Sukses

Podium Debat Calon RI 2

Debat Calon Wakil Presiden Selasa malam di SCTV, banyak mengundang perhatian publik. Ada yang berpendapat acara tersebut lebih bagus ketimbang Debat Calon Presiden, pekan silam. Tapi, ada pula yang mengkritik penampilan ketiga calon RI 2.

Liputan6.com, Jakarta: Selasa pekan ini ada kesibukan luar biasa di Studio SCTV, Senayan, Jakarta. Kali ini giliran SCTV menyelenggarakan Debat Calon Wakil Presiden. Namun satu hal penting perlu dicatat, yakni ada semangat tinggi untuk membuat debat lebih seru, bahkan lebih bagus dari Debat Presiden pada pekan silam.

Dan, semua jerih upaya itu akhirnya terbayar. Buktinya, banyak kalangan menganggap suguhan Debat Calon Wakil Presiden di SCTV lebih menarik ketimbang Debat Calon Presiden pada pekan silam. Kendati demikian, tak dapat dipungkiri, banyak pihak menilai ketiga calon wakil presiden belum berani mencecar lawan bicara.

Dalam pandangan Zulhasril Nasir, misalnya. Pakar komunikasi Universitas Indonesia ini menilai debat di antara Prabowo Subianto, Boediono, dan Wiranto, kurang greget. Menurut Zulhasril, hal itu disebabkan adanya rasa tenggang rasa antara sesama calon wakil presiden alias cawapres. "Karena mereka tahu publik tidak suka orang yang bermulut tajam," ia menambahkan.

Meski begitu, Zulhasril menilai debat kali ini lebih baik dibanding Debat Capres sebelumnya. Senada dengan Zulhazril, Direktur Eksekutif Centre for Electoral Reform (Centro) Hadar Gumay mengatakan, debat cawapres kali ini lebih baik dari debat capres sebelumnya. "Ketiga cawapres lebih berani menunjukkan sikap berbeda," kata Hadar. Mengenai moderator, Hadar mengatakan, Komaruddin Hidayat menjadi dinamisator perdebatan.

Anggota Komisi Pemilihan Umum I Gusti Putu Arta pun mengatakan, mengenai pertanyaan dalam debat diserahkan sepenuhnya kepada moderator. Begitu pula mengenai penyelenggaraan acara dan jalannya perdebatan sepenuhnya diserahkan kepada stasiun televisi penyelenggara, dalam hal ini SCTV.

Debat yang dipandu Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri Jakarta, mengambil tema "Pembangunan Jati Diri Bangsa". Di atas podium masing-masing, ketiga kandidat RI 2 itu ditanya soal kusutnya transportasi, kisruh pendidikan, kesatuan dalam keragaman budaya, hingga masalah relasi negara dan agama.

Soal debat ini masing-masing tim sukses para capres dan cawapres mempunyai penilaian yang berbeda. Menurut moderator, Komaruddin Hidayat, banyak hambatan dalam acara debat ini. Sang moderator mengaku tidak diberi cukup ruang untuk memancing perdebatan. Di lain pihak, KPU menganggap justru moderator yang seharusnya menghidupkan suasana.

Memang, para calon berupaya menarik simpati masyarakat dengan menyampaikan pendapat mereka tentang aspek kehidupan berbangsa. Satu di antaranya mengenai hubungan negara dan agama.

Boediono berpendapat, agama adalah hal yang mulia dalam kehidupan seseorang. Jadi, tidak dapat digabungkan dengan politik yang bersifat praktis. Peran negara dalam kehidupan beragama adalah sebagai pelindung umat dalam menjalankan ibadah dan keyakinannya. Tentu saja, pada aspek sosial, penerapan agama dan keyakinan sebaiknya tidak saling bersinggungan.

Wiranto kemudian menyatakan pandangan cawapres Partai Demokrat itu terlalu normatif. Memang, agama berbeda wilayah dengan politik, namun nilai positif agama seharusnya bisa diterapkan dalam praktik politik dan bernegara. Nilai etika agama juga bisa menjadi pendukung pergerakan politik. Tentu saja, hal itu tidak boleh dipaksakan karena akan berimbas fatal pada masyarakat.

Ternyata, jawaban Prabowo atas wacana agama dalam politik ini agak menenangkan Boediono. Cawapres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan-Gerindra ini sependapat, kalau agama harus berada di atas ranah politik. Negara pun berkewajiban melindungi keyakinan setiap umat yang menjadi bagian dari bangsa ini.

Di waktu yang tersisa, Boediono pun menegaskan satu hal terkait penilaian normatif yang dilontarkan Wiranto. "Kata dan perbuatan itu harus sama," ujar dia.

Debat dimeriahkan oleh sejumlah pendukung setiap kandidat. Hanya saja, setiap kali Wiranto menyudahi mengungkapkan opini, sekelompok hadirin berbaju merah putih bertepuk tangan lebih keras dari yang lain. Maklum saja, mereka adalah tim pendukung Wiranto.

Sekalipun dikemas dalam sebuah acara debat, ketiga kandidat kompak dalam menghadapi pertanyaan moderator. Mengenai perpecahan bangsa karena rasa kedaerahan yang tinggi, ketiga kandidat berpendapat seragam bahwa perpecahan itu tidak akan terjadi.

Pasangan Megawati Sukarnoputri, Prabowo Subiyanto mengatakan, dirinya tidak terlalu khawatir dengan rasa kedaerahan yang tinggi. "Tidak ada kekhawatiran asal kebutuhan dasar rakyat terpenuhi," kata Prabowo. Kandidat lainnya, Boediono, mengungkapkan generasi muda saat ini sudah sangat mobile. "Saya optimisme tidak ada integrasi," ujar dia. Adapun cawapres Wiranto mengatakan, saat ini banyak terjadi perkawinan antarsuku yang bisa mencegah perpecahan. "Itu sangat banyak sekali," ucap Wiranto.

Itu barulah cuplikan dari acara debat selama sekitar dua jam tersebut. Usai debat, ketiga kandidat pun tersenyum dan berjabat tangan.

Puaskah masyarakat dengan acara debat yang dilakukan para calon wakil presiden? Sejumlah warga mengeluh bahwa debat cawapres kurang bermutu dan tidak lebih dari pemaparan visi misi setiap calon. Terutama, Debat Cawapres masih belum menjawab seluruh keinginan publik. "Sudah pada bagus sih, tapi kurangnya, belum berani unjuk gigi," ucap seorang warga di Jakarta.

Padahal dalam peraturan debat KPU di sesi terakhir para kandidat diperbolehkan saling bertanya dengan waktu menjawab hanya dua menit. Namun publik belum pernah menyaksikan para kandidat saling bertanya. Pertanyaan hanya datang dari moderator.

Seakan gayung bersambut, lembaga penyelenggara pemilu atau KPU hendak mengevaluasi hasil pelaksanaan debat yang sudah dilakukan. "Kami selalu rapat evaluasi setelah pelaksanaan debat, untuk menyempurnakan pelaksanaan debat mendatang," ujar anggota KPU Endang Sulastri, kepada SCTV.

Bila benar demikian, langkah KPU patut diacungi jempol. Terlebih sang moderator, Komaruddin Hidayat, mengakui memang ada keterbatasan yang mengikat. "Saya terikat peraturan-peraturan yang ditetapkan KPU, seperti tidak boleh menjatuhkan salah satu cawapres, menjaga independensi, waktu yang dibatasi, dan lain-lain," ujar Komaruddin, ketika dijumpai di SCTV Tower, Jakarta.

KPU pun berjanji akan memperbaiki peraturan debat agar lebih menarik. Mungkin benar apa kata moderator, Komaruddin Hidayat, pada akhirnya Anda-lah para penonton yang menilai. Lebih jelasnya, acara debat diselenggarakan dengan maksud masyarakat lebih mengenal calon pemimpinnya. Jangan sampai, debat hanya menjadi ajang saling memuji antarcalon.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini