Sukses

Ajakan Bermain dari Benhil Berujung Maut

Pupus harapan Gariani untuk melihat buah hatinya mengecap kesuksesan. Detak jantung AAP terhenti di tangan Rizal.

Liputan6.com, Jakarta - Tahu sang putri tiada menghancurkan hati Gariani. Hati perempuan 52 tahun itu kini tinggal serpihan ketika mengetahui pembunuhan AAP adalah sepupunya sendiri.

Dia tidak pernah menyangka Rizal tega membunuh harapannya. Walau pun, selama ini, dia mendengar cerita-cerita buruk mengenai Rizal.

"Tidak ada (prasangka ke Rizal). Sama sekali tidak ada. Saya enggak nyangka. Saya dengar dari orang-orang (Rizal) seperti itu (berperilaku buruk), tapi saya tidak pernah lihat sendiri," kata Gariani, sembari menyeka air mata, di Mapolda Metro Jaya, Rabu (25/11/2015).

Namun, bagi dia, Rizal merupakan pria yang baik. Ini tercermin dari sikapnya yang terkadang memberi uang jajan ke AAP.

"Pernah sih (AAP cerita) sekali-kali, 'Ma, saya abis dikasih uang sama Mas Rizal.' Saya tanya berapa? Katanya Rp 2.000," kata Gariani.

Dia pun mendengar dari warga kalau keduanya sering pergi bersama. Namun, sejauh mana hubungan keduanya, Gariani mengaku tidak tahu. Hal itu juga tidak terlalu dipikirkan perempuan paruh baya ini karena dia sibuk mencari nafkah untuk AAP dengan menjadi buruh cuci.

"Dia (AAP) sering jalan (sama Rizal), warga ada yang lihat. Saya enggak nyangka deketnya (AAP dan Rizal) ternyata deket banget. Saya kira deketnya seperti biasa, kaya saudara," tutur Gariani.

Hukum Mati

Pupus harapan Gariani untuk melihat buah hatinya mengecap kesuksesan yang belum juga diraihnya. Detak jantung AAP terhenti di tangan Rizal.

Oleh karena itu, dia berharap aparat menghukum mati pelaku pembunuhan serta pemerkosaan anaknya. Terlebih sang pelaku tak lain adalah sepupunya, Rizal alias Anwar.

"Permintaan saya (Rizal) dihukum yang seberat-beratnya, bila perlu hukuman mati. Harapan saya sudah dihancurkan oleh dia," kata Gariani.

Dia mengaku melihat gelagat aneh AAP akhir-akhir ini. Terlihat murung di hari-hari terakhir hidupnya. Namun ketika ditanyai apa yang mengganggu pikirannya, bocah 12 tahun itu hanya diam saja dan terlihat enggan berbagi cerita.

"Dia cuma kelihatan murung, agak murung beberapa hari (sebelum meninggal)," ungkap Gariani.


Gariani (52), ibu dari AAP bocah yang dicabuli dan dibunuh pamannya Rizal alias Anwar (24) di lahan Perhutani, Jasinga, Bogor.

Sikap ini berbeda dengan kebiasaannya. AAP di mata Gariani merupakan sosok yang ceria dan suka mengajaknya mengobrol usai pulang kerja.

Memang, hubungan ibu dan anak ini semakin akrab sejak ayah AAP memilih berpisah dengan Gariani.

Misteri Tersibak

Misteri pembunuhan siswi SMP Bendungan Hilir Jakarta Pusat, AAP (12) terbongkar setelah aparat penyidik Subdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya menyelidiki kasus ini selama sebulan.

Jejak Rizal, sang paedofil akhirnya terendus setelah polisi memeriksa beberapa pria dewasa yang diketahui dengan dekat AAP, serta melakukan sinkronisasi DNA saksi dengan DNA di sperma yang menempel di dubur AAP.

Polisi menyimpulkan Rizal masuk dalam daftar orang yang diduga kuat menghilangkan nyawa AAP. Jejaknya pun semakin jelas setelah Rizal membawa keluarganya kabur usai diperiksa penyidik.

Akhirnya, polisi menggeledah rumah bapak 2 anak itu, di Rusun Karet, Jakarta Pusat. Polisi membawa jaket Rizal yang belum sempat dicuci guna mengambil sampel keringat dan menemukan adanya kecocokan DNA.

Perburuan polisi terhadap Rizal pun berhenti pukul 19.00 WIB, Senin 23 November 2015. Rizal dicokok aparat Resmob Polda Metro Jaya di Pandeglang, Banten, Jawa Barat.

"Pelaku sudah ditangkap dini hari tadi di Pandeglang, Banten, inisialnya RZ," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Krishna Murti ketika dikonfirmasi Liputan6.com, Jakarta, Selasa 24 November 2015.

Sehari setelahnya, Selasa 24 November 2015, Polda Metro Jaya menggelar prarekonstruksi kasus tersebut. Prarekonstruksi dilakukan di lokasi pembunuhan AAP, Area Perhutani Petak 17, Resor Pemangkuan Hutan Tenjo, Desa Pangaur, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor.

Di bawah awan mendung Kota Hujan, jajaran Subdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya menggiring Rizal ke lokasi pembunuhan tersebut.

Pukul 16.15 WIB, pria bertubuh hitam kurus itupun melakoni adegan detik-detik pemerkosaan dan pembunuhan AAP.

"Pra rekonstruksi ini dilakukan untuk membuat terang tindak pidananya, sehingga penyidik punya gambaran saat BAP tersangka nanti," jelas Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti.

Dari pemeriksaan awal, Rizal mengaku telah memperdaya AAP dengan alasan mengajak jalan-jalan.


Tak ada prasangka buruk di benak AAP ketika sang paman, Rizal alias Anwar, berbaik hati menerima ajakannya berjalan-jalan. AAP yang masih berusia 12 tahun itu memang suka bermain, bahkan kerap ikut mengamen dengan bocah-bocah di sekitar rumahnya.

Kamis 22 Oktober 2015 pukul 14.30 WIB, AAP meminta Rizal membawanya jalan-jalan. Dia pun mendatangi area parkir Rusun Karet Tengsin, tempat sang paman tinggal.

AAP lantas duduk di jok belakang motor Rizal dengan seragam SMP yang masih melekat di tubuhnya, mengikuti kemana Rizal menbawa dirinya. Yang terpikir hanyalah ia akan diajak jalan-jalan dengan saudara laki-laki ibunya ini. Rizal tak mengatakan ke mana akan membawa AAP bermain.

Setelah 5 jam menempuh perjalanan panjang dan macet dari Bendungan Hilir Jakarta Selatan, sampailah keponakan dan paman itu di Area Perhutani Jasinga Bogor pukul 20.00 WIB. Siswi SMP itu lalu diajak Rizal masuk ke dalam area hutan yang gelap dan sepi. Tak ada lampu penerang jalan di sana, bahkan sinar bulan tak mampu menembus rimbunnya daun pepohonan yang menjulang tinggi.

Rizal yang sudah berniat buruk terhadap korban pun menghentikan laju kendaraannya. Di situlah tempat yang dirasa Rizal pas untuk menjadikan AAP bulan-bulanan nafsu setannya.

Ia pun memberhentikan motornya di pinggir jalan yang beralaskan tanah tanpa mematikan mesin motor agar lampu kendaraan menerangi jalan sekitar. Rizal pun langsung memaksa korban untuk mau melayani dirinya.

"Pelaku mengajak bersetubuh lalu sempat ditolak korban. Tapi korban diancam mau ditinggalkan di tengah hutan kalau tidak nurut. Akhirnya korban enggak bisa melawan," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti ketika dihubungi Liputan6.com, Rabu (25/11/2015).


Ilustrasi kekerasan pada anak. Sumber: Istimewa

Gelap Mata

Dirundung rasa takut perbuatannya ketahuan keluarga AAP, Rizal pun gelap mata mengambi sebongkah batu kali yang memang berserakan di lokasi tersebut. Ia lalu menghampiri AAP dari sisi belakang lalu menghantam batu itu ke kepala bagian belakang. Saat itu AAP tengah mengancingi baju seragamnya pasca ditelanjangi tersangka.

"Korban sempat ngomong, 'Om kok pukul aku? Sakit,' sambil badannya bersandar ke motor," kata Krishna.

Panik karena korban masih sadar, Rizal pun memukul kepala bagian atas korban dengan batu tersebut hingga pingsan. Untuk memastikan korban sudah tak bernyawa, Rizal menghantam wajah korban dengan batu hingga akhirnya nyawa AAP melayang.

"Jadi bagian kepala korban dihantam 2 kali dengan batu, lalu sekali di wajah untuk memastikan korban sudah tewas," terang Krishna.

Masih kata Krishna, saat prarekonstruksi kemarin, setelah membunuh AAP, Rizal lalu menyeret tubuh bocah SMP itu ke dalam semak-semak yang berjarak 5 meter dari lokasi pembunuhan. Rizal pun melepas kemeja seragam AAP dan membakar seragam tersebut untuk hilangkan jejak.

"Total adegan kemarin ada 25 adegan. Setelah membunuh, pelaku menyeret tubuh korban ke semak-semak, membuka kembali kemeja korban, membakar untuk menghilangkan jejak, lalu naik ke motor pulang," tutup Krishna. (Bob)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini