Sukses

Menko Luhut: Radikalisme Ancam Keamanan dan Iklim Usaha

Menko Luhut mengatakan ISIS sama sekali tak bisa dikaitkan dengan Islam. Karena apa yang dilakukan ISIS bertentangan dengan Islam.

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan ekonomi dan bisnis membutuhkan iklim yang kondusif. Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Pandjaitan menyebut sejumlah faktor yang mempengaruhi dunia usaha.

Antara lain, keamanan dan stabilitas sosial-politik, prospek perekomonian, dan iklim investasi. Menko Luhut menyebut radikalisme sebagai salah satu tantangan utama di bidang keamanan. 

Dia menuturkan, radikalisme telah menjadi sebuah ancaman serius, tidak hanya Indonesia namun juga seluruh dunia. Dan, kelompok radikal yang sedang jadi buah bibir adalah ISIS. Apalagi, organisasi ekstremis tersebut menjadi otak serangan teror di Paris, Prancis pada 13 November 2015.

Akibat serangan tersebut 130 orang jadi korban jiwa. Sementara 200 lebih manusia tak berdosa menderita luka.

"Radikalisme melahirkan kelompok teroris semacam ISIS. Gerakan mereka menjadi ancaman serius di seluruh dunia," kata Menko Luhut Pandjaitan dalam acara UNSW Business Think di Lantai 8 SCTV Tower, Jakarta, Kamis (26/11/2015).

Berbicara di depan para alumni University of New South Wales (UNSW) Australia, para pelaku bisnis, dan sejumlah duta besar negara sahabat, Menko Luhut mengatakan, di Indonesia, ISIS juga telah melakukan penetrasi.

Menurut data yang dimiliki aparat keamanan, ada 800 orang Indonesia yang bergabung dalam ISIS dan terbang ke Irak serta Suriah. 284 di antaranya telah teridentifikasi dan 516 lainnya masih diinvestigasi.

Beberapa di antara mereka telah kembali ke Tanah Air.

Purnawiran TNI tersebut menegaskan, ISIS sama sekali tak bisa dikaitkan dengan Islam. Karena apa yang dilakukan ISIS bertentangan dengan Islam.

"Islam bukan ISIS dan ISIS bukan Islam. Islam itu harmonis dan mengajarkan cinta dan ISIS adalah hal yang lain," terang Menko Luhut 

Dia menyebut radikalisme yang dibawa ISIS, meski terlanjur menjamur, tetap ada solusi untuk menyelesaikan masalah itu. Jalan keluar yang terbaik adalah dengan pendekatan lembut melalui budaya dan semacamnya bisa digunakan.

Menurut dia pendekatan tersebut bisa dicoba. Pasalnya, pendekatan represif yang pernah dicoba negara-negara besar menemui kegagalan.

Tidak cuma itu, masalah ISIS dan radikalisme tak bisa diselesaikan oleh satu negara. Namun, dengan bergandeng tangan antar negara niscaya masalah tersebut dapat teratasi.

"Bagaimana menghadapi masalah ini yang pasti satu negara tak bisa menyelasaikannya," ujar Luhut lagi.

Ia juga menegaskan ISIS punya dunianya sendiri, dan Islam adalah agama yang harmoni dan membawa kedamaian. 

Untuk menanggulangi pengaruh ISIS di Indonesia, Menko Luhut menambahkan, pemerintah juga harus menggandeng organisasi massa yang besar, seperti NU dan Muhammadiyah.

"Kita perlu menjajaki para ulama dari kedua organisasi itu, menerangkan bahwa ISIS tak ada hubungannya dengan agama apapun," tambah Luhut.

Selain radikalisme, tantangan yang dihadapi Indonesia terkait keamanaan dan kebijakan internasional adalah, narkoba, penambangan ilegal, ilegal fishing, dan perdagangan manusia. Oleh karena itu, diperlukan penegakan hukum agar Indonesia semakin kondusif dan tercipta iklim bisnis yang sehat.

"Jadi, jika kita menginginkan kesinambungan iklim bisnis yang sehat dalam negeri ini, kita harus serius menjaga stabilitas sosial politik serta keamanan," tambah dia. (Rie/Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini