Sukses

Berantas 'Dolarisasi', Myanmar Batasi Penggunaan Dolar

Setelah pencabutan izin ini, maka hanya bank dan pedagang valuta asing resmi yang diizinkan melakukan jual-beli dolar.

Liputan6.com, Naypyidaw - Pemerintah Myanmar mengumumkan akan membatasi penggunaan mata uang dolar Amerika Serikat, sebagai upaya mengerem laju penurunan nilai mata uang nasional, kyat. Untuk mencapai tujuan itu, bank sentral bahkan sudah mencabut izin perdagangan valuta asing yang selama ini dipegang oleh berbagai pihak, mulai dari hotel, restoran, klub golf dan bahkan rumah sakit.

Kebanyakan dolar AS digunakan secara luas dalam industri pariwisata. Menurut bank sentral, pencabutan izin khusus ini ditempuh untuk memberantas "dolarisasi".

"Karena penjualan dan pembelian dalam dolar, sekarang sudah terjadi dolarisasi yang mendongkrak permintaan dolar, memperlemah kyat dan menimbulkan gejolak nilai tukar," demikian pernyataan bank sentral seperti dikutip dari BBC, Rabu (21/10/2015).

Setelah pencabutan izin ini, maka hanya bank dan pedagang valuta asing resmi yang diizinkan melakukan jual-beli dolar. Sedangkan perusahaan-perusahaan lain di luar kategori harus mengembalikan izin mereka sebelum 30 November.

Bank Sentral mengatakan langkah itu dimaksudkan untuk mempromosikan penggunaan kyat dengan melakukan pembayaran untuk barang dan jasa dalam negeri dan mengurangi penggunaan uang tunai dengan mendorong kartu debit dan kredit domestik, kartu pembayaran internal dan sistem pembayaran online.

Kyat mengalami penurunan lebih dari 20% tahun ini, menjadikannya sebagai salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di Asia Tenggara.

Untuk mendapatkan US$1, pembeli harus mengeluarkan uang 1.200 kyat. Transaksi besar dalam mata uang lokal memerlukan bertumpuk-tumpuk uang sehingga pelaku usaha cenderung melalukan transaksi dalam mata uang dolar.

Sejak berakhirnya rezim militer pada 2011, Myanmar telah menempuh sejumlah reformasi ekonomi dan mengambangkan kyat. Namun dengan penerbitan izin usaha valas, banyak pihak menggunakan dolar untuk transaksi.

Myanmar bukan satu-satunya negara di Asia di mana dolar AS digunakan sebagai mata uang kedua tidak resmi. Pada dasarnya jadi menggantikan mata uang nasional untuk semua transaksi yang lebih besar. Di Kamboja, dolar AS juga digunakan bersama mata uang domestik, riel, yang digunakan sebagian besar untuk pecahan dolar. (Tnt/rie)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini