Sukses

Jambi Diselimuti Asap, Penderita Diare Meningkat Tajam

Hingga Oktober 2015, jumlah penderita diare di Merangin meningkat menjadi 1.500 orang lebih.

Liputan6.com, Jambi - Sudah hampir tiga bulan, kabut asap di Jambi tak kunjung hilang. Kondisi ini tak hanya menimbulkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di sana. Namun juga gangguan pencernaan yang berujung diare.

Diduga akibat kabut asap, penderita diare di Jambi meningkat tajam hingga 100 persen. Kondisi ini terjadi di Kabupaten Merangin.

Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Merangin, sebelum ada kabut asap, penderita diare di Merangin tercatat hanya 725 orang. Hingga Oktober 2015, jumlah itu meningkat menjadi 1.500 orang lebih.

"Ini di prediksi karena warga mengkonsumsi air yang kotor akibat kekeringan panjang ditambah kondisi kabut asap selama berbulan-bulan," ujar Kepala Dinkes Merangin, Solahudin di Jambi, Kamis (15/10/2015).

Menurut Solahudin, untuk menekan angka penderita diare itu, pihaknya sudah mengintruksikan seluruh pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang ada di Merangin untuk waspada.

"Sosialisasi akan pentingnya hidup bersih juga rutin dilakukan di tiap kecamatan hingga kelurahan dan desa melalui petugas kesehatan di lapangan," ujar dia.

Sosialisasi tersebut, kata dia, juga difungsikan untuk memberikan berbagai bantuan kesehatan serta memberikan masker gratis kepada warga untuk melindungi diri dari kabut asap.

"Untuk mengantisipasi ISPA kita juga sudah sebarkan masker sejak jauh-jauh hari kemarin, khususnya anak-anak sekolah," ucap Solahudin.

Kabupaten Merangin menjadi salah daerah di Jambi terdampak kabut asap dan kekeringan. Dari data tim penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Provinsi Jambi, total ada 15 ribu hektare lahan lebih yang terbakar di daerah itu.

Sementara dari data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jambi, luas lahan yang terbakar di Provinsi Jambi mencapai 33 ribu hektare. Kawasan yang terbakar meliputi, lahan perkebunan warga, perusahaan perkebunan, hutan tanaman industri (HTI), hutan konservasi dan taman nasional. (Tnt/Ndy)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini