Sukses

Duka Rusia di Semenanjung Sinai

Putin menyatakan bahwa pada Minggu 1 November 2015 sebagai hari berkabung atas tragedi jatuhnya pesawat di Sinai.

Liputan6.com, Kairo - Dunia penerbangan kembali berduka. Kali ini kepiluan itu menyelimuti Negeri Beruang Merah, Rusia. Pesawat maskapainya bernama Kolavia jatuh di Semanjung Sinai, Mesir.

Burung besi bernomor penerbangan 7K9268 itu hilang beberapa saat usai lepas landas dari Bandara Sharm el-Sheikh dalam perjalanan menuju St Petersburg, Sabtu 31 Oktober 2015. Ada 224 penumpang, termasuk 17 anak-anak, berada dalam lambung kapal terbang Airbus A-321 tersebut.

Usai kabar tragedi diterima, Mesir menerbangkan pesawat militernya mencari burung besi nahas tersebut. Hasilnya, pesawat ditemukan di Hasna, Semenanjung Sinai dalam kondisi hancur. Puing-puingnya, termasuk black box, ditemukan di wilayah pegunungan terpencil di sisi utara.

"Pesawat militer telah menemukan puing-puing pesawat di wilayah pegunungan. Petugas penyelamat menyebut Airbus KGL-9268 nyaris seluruhnya hancur," demikian dilaporkan Telegraph, Sabtu 31 Oktober 2015.

Perdana Menteri Mesir Sherif Ismail kunjungi lokasi kejadian. (express.co.id)

Pejabat pemerintah Mesir menyatakan, 224 penumpang dan kru pesawat Rusia yang jatuh di Sinai tewas dalam peristiwa nahas tersebut.

"Sebanyak 45 ambulans telah diarahkan ke lokasi untuk mengevakuasi mereka yang meninggal dunia dan terluka," tuturnya.

Kepada Reuters, seorang petugas keamanan Mesir mengaku mendengar suara misterius yang diduga berasal dari penumpang yang terjebak di dalam puing pesawat -- yang dilaporkan terbelah dua.

"Ada bagian lain dari pesawat di mana masih ada penumpang yang terjebak di dalamnya. Tim penyelamat masih mencoba masuk ke dalam. Kami berharap menemukan korban selamat, apalagi kami mendengar suara manusia dari dalamnya," kata petugas yang tak tak mau disebutkan namanya itu.

Sementara keluarga dan kerabat penumpang mendatangi Bandara St Petersburg untuk memperoleh informasi jelas tentang insiden di Mesir. Mereka kemudian dinaikkan ke bus dan dibawa ke crisis centre.

"Kami sangat terkejut. Ia masih sangat muda," kata Olga Ofitserova, yang temannya Nadya Laisheva berada dalam pesawat tersebut kepada Gazeta.ru, seperti dikutip dari Guardian, Sabtu 31 Oktober 2015.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kondisi Pesawat

Kondisi Pesawat

Teka-teki penyebab jatuhnya pesawat milik Rusia itu terus diselidiki. Muncul laporan bahwa pilot pesawat nahas sempat melapor pada pihak pengendali lalu lintas udara (air traffic control) bahwa pesawatnya mengalami kegagalan teknis dan meminta perubahan rute.

Keterangan senada juga disampaikan istri dari kopilot, Natalya Trukhacheva, di Rusia. Dia menyampaikan bahwa suaminya pernah mengeluh tentang kondisi pesawat.

Perdana Menteri Mesir Sherif Ismail melihat black box pesawat milik Rusia. (express.co.id)

Kepada stasiun televisi pemerintah NTV, Natalya mengatakan anak perempuannya menelepon Kopilot Sergei Trukachev sebelum pesawat meninggalkan Sharm el-Sheikh.

"Dia mengeluhkan kondisi teknis pesawat yang sangat tidak memadai," jelas dia.

Namun, Menteri Transportasi Mesir Hossam Kamal mengatakan tidak ada tanda-tanda masalah pada pesawat. Dia membantah laporan sebelumnya yang menyatakan bahwa pilot meminta izin untuk melakukan pendaratan darurat.

Juru bicara Kogalymavia, Oksana Golovin berkeras bahwa pesawat berusia 18 tahun itu 100 persen sangat layak terbang. "Pilotnya punya pengalaman 12 ribu jam terbang," kata dia.

Ulah ISIS?

Sebuah organisasi pemantauan teroris online, Teror Monitor, mengaku telah menerima pernyataan dari ISIS. Kelompok radikal itu menyatakan bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Daerah Semenanjung Sinai dikenal sebagai kawasan militan dari kelompok ISIS.

Dalam kicauannya berbahasa Arab, kelompok militan itu menulis, "#IslamicState (#ISIS) Kelompok teror mengklaim jatuhnya pesawat Rusia di #Sinai". Demikian itu dikutip express.co.id, Minggu (1/11/2015).

Kondisi pesawat yang hancur akibat terjatuh di pegunungan Sinai, Mesir utara,(31/10/2015). Pesawat Airbus A-321 jatuh pada hari Sabtu, tak lama setelah meninggalkan bandara Sharm el-Sheikh untuk terbang ke St Petersburg, Rusia.(REUTERS/Stringer)

Pernyataan yang belum diverifikasi itu menyebut kecelakaan pesawat tersebut bukan merupakan kesalahan teknis, seperti dilansir sumber-sumber keamanan.

Peristiwa itu, kata pernyataan tersebut, sebagai tanggapan terhadap serangan udara Rusia yang menewaskan ratusan umat Islam di tanah Suriah.

Dalam rekaman video yang disiarkan kelompok itu memperlihatkan sebuah pesawat tiba-tiba terbakar dan jatuh. Namun rekaman video belum dibuktikan keabsahannya hingga saat ini.

3 dari 3 halaman

Moskow Bicara

Moskow angkat bicara terkait pengakuan mereka. Menurut pejabat setempat, kabar itu harus dibuktikan keakuratannya.

"Informasi ini tidak akurat. Kami terus saling kontak dengan rekan-rekan di Mesir dan otoritas penerbangan di negara itu. Saat ini, mereka tidak memiliki informasi terkait pernyataan itu," kata menteri transportasi Maksim Sokolov yang dikutip kantor berita Rusia, seperti dilansir laman alarabiya.

Perdana Menteri Mesir Sharif Ismail juga membantah klaim dari kelompok militan ISIS. Dia menegaskan kendala teknis menjadi kemungkinan terbesar penyebab kecelakaan tersebut.

"Para pakar sudah menyatakan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi karena ketinggian pesawat saat terbang," ujar dia seperti dikutip BBC, Minggu 1 November 2015.

Kementerian Penerbangan Sipil Mesir menyatakan, pesawat berada dalam ketinggian 9.450 meter saat hilang. Menurut pengamat keamanan, pesawat dalam ketinggian tersebut sudah berada di luar jangkauan roket Manpad yang dimiliki kebanyakan militan di Sinai.

Rusia Berkabung

Dari Moskow, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa pada Minggu 1 November 2015 sebagai hari berkabung. Dia menyampaikan duka mendalam kepada para keluarga korban yang meninggal dunia dalam musibah tersebut.

Pihak Kremlin mengungkapkan, Putin telah memerintahkan PM Dmitry Medvedev untuk membentuk komisi khusus menyelidiki insiden itu.

Presiden Rusia Vladimir Putin. (Reuters/RT/Sergei Karpukhin)

Putin juga memerintahkan Kementerian Darurat untuk segera mengirimkan pesawat ke lokasi jatuhnya pesawat.

Di tempat terpisah, Badan Ombudsman untuk Anak-anak, Pavel Astakhov menulis dalam Instagram-nya bahwa ada 17 anak berada dalam pesawat nahas itu. Ia juga menyebut, 'kekhawatiran terburuknya' terjadi. Tanpa menjelaskan apa maksud di balik pernyataannya itu.

Sementara Perdana Menteri Mesir Sherif Ismail membatalkan kunjungan ke Kota Ismailiya setelah mendengar kabar kecelakaan tersebut. Dia meninjau langsung ke lokasi terjadinya insiden tersebut. (Ali/Ans)*

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini