Sukses

Gunakan Senjata Baru dari Rusia, Suriah Serang 'Ibukota' ISIS

Pemerintah Suriah menggunakan senjata baru dari Rusia. AS takut serangan ini salah sasaran kena sekutunya.

Liputan6.com, Raqqa - Militer Suriah mulai menggunakan senjata jenis baru, baik senjata dari udara maupun darat yang dipasok oleh Rusia beberapa waktu lalu. Hal ini diungkapkan sumber militer Suriah kepada Reuters, Kamis 17 September. Ia juga menggarisbawahi dengan meningkatnya dukungan Soviet untuk Damaskus jelas mengkhawatirkan Amerika Serikat

"Senjata-senjata yang sangat efektif dan sangat akurat, dan mencapai target yang tepat," kata sumber itu dalam menanggapi pertanyaan tentang dukungan Rusia. "Kami bisa mengatakan mereka semua jenis senjata, baik itu udara atau tanah."

Sumber tersebut mengatakan tentara Suriah telah dilatih dalam penggunaan senjata dalam beberapa bulan terakhir dan sekarang saatnya mereka mempraktikkan pengetahuan itu. Ia menolak memberikan rincian lebih lanjut tentang peralatan militer apa yang digunakan.

Menteri Luar Negeri Suriah, Walid al-Moualem, membenarkan bahwa tentara Suriah telah diajarkan bagaimana menggunakan senjata tersebut. Namun, ia enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai hal itu.

Pemerintah Negeri Beruang Merah menyatakan dukungan militer untuk Damaskus ditujukan untuk memerangi terorisme, menjaga kenegaraan Suriah dan mencegah "bencana lebih parah lagi" di wilayah tersebut. Karena itu, militer Rusia memberikan bantuan lebih besar di tanah di Suriah, di mana Presiden Bashar al-Assad telah menghadapi tekanan meningkat tahun ini dari pemberontak yang berjuang untuk menggulingkan dia.

Washington, yang juga menginginkan Assad tumbang dari kekuasaan, mengatakan pihaknya yakin Rusia sedang melakukan pembangunan militer yang signifikan yang dapat memperburuk perang.

Juru bicara Pentagon, Peter Cook, mengecam bantuan Rusia untuk Suriah. "Bantuan Rusia akan jadi hal kontraproduktif dengan solusi akhir di Suriah, yang kami pikir adalah solusi politik dan diplomatik, bukan solusi militer," kata Cook dalam konferensi pers pada Rabu 17 September lalu.

Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan, "Amerika Serikat tetap terbuka untuk berdiskusi dengan Rusia selama perang melawan ISIS."

Rusia mengatakan Assad harus menjadi bagian dari upaya internasional untuk memerangi ISIS. Namun, Amerika Serikat justru 'mempercayai' Assad adalah bagian dari masalah dan menolak gagasan itu.

Perang telah menewaskan 250 ribu orang. Empat juta orang telah melarikan diri Suriah. Puluhan ribu pengungsi Suriah telah tiba di Eropa yang merupakan krisis migrasi terbesar di benua itu dalam beberapa dekade.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

'Ibukota' ISIS jadi Target Serangan Udara.

Aktivis HAM mengatakan pesawat tempur pemerintah Suriah telah melaksanakan setidaknya di 12 serangan udara di Raqqa. Raqqa disebut-sebut 'ibu kota' ISIS.

Serangan itu setidaknya berhasil mengenai empat kantor ISIS, termasuk kantor polisi agama ISIS, kata seorang aktivis di Raqqa yang dihubungi melalui Internet dan menolak disebutkan namanya karena alasan keamanan.

Kelompok Observatorium HAM Suriah yang bermarkas di Inggris mengatakan setidaknya 18 orang tewas di kota itu. Merusakkan bangunan kota, termasuk sebuah rumah sakit bersalin.

Sejak serangan itu, ISIS memberlakukan jam malam di Raqqa.

"Ada senjata modern bahwa yang sebelumnya rezim ini tidak pernah memilikinya, baik itu roket atau serangan dari udara," kata Rami Abdulrahman, direktur Observatorium.

Reuters melaporkan sebelumnya Rusia telah mengirimkan sekitar 200 pasukan infanteri angkatan laut, tank tempur, artileri dan peralatan lain ke lapangan terbang di dekat Latakia.

Para pejabat AS mengatakan mereka berhasil mengidentifikasi sejumlah kecil helikopter Rusia di lapangan terbang Suriah.

Rusia telah mengirimkan sekitar dua penerbangan kargo militer untuk pangkalan udara di Latakia di pantai Suriah yang dikuasai pemerintah, kata pejabat AS kepada Reuters.

3 dari 3 halaman

AS Takut Salah Sasaran

Amerika Serikat, bersama dengan Arab Saudi dan Turki, telah mendukung oposisi Assad yang berjuang untuk menggulingkannya. Dukungan militer asing sejauh ini sebagian besar berasal dari Iran dan sekutu Lebanon Hizbullah.

Sebuah koalisi yang dipimpin AS juga mengebom militan ISIS. AS takut akan ada potensi bentrokan potensial antara AS dan angkatan udara Rusia.

Pemerintah, yang menurut pengakuan Assad sendiri menghadapi masalah tentara militer, berusaha untuk mengontrol kota di barat Suriah setelah kota tersebut berhasil dikuasai ISIS.

Sumber Lebanon yang akrab dengan perkembangan militer dan politik di Suriah juga mengatakan kepada Reuters bahwa Rusia telah mengambil bagian dalam operasi militer di negara itu. Para pejabat Suriah mengatakan kehadiran militer Rusia terbatas hanya ahli, bukan tentara.

Sementara itu, tentara Hizbullah dikerahkan secara langsung dalam pertempuran, dan Iran ditugasi untuk memobilisasi milisi dan mengirim penasihat militer.

Pemerintahan Obama mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan bagaimana menanggapi proposal Rusia untuk pembicaraan militer atas Suriah, yang mungkin tentang  'deconfliction' - memastikan bahwa AS dan pesawat Rusia tidak datang ke dalam konflik di Suriah. (Rie/Yus)

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini