Sukses

Antisipasi Rabies, Jateng Awasi Peredaran Daging Anjing

Provinsi Jateng berada di peringkat kedua setelah DKI Jakarta sebagai daerah pengonsumsi daging anjing terbanyak.

Liputan6.com, Semarang - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan melakukan pengawasan terhadap peredaran daging anjing di sejumlah daerah. Ini untuk mengantisipasi penyakit rabies yang dapat ditularkan ke masyarakat setelah memakan daging anjing.

"Pengawasan dilakukan karena anjing menjadi salah satu hewan penular rabies atau yang sering disebut penyakit anjing gila," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah Agus Wariyanto di Semarang, Rabu (7/10/2015) seperti yang dilansir Antaranews.

Dia menjelaskan, Provinsi Jateng berada di peringkat kedua setelah DKI Jakarta sebagai daerah pengonsumsi daging anjing terbanyak. Ada sekitar 223 ekor anjing per hari yang dikonsumsi di Jateng.

Menurut dia, dari 35 kabupaten/kota di Jateng, daerah pengonsumsi daging anjing terbanyak adalah Kota Surakarta dengan 63 ekor per hari. Jumlah ini disusul Kabupaten Klaten dengan 25 ekor per hari, dan Kota Semarang serta Kabupaten Semarang masing-masing dengan 22 ekor per hari.

"Selain anjing, terdapat juga kucing dan kera yang dapat menularkan penyakit rabies. Meskipun hampir 98 persen penyakit ini ditularkan melalui anjing sehingga perlu adanya pengawasan agar tidak menular kepada hewan lain atau manusia," ujar Agus.

Dia mengungkapkan, Pemprov Jateng selalu siap siaga dalam menghadapi ancaman munculnya penyakit rabies dari daerah luar.

"Sebagai upaya antisipasi penyebaran penyakit rabies di Jateng, kami mempunyai laboratorium tipe B di Kota Semarang, Surakarta, dan Purwokerto yang terus melakukan pengujian rutin atas munculnya penyakit tersebut," jelas Agus.

Selain itu, pemprov juga melakukan vaksinasi di daerah yang berbatasan dengan daerah yang belum bebas rabies seperti di perbatasan dengan Provinsi Jawa Barat yaitu di Brebes dan Cilacap.

"Hal ini untuk tetap menjaga agar Jateng selalu bebas dari penyakit rabies," harap Agus.

Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat untuk berpartisipasi dalam melakukan pengawasan peredaran daging anjing sebagai antisipasi penyakit rabies. Apalagi animo masyarakat mengonsumsi daging anjing sebagai gaya hidup dan menjadikannya sebagai aneka macam masakan kuliner cenderung meningkat. (Bob)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.