Sukses

Kapolda Metro: Ganggu Ketertiban, Demo Guru Buat Warga Antipati

Rasa simpati masyarakat terhadap nasib para pendidik honorer dapat berbalik menjadi antipati karena merasa dirugikan atas aksi blokade

Liputan6.com, Jakarta - Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian meminta koordinator demonstrasi guru honorer tidak melakukan blokade jalan.

Tito berpendapat, rasa simpati masyarakat terhadap nasib para pendidik honorer dapat berbalik menjadi antipati karena merasa dirugikan atas aksi blokade tersebut.

"Aspirasi bapak/ibu sudah diketahui publik. Semua media meliput kegiatan ini. Tapi jika menutup jalan, rasa simpati itu bisa berubah menjadi antipati karena masyarakat terganggu. Saya mendapat laporan macet di mana-mana," ujar Tito kepada perwakilan Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) di kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN RB), Senayan, Selasa (15/9/2015).

Tito mengatakan, latar belakang unjuk rasa ini adalah permasalahan guru dengan pemerintah. Namun dari kacamata polisi, demonstrasi hingga memblokade jalan merupakan bentuk pelanggaran hak asasi pengguna jalan, pelanggaran ketertiban serta mengganggu keamanan.

"Kita sepakat tentang menyampaikan pendapat di muka umum memang suatu kebebasan. Tapi ada batasan. Yaitu jangan mengganggu hak asasi, keamanan nasional dan ketertiban," tandas Tito.

Tito menjelaskan, sebagai aparat penegak hukum yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, tugas kepolisian adalah melindungi, mengayomi dan melakukan penegakan hukum.

Tito menilai rencana longmarch dari Gedung DPR/MPR ke KemenPAN tidaklah tepat karena pasti akan berdampak pada kemacetan di banyak ruas. Akan lebih baik, jika para pemangku kepentingan baik dari guru, lembaga eksekutif dan legislatif duduk bersama untuk merundingkan solusi atas permasalahan tersebut.

Dari pantauan liputan6.com, sekitar pukul 10.00 WIB, aparat Kepolisian menutup jalan depan gedung DPR/MPR karena banyaknya guru yang turun ke jalan. Mobil, motor serta bus yang mencoba menerobos kerumunan massa pun diimbau memutar balik ke arah Semanggi.

Lumpuhnya jalanan depan Gedung DPR/MPR pun berlangsung selama 1,5 jam. Pukul 11.30 WIB, massa bergerak ke arah gedung Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN RB).

Namun aksi longmarch tersebut dihentikan aparat di depan kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) karena jika dilanjutkan maka akan berimbas pada kemacetan total di sekitar kawasan Senayan.

Situasi lalu lintas di Jalan Asia Afrika Senayan pada pukul 12.00 WIB sudah tak lagi terkendali. Polisi terpaksa menutup jalan arah Kemenpora menuju Bundaran Senayan karena ribuan guru berada memenuhi badan jalan ditambah lagi adanya proyek pekerjaan MRT dari arah Senayan menuju Pejompongan.

Polisi mengerahkan 4.000 personel untuk mengamankan demonstrasi guru honorer yang rencananya berlangsung 2 hari, mulai 15 hingga 16 September 2015. Personel gabungan itu berasal dari Polda Metro Jaya, Polres Metro Jakarta Pusat, dan Polres Metro Jakarta Selatan. (Ron/Ali)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.