Sukses

Burung Langka Ikut Migrasi ke Yogyakarta

Burung yang migrasi seperti jalak China, layang layang Asia, elang, alap alap kawah, dan burung hantu.

Liputan6.com, Yogyakarta - Puluhan ribu burung migrasi, melintasi dan singgah di Indonesia termasuk Yogyakarta. Berbagai jenis burung yang migrasi ini berada di tempat-tempat tertentu, seperti di Pantai Trisik, Hutan Merapi, Perkotaan, Nglanggeran, dan bukit Menoreh Kulonprogo.

Pengamat Burung Yayasan Kutilang Indonesia, Imam Taufiqurrahman mengatakan, burung yang migrasi itu, yakni jalak China, layang layang Asia, elang, alap alap kawah, dan burung hantu.

"Sudah nalurinya jadi hidup mereka migrasi, Juni-Juli berkembang biak di China, Siberia setelah itu mereka migrasi. Mereka cari tempat tropis yang lebih hangat sampai Januari-Februari, mereka pulang perjalanan pulang lagi. Mei-April mereka berkembang biak. Begitu terus," ujar Imam di Yogyakarta, Kamis 12 November 2015.

Imam mengatakan, dari berbagai jenis burung yang migrasi di Yogyakarta, ada beberapa burung yang terhitung jarang muncul. Seperti pengamatan yang dilakukan 5 November lalu di Bukit Menoreh Kulonprogo. Ia melihat burung elang kelabu.

"Ada kemarin di Menoreh jenis elang tapi termasuk yang jarang, namanya elang kelabu warnanya cokelat. Di Yogyakarta baru catatan kedua. Kemarin tanggal 5 November. Kemarin di daerah Gunungkidul, ini di Kulonprogo. Kalau dibandingkan ya dia 10 dari 1.000 yang melintas di sini," kata dia.



Selain elang kelabu, ada juga elang jenis langka yang melintasi Yogyakarta seperti elang Pariya dan alap alap Macan. Selain di hutan dan bukit yang memiliki pohon besar, burung-burung migrasi ini terkadang singgah di gedung-gedung perkotaan yang tinggi. Bilboard, tower, tiang listrik dan pohon besar di perkotaan juga menjadi persinggahan burung migrasi ini. Seperti pengamatan di tengah kota daerah Condong Catur, seekor alap alap kawah sedang bertengger di tower.

"Alap alap macan tapi dia lebih merah bawahnya. Jarang ditemukan, pernah tercatat, tapi jarang. Elang Pariya ada laporan masuk ke Yogyakarta, belum pastikan juga," tutur Imam.

Fenomena migrasi ini disebut 'murmuration' yang berlangsung saat musim dingin, Padang Pasir Negev, Israel, Senin (2/2/2015). (AFP Photo/Menahem Kahana)

Menurut Imam, burung-burung ini migrasi dari Siberia, Mongolia China, Jepang, dan Australia. Indonesia menjadi rute besar Asia Timur atau Australasia (Asia Pasifik). Itu merupakan jalur terbang dunia, salah satunya dari kutub sampai Australia, sementara Indonesia berada di tengah jalur itu.

"Kadang mereka turun cari makan. Berhenti turun cari makan. Ini sampai bulanan, 3 sampai 4 bulan di sini," ucap dia.

Berbagai laporan dan catatan yang diketahuinya, burung yang tiba di pesisir Indramayu-Cirebon menjadi buruan warga. Warga mengambil daging dari burung migrasi, terutama burung jenis air atau pantai untuk dimakan. Bahkan banyak yang menjual burung migrasi di warung lesehan dan warung makan.
 
Sementara di Yogyakarta, kebanyakan warga mengambil burung migrasi untuk dipelihara atau dijual. Ia belum menemukan burung migrasi berakhir di piring lesehan pinggir jalan.

"Sebenarnya sudah tahun dahulu, cuma penelitian baru tahun 80-an. Yogyakarta kalau ditemukan di pasar burung iya. Biasanya bukan dimakan tapi dipelihara. Seperti jalak China ditemukan di Pasar Pasty tahun lalu," tandas Imam. (Mvi/Ndy)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini