Sukses

Jemaah Haji Waspadai Berbagi Pisau Cukur Tahalul

Jemaah haji dari seluruh negara yang kini sudah berada di Mekah diminta menggunakan pisau cukur sekali pakai.

Liputan6.com, Mekah - Menjelang puncak penyelenggaraan ibadah haji 1436 Hijriyah/2015, Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengeluarkan imbauan mengenai alat untuk tahalul. Jemaah haji dari seluruh negara yang kini sudah berada di Mekah diminta menggunakan pisau cukur sekali pakai.

Sebab, tiap tahun ratusan tukang cukur paruh waktu tanpa izin resmi membanjiri Mina, Mekah. Mereka tumpah-ruah untuk melakukan ritual haji terakhir, yakni mencukur rambut anggota jemaah haji (tahalul).

Para tukang cukur ini menggunakan pisau cukur yang dipakai pula mencukur anggota jemaah yang lainnya. Hal ini menjadikan praktik mereka sangat berisiko dalam penyebaran penyakit di antara jemaah haji, semisal hepatitis B, hepatitis C, bahkan HIV/AIDS.

Meski kampanye gencar dilakukan Kementerian Kesehatan Kerajaan Arab Saudi sejak 2013, kemungkinan penyebaran penyakit bisa saja terjadi. Jemaah haji Indonesia diminta untuk waspada.

"Penularan penyakit tersebut bisa diakibatkan pisau cukur yang digunakan berganti-gantian saat tahalul, pasien seperti itu tidak merasakan gejala apa pun," ujar Kepala Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Bandara, dr Purwokaning Purnomo Agung kepada Liputan6.com di Mekah, Arab Saudi, Minggu (20/9/2015).

Penularan bisa saja terjadi jika jemaah menggunakan pisau cukurnya bergantian. "Begitu bercukur, dia luka kulitnya, maka darahnya menempel di pisau cukur tersebut, kemudian digunakan orang lain yang terluka lagi. Di sanalah bisa terjadi penularannya, hepatitis dan HIV/AIDS," imbuh Purwokaning.

Hal senada diamini dokter pelaksana tugas di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), dr Iwan Abdulmutalib Yusuf. "Jangan sampai menggunakan pisau cukur untuk tahalul ramai-ramai," ujar dia.

Iwan yang juga konselor pada Perhimpunan Konselor VCT HIV Indonesia (PKVHI) Provinsi Gorontalo menyatakan, jemaah haji tidak boleh menyepelekan penggunaan pisau cukur tahalul lantaran hal ini bisa mendatangkan bahaya.

Terlebih, jemaah haji tidak bisa melihat penyakit yang diidap seseorang hanya berdasarkan penampakan kondisi orang lain secara kasat mata. Bisa saja orang yang dilihat itu secara fisik tampak sehat dan bersih, namun ternyata sebenarnya dia mengidap penyakit menular tertentu.

"Jadi lebih baik jemaah bawa saja pisau cukur tahalul sendiri dan buang setelah menggunakannya," pungkas Iwan. (Ans/Ali)
    

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.