Sukses

Gagal Damai Bobotoh-Jakmania

Persib sukses menang 2 gol tanpa balas atas Sriwijaya FC di partai puncak.

Liputan6.com, Jakarta - Hubungan antara Bobotoh dan Jakmania kembali tidak harmonis. Ratusan simpatisan klub sepakbola Persija Jakarta berbuat keributan saat pertandingan antara Persib melawan Sriwijaya FC dalam final Piala Presiden 2015 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Minggu 18 Oktober 2015.

Dari melempari batu ke petugas kepolisian yang berjaga, berusaha merangsek masuk stadion GBK dan menyanyikan makian ke Persib, hingga pencegatan dan sweeping bus yang membawa Bobotoh, pendukung Persib kembali ke Bandung saat di Cawang, Jakarta.

2 Anggota polisi yaitu Bripka Andi Trisnadi dan Brigadir Dendi Perdana, 2 anggota Polrestabes Bandung turut terluka saat mengawal bus Bobotoh. Keduanya harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

Mereka terkena lemparan batu dan kaca dari orang tidak dikenal di 2 kawasan berbeda yaitu di kawasan Cawang dan di dalam ruas jalan tol kilometer 7.

"Iya betul, Andi dengan nomor 104 dan Dedi 114, itu masih 1 kelompok rombongan," ujar Kasubag Humas Polrestabes Bandung Kompol Reny Marthaliana saat dihubungi, Senin 19 Oktober 2015.

Sejumlah remaja yang diduga kelompok suporter Jakmania menunggu proses penjemputan orang tua, Jakarta (19/10/2015). Ratusan remaja diamankan polisi karena melakukan provokasi saat Final Piala Presiden. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Akibatnya insiden dalam perhelatan tersebut, 1.191 orang diamankan kepolisian Polda Metro Jaya. Kebanyakan mereka masih di bawah umur.

Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengatakan, harusnya suporter fanatik tim Persib dan Persija bisa mengambil hikmah pertemuan yang digelar para pimpinannya jelang laga final Piala Presiden 2015, yang mempertemukan Persib versus Sriwijaya. Terlebih pertemuan kemarin juga dihadiri Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Walikota Bandung Ridwan Kamil.

Badrodin mengatakan, pertemuan itu bisa menjadi momentum munculnya rasa persaudaraan dan perdamaian. Sebab, permusuhan antar Jakmania dan Bobotoh bukanlah hal yang baik untuk dipelihara. Sebaliknya, pertemuan itu harusnya bisa menjadi pesan damai.

Ketua Jakmania Richard Ahmad dapat batu akik oranye dari Wali Kota Bandung Ridwan Kamil

"Ketidakharmonisan Jakmania dan Bobotoh ini, dengan momentum yang kemarin harusnya dimanfaatkan. Tidak mungkin persoalan seperti itu dipelihara. Momentum ini dimanfaatkan untuk mendamaikan. Kemarin sudah ada antara pimpinan Jakmania dan Bobotoh," kata Badrodin di Mabes Polri, Jakarta, Senin (19/10/2015).

Untuk itu kepolisian, kata Badrodin, tidak ragu-ragu lagi mengambil tindakan tegas jika masih ada suporter dari kedua kubu yang bertindak anarkis maupun mencoba memprovokasi.

"Kalau masih ada yang tidak mau (damai) dan mengganggu, ya ditindak. Ya proses hukumlah. Kalau untuk anak di bawah umur ada perbedaan perlakuan," ujar Badrodin.

Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan sangat senang Persib Bandung bisa menjadi juara Piala Presiden 2015. Aher, sapaan akrabnya juga bahagia laga final yang digelar di Jakarta, Minggu kemarin berjalan dengan lancar.

Persib sukses menang 2 gol tanpa balas atas Sriwijaya FC di partai puncak. 2 gol Persib dicetak melalui Ahmad Jufriyanto dan bunuh diri kiper Dian Agus Prasetyo di babak pertama. Ia juga memuji kerja keras pihak keamanan yang membuat pertandingan berjalan lancar. Walau beberapa insiden sempat terjadi di sekitar stadion.

"Awalnya memang ada silang pendapat dan keraguan. Tapi Alhamdulillah laga ini bisa menjadi momentum damai antara Bobotoh dan The Jakmania," ujar Aher.

The Jakmania berdemo di depan Hotel Century menuntut agar bobotoh tidak diizinkan datang ke Jakarta (Windi Wicaksono/Liputan6.com)

Penangkapan Provokator

Polisi meringkus salah seorang pengurus suporter bola berinisial F (37 tahun). "Diamankan Minggu tanggal 18 Oktober 2015 pukul 20.00 WIB, jabatan Sekjen Jakmania," jelas Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu 18 Oktober malam.

Penangkapan dilakukan di Pos Gang Musala, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Disebutkan pula, yang bersangkutan pernah menjadi wartawan sebuah media online.

"Pelaku menyebarkan berita yang berisi provokasi melalui postingan di twitter pelaku dengan akun Febri @bung_febri pada tanggal 11 Oktober 2015," lanjut Krishna.

Dalam postingan itu, terang dia, pelaku menuliskan: kalau menganggap final Piala Presiden di GBK takkan ada apa-apa, mungkin Anda bisa menyusul kawan Anda Rangga #tolakpersibmaindijakarta.

"Dari hasil tapping ditemukan komunikasi dengan Korwil Kemayoran atas nama Doni yang mengiyakan penyerbuan Jakmania di Kemayoran, Jakarta Pusat terhadap pendukung Persib Bandung," lanjut Krishna.

Sejumlah suporter wanita Bobotoh juga turut hadir di kawasan SUGBK, Jakarta, Minggu (18/10/2015). Kedatangan Bobotoh untuk mendukung Persib Bandung melawan Sriwijaya FC di Final Piala Presiden 2015 (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Selain menangkap tersangka, polisi juga menyita telepon seluler, laptop, buku catatan, serta sejumlah akun di twitter, facebook dan e-mail. "Dia disangkakan dengan Pasal 28 ayat (2) jo Pasal 45 ayat (2) UU ITE dan atau Pasal 160 KUHP," pungkas Krishna.

Polisi kemudian memeriksanya di Dit Reskrimsus. Pemeriksaan ini dilakukan menyusul dugaan motif penyebaran berita provokatif yang diduga dilakukan F melalui sosial media.

Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian mengatakan, tim nya mendalami bukti lain yang dapat menjerat F dalam kasus provokasi yang menimbulkan kericuhan saat laga final antara Persib kontra Sriwijaya FC.

"Tim IT dan Cyber Polda mendapatkan bukti permulaan setidaknya ada indikasi bahwa yang bersangkutan mengetahui dan memahami ada aksi anarkis kepada kelompok Bobotoh. Nah ini yang sedang didalami,"‎ ujar Tito di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin.

Polisi juga belum menetapkan F sebagai tersangka kasus provokasi ini. Jika tidak terbukti bersalah, polisi berjanji akan melepaskan mantan jurnalis di salah satu media online itu.

"Kalau ada tambahan bukti akan dilakukan proses hukum, termasuk penahanan. Kalau tak ada bukti tambahan, atau hanya 1 alat bukti saja, maka akan dilepaskan. (Status tersangka) belum kita putuskan sekarang," tandas Tito.

Ribuan Bobotoh membuat biru kawasan SUGBK, Jakarta, Minggu (18/10/2015). Kedatangan Bobotoh untuk mendukung Persib Bandung melawan Sriwijaya FC di Final Piala Presiden 2015 (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Massa Bukan Jakmania, Tapi…

Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian menegaskan, massa yang ditangkap selama persiapan dan pelaksanaan laga final Piala Presiden 2015 tidak bisa disebut anggota Jakmania.

"Perlu diketahui, mereka tidak harus dibahasakan sebagai Jakmania. Jakmania ini ada yang struktural ada yang simpatisan masa cair. Jakmania ini tidak seperti organisasi hirarki yang terikat dengan kode etik seperti TNI/Polri," ujar Tito di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin 19 Oktober 2015.

"Jakmania ini organisasi lepas, sehingga massanya pun massa lepas. Sehingga belum tentu yang terlibat adalah betul-betul anggota Jakmania," kata Tito.

Menurut dia, pihaknya tengah mendalami adanya unsur kesengajaan dalam sejumlah insiden jelang final Piala Presiden 2015 itu. Dia juga menegaskan pengurus pusat Jakmania telah menyatakan sikap mendukung kelancaran partai final tersebut.

"Itu sedang kita pelajari apakah ada kelompok-kelompok yang teroganisasi. Jakmania sudah jelas posisinya. Pak Richard (Ketua Jakmania), Pak Rico (Eks Ketua Jakmania), dan korwil-korwil di seluruh Jakarta menyampaikan mereka mendukung final. Semua lancar dan terstruktur. Kalau pun dilakukan sporadis, kita pelajari. Bahkan mereka (pelaku) cenderung merupakan anggota geng motor," beber Tito.

Puluhan pendukung Persija atau The Jakmania ditangkap polisi di Polda Metro Jaya, Jakarta, Minggu (18/10/2015). Para Jakmania itu ditangkap di Ratu Plaza karena menimpuki mobil polisi sampai rusak. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Tito menegaskan, peristiwa yang mewarnai laga final Piala Presiden itu bukan sebagai kerusuhan. Menurut dia, kerusuhan melibatkan massa yang sangat banyak.

"Saya mau koreksi, media jangan gunakan kata perusuh. Karena di Jakarta kan enggak ada kerusuhan selama Piala Presiden. Karena kalau kerusuhan itu melibatkan massa besar. ‎Yang ada memang insiden-insiden kecil seperti pelemparan terhadap kendaraan," terang Tito.

Mantan Kapolda Papua itu juga mengatakan tindakan yang diambil polisi menghalau massa di sekitar Stadiun Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) sudah sesuai prosedur. ‎Langkah represif untuk preventif itu diambil dalam rangka tugas polisi dalam menjaga keamanan dan ketertiban umum. ‎‎

"Jadi dalam tugas ini, Polri memiliki kewenangan untuk menilai situasi. Dan ketika situasi kita lihat tidak aman untuk publik, maka kita bisa lakukan langkah diskresi," tutur Tito.

Dia memaparkan mekanisme pengamanan jajarannya di areal SUGBK, Minggu kemarin. Sejumlah personel polisi berpakaian preman masuk menembus barisan massa. Polisi tersebut melihat adanya potensi bahaya jika massa tersebut tidak diamankan.

"Mereka melihat potensi mengganggu, ada yang simpan batu, barang-barang berbahaya di kantong atau tas mereka. Setelah itu kami lakukan langkah mengamankan mereka. Karena kalau didiamkan akan mengganggu massa yang ada di GBK. Karena kita ketahui ada hubungan kurang harmonis antara bobotoh Persib atau Viking dengan Jakmania," papar Tito. (Mvi)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.