Sukses

BNP2TKI: Banyak TKI di Timur Tengah Diperdagangkan

BNP2TKI mensinyalir banyak TKI yang bekerja di Timur Tengah, menjadi korban perdagangan manusia. Sekitar 7.000 TKI bermasalah yang tersebar di Suriah, Yordania, dan Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, diindikasikan sebagai korban perdagangan manusia.

Liputan6.com, Jakarta: Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mensinyalir banyak TKI yang bekerja di Timur Tengah, menjadi korban human trafficking atau perdagangan manusia. Jelasnya, sekitar 7.000 TKI bermasalah yang tersebar di Suriah, Yordania, dan Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, diindikasikan sebagai korban perdagangan manusia. Demikian rilis BNP2TKI yang diterima Liputan6 SCTV melalui pesan singkat atau SMS, Kamis (30/7).

Menurut BNP2TKI, modus operandi yang dilakukan antara lain memanfaatkan TKI yang kebanyakan pembantu rumah tangga, sedang bermasalah dengan majikannya. Misalnya, seorang TKI yang bekerja di Dubai, setelah enam bulan bekerja ada masalah dengan sang majikan. Majikan selanjutnya mengembalikan TKI tersebut ke agen di Abu Dhabi.

Karena sang agen tidak mau rugi dan telah membayar mahal kepada agen di Indonesia, mereka kemudian dipekerjakan kembali di luar Abu Dhabi seperti Yordania, dan Suriah. Para TKI ini rawan menjadi korban pemerasan majikan dan perlakuan kasar lainnya karena statusnya yang tidak resmi. Mereka kemudian menjadi masalah dan lari ke penampungan TKI di sejumlah Kedutaan Besar Republik Indonesia di Timur Tengah.

Sementara, pemerintah kesulitan memulangkan mereka karena jumlahnya yang banyak dan keterbatasan dana. Menurut Kepala BNP2TKI M. Jumhur Hidayat, seharusnya para TKI yang bermasalah dipulangkan ke Indonesia oleh agen di negara bersangkutan. Karena aturan yang diterbitkan oleh pemerintah sudah jelas. Yakni, TKI yang bermasalah dipulangkan ke Indonesia. Selain itu, biaya ditanggung agen di Indonesia dan agen negara yang bersangkutan.

Selanjutnya, menurut Jumhur, untuk menghindari terjadinya human trafficking, pemerintah harus memperbanyak pengiriman TKI formal yang memiliki keterampilan atau kemampuan. Bukannya TKI informal seperti pembantu rumah tangga.(ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini