Sukses

Pembunuhan Salim Kancil, Polisi Petakan 76 Tambang di Lumajang

Polisi menyatakan, tambang pasir di Desa Selok Awar-Awar, Kabupaten Lumajang, tidak mempunyai izin atau ilegal.

Liputan6.com, Surabaya - Peristiwa pengeroyokan aktivis petani penolak tambang Salim Kancil dan Tosan di Lumajang Jawa Timur menjadi perhatian Joko Widodo dan Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti. Polda Jawa Timur beserta jajarannya terutama Polres Lumajang pun pemetaan lokasi penambangan di kawasan tersebut.

"Totalnya itu ada 76 lokasi tambang, yang saat ini kita sedang dilakukan pemetaan," ujar Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono di Mapolda Jatim, Selasa 29 September 2015 malam.

Argo mengatakan, pemetaan tersebut sebagai upaya menutup tambang yang diduga penyebab konflik hingga menewaskan Salim Kancil.

"Dalam kasus yang diperjuangkan oleh korban. Ternyata tambang pasir di Desa Selok Awar-Awar, Kabupaten Lumajang, tidak mempunyai izin atau ilegal," imbuh Argo.

"Sedangkan dari 76 lokasi tambang, terdapat 40 lokasi memiliki izin, 30 lokasi izinnya mati, dan 6 lokasi tambang beroperasi tanpa izin alias ilegal," lanjut dia.

Argo menegaskan, karena kasus ini menjadi perhatian Presiden dan Kapolri, maka selain melakukan pemetaan, pihaknya juga akan mengusut hingga tuntas kasus ini.

"Kita ingin menunjukan kalau bisa dituntaskan, dan tidak ada unsur lain. Siapapun yang terlibat, jika memenuhi unsur akan ditindak tegas dan proses tetap lanjut," pungkas Argo.

Perintah Presiden

Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menyatakan, Presiden Jokowi telah mengetahui persoalan tersebut. Presiden juga telah meminta Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti untuk mengusut kasus tersebut sampai tuntas.

‎Jokowi juga telah memberi arahan kepada Kapolri agar berhati-hati menyelesaikan persoalan lahan yang melibatkan masyarakat dengan pengusaha. Cara-cara yang bersifat kekerasan dan intimidasi harus dihindarkan dan diselesaikan melalui pendekatan yang baik.

Salim Kancil tewas setelah diduga dianiaya segerembolan preman pada Sabtu 26 September lalu di desanya, sedangkan rekannya Tosan, terluka parah. Peristiwa ini diduga bermula dari sikap para petani yang bergabung dalam Forum Petani Anti Tambang Desa Selo Awar-Awar, menolak aktivitas penambangan di Pantai Watu Pecak.

Salim dan puluhan petani lainnya pun mengajukan permohonan unjuk rasa penolakan penambangan kepada pihak berwenang. Namun penyampaian pendapat belum terlaksana, Salim dan Tosan diduga diculik segerombolan preman di rumahnya.

Salim kemudian ditemukan di tepi jalan dalam kondisi tak bernyawa. Di tubuhnya terdapat banyak luka. Sedangkan Tosan dalam kondisi kritis di rumah sakit karena menderita luka serius di tubuhnya. (Mvi/Ali)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.