Sukses

Kebakaran Lahan di Sumatera Selatan Capai 9.216 Hektar

Kabupaten Ogan Komering Ilir menyumbang kebakaran terbesar yakni mencapai 3.216 hektar.

Liputan6.com, Palembang - Berdasarkan data citra satelit, kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera Selatan sudah mencapai  9.216 hektar. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kebakaran Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan (Dishut) Sumsel, Taufik, mengatakan,  beberapa kabupaten memang menyumbang kebakaran lahan yang cukup banyak.

"Data ini berdasarkan citra satelit, bukan dari survei lapangan. Totalnya ada 9.216 hektar yang tersebar di beberapa kabupaten," kata Taufik kepada Liputan6.com, Senin (14/9/2015).

Di Kabupaten Ogan Komering Ilir saja kebakaran mencapai 3.216 hektar. Di Kabupaten Musi Banyuasin  2.732 hektar. Di Kabupaten Banyuasin 2.702 hektar dan 342 hektar di Kabupaten Muara Enim. "Kemungkinan data dari survei di lapangan lebih besar dari ini dan kita masih menunggu datanya," lanjut Taufik.

Kendati dari citra satelit, lahan Kabupaten Ogan Komering Ilir paling banyak terbakar, namun titik hotspot ternyata terbanyak di Kabupaten Musi Banyuasin.

Data yang terekam satelit pada 12 September 2015, ada 374 titik hotspot yaitu di Kabupaten Muba sebanyak 195 titik, Kabupaten Ogan Komering Ilir 138 titik, Kabupaten Banyuasin 11 titik, Kabupaten Musi Rawas dan Lahat 9 titik, Kabupaten Musi Rawas Utara 3 titik dan Kabupaten Ogan Ilir 1 titik.

Namun, jumlah titik hotspot ini berkurang drastis setelah pada 11 September 2015 lalu, 1.050 prajurit TNI memadamkan kebakaran dari darat.

"Berkurang jauh setelah diterjunkan ribuan TNI pada Jumat lalu. Dari 764 titik hotspot pada Jumat, sudah berkurang 390 titik pada Sabtu lalu. Pemadaman darat ini sangat efektif mengurangi kebakaran lahan," jelas Taufik.

Tapi, ada beberapa titik hotspot permanen yang terekam, yaitu di desa Banyu Lincir Kabupaten Musi Banyuasin, Desa Air Sugihan dan desa Pampangan di Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Menurut Taufik, ada banyak faktor yang membuat pemadaman kebakaran menjadi kurang maksimal. Antara lain tidak sebandingnya jumlah regu pemadam dengan rasio lahan yang terbakar dan proses TMC yang kurang maksimal karena tidak didukung oleh potensi awan.

Selain itu, jumlah dua unit heli untuk water boombing yang bergantian digunakan untuk Sumsel dan Jambi yang menghambat proses pemadaman, izin perjalanan dari Kementrian Perhubungan serta sulitnya menjangkau daerah lahan gambut.

"Untuk itulah kita berharap agar usulan penambahan heli water boombing bisa segera diwujudkan, dana operasionalnya juga bisa ditambah," ucap Taufik. (Sun/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini