tegas pada para penyerang, 'Bunuh kami semua atau tinggalkan kami'," kata Gubernur Mandera, Ali Roba, seperti dikutip dari Daily Nation, Selasa (22/12/2015).

Menurut Gubernur Roba, para penumpang tak mau pembantaian serupa tahun lalu terulang. Kala itu militan Al Shabaab membajak bus dari Nairobi dan menewaskan 28 penumpang yang ada di dalamnya, yang sebagian besar adalah guru. Serangan kelompok tersebut juga menyebabkan banyak orang jadi korban, baik dari kalangan Islam maupun Kristen.



"Itu mengapa sejumlah penumpang terluka saat mencoba untuk melindungi sesamanya yang non-muslim," dia menambahkan. "Penduduk lokal menunjukkan sikap patriotisme dan melindungi satu sama lain."

Frustrasi dengan Kekerasan

Alasan lain dari sikap para penumpang muslim, menurut BBC, adalah frustrasi. Mereka sudah lelah dengan kekerasan dan teror yang disebar Al Shabaab. Mereka sama menderitanya dengan umat Kristen yang ditengarai sebagai 'target' utama kelompok teror.

Salah satu penumpang yang selamat dalam kejadian pada Senin, 21 Desember, Abdirashid Adan, menceritakan detik-detik kejadian nahas tersebut.

"Kami terpaksa berhenti setelah mereka menembaki bus kami," kata Adan, yang kini sedang menjalani perawatan di Mandera County Referral Hospital. Salah satu peluru bersarang di bagian tubuhnya.

Ia ikut menolak saat para militan meminta penumpang muslim memisahkan diri. "Kami bahkan memberikan atribut keagamaan kami pada penumpang non-muslim agar mereka tak mudah dikenali," kata Adan.

Para penumpang berkukuh tetap bersama-sama. "Para militan mengancam akan menembak, tapi kami tetap menolak dan memutuskan untuk melindungi saudara-saudari kami," kata dia.

Peta yang menjelaskan kedekatan Kenya dan Somalia yang dilanda kekerasan oleh kaum militan


Akhirnya para penyerang menyerah dan meninggalkan para penumpang sambil mengancam mereka. Alasan lain militan Al Shabaab lari karena mengira lori yang mendekat sebagai mobil polisi.

Julius Otieno dari kepolisian setempat membenarkan kabar tersebut. "Para militan mencoba mengidentifikasi siapa muslim dan siapa bukan," kata dia. Otieno menambahkan bahwa para penumpang yang bergama Islam menolak untuk menurutinya.

Setidaknya dua orang tewas dalam insiden tersebut, sementara beberapa penumpang mengalami luka-luka. Aparat masih memburu para pelaku.

Sementara itu, Abdiasis Abu Musab, juru bicara militer Al Shabaab, mengaku kelompoknya menembakkan peluru ke arah bus.

"Sejumlah orang Kristen tewas, lainnya terluka," kata dia dalam pernyataannya kepada Reuters. Namun, para militan tak merespons tentang sikap penumpang muslim selama penyerangan.

Al Shabaab mengaku akan terus meneror Kenya, hingga pihak Nairobi menarik mundur pasukannya dari koalisi Uni Afrika yang menyerang para militan di Somalia.

Kelompok teror itu juga mengklaim, wilayah timur laut Kenya adalah bagian dari Somalia. (*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini