Sukses

Mensos Libatkan Perguruan Tinggi Berdayakan Masyarakat Terpencil

Mensos Khofifah Indar Parawansa meminta perguruan tinggi mengirim pendamping untuk Komunitas Adat Terpencil minimal setahun.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menggandeng sejumlah pihak untuk memberdayakan Komunitas Adat Terpencil (KAT). Pihaknya juga telah membentuk Dewan Pakar yang beranggotakan sejumlah akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

"Kita telah bentuk tim Dewan Pakar dari berbagai perguruan tinggi sejak Januari 2015. Kita juga sudah siapkan duta KAT," ujar Khofifah usai pertemuan Forum Koordinasi Pemberdayaan ‎Komunitas Adat Terpencil di Gedung Kemensos, Jakarta, Rabu (4 November 2015).

Khofifah juga mengklaim, pihaknya selama ini telah memiliki pendamping KAT dari penduduk lokal. ‎Namun dia ingin ada transformasi pendampingan KAT, dilakukan oleh para akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

"Saya sudah minta dari berbagai perguruan tinggi untuk mengirim pendamping KAT minimal setahun. Supaya ada transformasi pendampingan, baik itu dari mahasiswa, apakah melalui program KKN, maupun lembaga penelitian di kampus-kampus," harap dia.

Mantan Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama ‎itu berharap, pendampingan dilakukan lebih komprehensif. Karena pendampingan terhadap KAT, bisa dilakukan oleh masyarakat lokal ditambah akademisi dari berbagai perguruan tinggi.

Terlebih, masyarakat KAT ini memiliki tradisi melangun --berpindah-pindah tempat--- yang cukup kuat. Sehingga pendekatan agar Suku Anak Dalam (SAD) dan masyarakat pedalaman lainnya, bersedia dimukimkan secara permanen membutuhkan waktu cukup panjang.

"Proses komunikasi dengan SAD, apakah melalui tumenggung, jenang, atau komunikator mereka, itu tidak bisa tiba-tiba dimukimkan. Upaya dimukimkan secara tetap membutuhkan waktu nggak kurang dari 2 tahun. Artinya, tradisi melangun itu kuat sekali," tutur Khofifah.

"Karena itu, bagaimana negara tetap hadir dalam komunitas yang memang memiliki tradisi melangun itu, tetapi juga harus disiapkan agar mereka tetap mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan," imbuh dia.

Khofifah mengakui, ‎masyarakat pedalaman memiliki ketahanan tubuh yang cukup kuat. Kendati begitu, kondisi cuaca dan bencana kabut asap di sekitar mereka membuat warga pedalaman tetap membutuhkan perhatian lebih dari negara.

"Balita Suku Anak Dalam memang memiliki ketahanan fisik yang bagus. Jadi enggak pakai pakaian pun ketahanan bagus. Tapi iklim sekarang beda dengan ISPU yang tinggi, polusi akibat sawit, dan kondisi air yang sulit. Itu tetap disampaikan bahwa anak-anak mereka harus tetap sehat, harus tetap terdidik, mereka harus sekolah," tandas Khofifah. (Sun/Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.