Sukses

Sidak Bulog, Mensos Khofifah Temukan Beras Lama Belum Tersalurkan

Khofifah sangat menyayangkan sistem distribusi yang tidak tepat sehingga beras itu dibiarkan menumpuk di gudang Bulog.

Liputan6.com, Bojonegoro - Saat sidak di gudang beras Bulog di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menemukan sejumlah stok beras lama yang belum tersalurkan. Bahkan beras stok bulan April itu masih tertumpuk di gudang.

Khofifah sangat menyayangkan sistem distribusi yang tidak tepat sehingga beras itu dibiarkan menumpuk di gudang Bulog. Sistem distribusi yang tepat perlu dilakukan agar kualitas beras tak menurun karena penyimpanan yang terlalu lama.

"Sistem FIFO harus diterapkan. First In First Out. Yang masuk paling dulu ya itu yang harus keluar. Tidak ditumpuk lama seperti ini. Karena bisa saja yang atas itu keluar lebih dulu, dan tumpukan bawah terbengkalai," ujar Khofifah di gudang beras Bulog Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu (5/9/2015).

Sistem FIFO yang dipaparkan Khofifah diyakini dapat menanggulangi tereduksinya kualitas beras yang sudah baik. Ia tidak ingin ada beras kualitas rendah disalurkan ke masyarakat.

"Jika sistem FIFO tidak dijalankan, beras yang kualitasnya medium dapat tereduksi. Jadi buruk kualitasnya ketika diterima masyarakat. Kalau masyarakat terima beras kurang baik, satu kali 24 jam bisa ditukar," lanjut dia.

Mensos Khofifah Indar Parawansa. (Liputan6.com/Richo Pramono)

Bukan tanpa sebab Khofifah sebagai Menteri Sosial melakukan sidak ke gudang beras Bulog. Ia mengatakan bahwa penyaluran beras miskin atau raskin yang namanya ia inisiasi menjadi rastra atau beras untuk masyarakat sejahtera menjadi tanggung jawab kementeriannya.

"KPA atau kuasa pemegang anggarannya itu Kemensos. Monitoring dan evaluasinya juga Kemensos. Makanya saya advice ke lapangan untuk sidak ini. Termasuk di dalam itu stok berasnya. Saya harap rastra dapat dibagi pada minggu ketiga dan keempat September ini," ujar dia.

Genjot Produksi Beras

Ia juga meminta Pemerintah Kabupaten Bojonegoro terus menggenjot produksi beras agar berkontribusi memenuhi kebutuhan beras nasional.

"Masa 18 tahun kita impor beras terus. Di NTT itu beras lebih fresh daripada di Jawa karena prosesnya singkat sampai di masyarakat. Jenengan (anda) naikkan terus produksinya," kata Khofifah saat berdialog dengan Bupati Bojonegoro Suyoto.

Instruksi ini langsung diterima Suyoto. Dia mengatakan produksi beras di wilayahnya tidak terpengaruh dengan musim kemarau yang berkepanjangan karena telah menerapkan strategi khusus dengan Dinas Pertanian terkait.

"Kita kekeringan masih bisa panen bu. Kita manfaatkan sungai yang ada. Dan kita antisipasi dengan 400 embung. Lahan yang tidak terselamatkan, hanya dalam waktu 2 minggu langsung kita putuskan untuk ganti tanaman. Jadi 45 sampai 50 hektare lahan yang kering masih bisa produksi dengan tanaman lain," ujar Suyoto menjawab arahan Khofifah. (Ali/Nda)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini