Sukses

Mobil Tenaga Surya Buatan ITS Surabaya Berlaga di Lomba Australia

Widya Wahana V buatan ITS Surabaya berlaga dalam ajang lomba balap mobil tenaga surya di Adelaide, Australia.

Liputan6.com, Adelaide - Widya Wahana V buatan Institut Teknologi Surabaya (ITS) berlaga dalam ajang lomba balap mobil tenaga surya, yang menempuh jarak sejauh 3.000 kilometer dari Darwin ke Adelaide. Unit tersebut akan menyusuri Benua Australia dari utara ke selatan.

Dengan nomor urut 31, tim ITS yang membawa Widya Wahana V ini merupakan satu dari 46 mobil asal 25 negara yang turut berlaga dalam World Solar Challenge tahun 2015, yang dimulai Minggu 18 Oktober 2015.

Lomba yang mengambil start di Parlemen Negara Bagian Northern Territory (NT) ini merupakan ajang paling bergengsi di dunia bagi balap mobil tenaga surya. Kompetisi tersebut akan berakhir di garis finish di Kota Adelaide.

Tim mobil bernama Stella Lux asal Eidenhoven Belanda, mengambil start di urutan pertama, disaksikan ribuan pengunjung. Mobil itu kemudian melaju melintasi kota Darwin ke arah Jalan Stuart Highway.

Ajang lomba di Australia ini sudah berlangsung sejak tahun 1987 lalu, dan kini digelar setiap dua tahun sekali. Para pengembang prototipe mobil tenaga surya di seluruh dunia biasanya turut ambil bagian dan ajang ini, untuk menunjukkan keandalan karya mereka.

Berbagai tantangan harus dihadapi oleh setiap tim. Mobil Persian Gazelle III asal Iran misalnya, yang mendapatkan yel-yel dukungan paling meriah saat meninggalkan garis start, terpaksa berhenti hanya beberapa kilometer setelah jalan.

Sebab mobil buatan Universitas Teheran itu mengalami ban kempes sehingga harus berhenti dan memompa ban tersebut.

Hal serupa juga dialami mobil K.I.T Golden Eagle 5.1 buatan Jepang, yang terpaksa berhenti tak lama setelah start.

Meskipun kebanyakan peserta berasal dari tim yang berbasis di universitas, namun ada pula tim yang menampilkan mobil buatan siswa SMA, seperti mobil Liberty Solar Car dari Texas, AS.

"Kami berhasil memacu mobil kami pada kecepatan 51 km perjam sebelumnya. Dan kami berharap bisa memacunya lebih cepat sedikit pada hari ini," kata Cameron Mutis dari tim Liberty, kepada ABC News yang dikutip dari Australia Plus, Senin (19/10/2015).

Bianca Koppen dari Tim Nuon, Belanda, yang merupakan juara bertahan, menjelaskan timnya tidak begitu perduli meskipun tidak mengambil posisi paling depan saat start.

Tim ini menurunkan mobil Nuna8 yang merupakan ciptaan 15 mahasiswa dalam ajang tahun ini.

"Dua tahun lalu kami start pada urutan ke-20 dan kami berhasil menjadi juara. Jadi saya pikir posisi start tidak berpengaruh," tutur Bianca seraya menjelaskan bahwa ia dan tim kali ini mempersiapkan kendaraan mereka selama 14 bulan. (Tnt/Rie)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.