Sukses

Hasil 'Menguping' AS: Rusia Percaya Pesawatnya Meledak karena Bom

Amerika Serikat memata-matai saluran komunikasi Rusia, ternyata Negeri Beruang Merah itu yakin pesawatnya telah dibom.

Liputan6.com, Washington DC - Komunikasi Rusia telah diintersep oleh badan intelijen Amerika Serikat. Dari hasil 'menguping' tersebut menunjukkan bahwa Rusia yakin pesawat komersial Kagolymavia yang jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir, pada 31 Oktober lalu jatuh karena bom.

Pernyataan pejabat AS yang dekat dengan tim penyidik itu terungkap pada Senin 9 November 2015. Hal itu merupakan salah satu petunjuk yang membuat AS menduga kuat bahwa alat peledak ditanam di Metrojet dengan nomor penerbangan 9286 itu, seperti dilansir Reuters, Selasa (10/11/2015)

Pesawat Airbus A321 itu jatuh di Semenanjung Sinai, 23 menit setelah lepas landas dari kota resor Sharm al-Sheikh untuk menuju St Petersburg, Rusia. Seluruh 224 penumpang dan kru tewas dalam penerbangan nahas itu.

Mesir dan Rusia belum secara resmi mengumumkan penyebab kecelakaan. Bahkan, di awal penyelidkan keduanya menolak dugaan AS dan Inggris tentang penyebab kejatuhan pesawat itu karena bom.

Berbagai maskapai internasional langsung membatalkan penerbangannya menujui resor Laut Merah di Mesir itu, semenjak insiden terjadi.

Rusia akhirnya menangguhkan penerbangan ke Mesir. Selama akhir pekan, Rusia mengevakuasi ribuan warganya yang terdampar di Sinai setelah penerbangan reguler banyak dibatalkan.

Baca Juga

  • Tim Investigasi Yakin 90% Bom Meledak di Pesawat Rusia

Beberapa hari setelah kecelakaan itu, AS dan sumber pemerintah Inggris sudah mengatakan bahwa pesawat kemungkinan besar dibom. Kelompok militan Mesir yang berafiliasi dengan ISIS, menyebut diri sebagai Kelompok Militan Provinsi Sinai mengaku bertanggung jawab atas kecelakaan itu. Serangan itu mereka lalukan sebagai balasan dendam atas serangan udara yang dilakukan Rusia di Suriah.

Kelompok tersebut telah memerangi tentara Mesir di Sinai, yang sebagian besar merupakan zona militer tertutup.

Sumber dari pemerintah AS mengatakan pada Senin, baik Rusia maupun Mesir belum mau menerima tawaran dari FBI untuk membantu mereka dalam menyelidiki kecelakaan itu. Padahal, FBI telah menawarkan 'bantuan forensik' dan layanan lainnya untuk kedua Rusia dan Mesir, kata juru bicara FBI Joshua Campbell.

"Ada kemungkinan bahwa ada ledakan dalam pesawat itu," kata Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond pada Senin mengatakan kepada CNN.

"Juga ada kemungkinan besar ISIS terlibat," tambahnya lagi.

"Hanya analisis dari puing pesawat yang bisa menentukan apakah bom yang menjadi penyebab pesawat jatuh," ujar Hammond lagi.

Ia juga mengatakan, jika benar bom, maka kemungkinan serangan itu dilakukan oleh ISIS di Suriah atau oleh seseorang yang dicuci otaknya, dan semua kemungkinan harus diselidiki.

Kemungkinan bahwa operasi ISIS mampu menyusup ke Bandara Sharm al-Sheikh dan menanam bom di atas kapal pesawat komersial telah meningkatkan kekhawatiran di kalangan pejabat AS tentang bahaya yang ditimbulkan oleh kelompok cabang itu di Sinai.

"Jelas menimbulkan ketakutan lebih," kata pejabat AS yang tak ingin disebut namanya. Ia juga mengatakan bahwa ada dugaan kuat seorang pekerja bandara mungkin telah menanam bom di pesawat Kogalymavia.

Maskapai penerbangan AS selama bertahun-tahun telah menghindari terbang ke atau dari bandara Sharm al-Sheikh karena telah lama mengkhawatirkan keamanan di fasilitas bandara itu. Oleh alasan itu, pihak Administrasi Keamanan Transportasi milik AS tidak melakukan evaluasi keamanan di Bandara Sharm el-Sheikh. (Rie/Mvi)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini