Sukses

DNA Tidak Cocok, Pria asal Xinjiang Bukan Bomber Bangkok

Spekulasi etnis Uighur berada di balik pengeboman, gugur. Insiden ini masih menyimpan misteri dalang peledakan yang mematikan itu.

Liputan6.com, Bangkok - Tim Forensik Kepolisian Bangkok gagal menemukan kesamaan asam deoksiribonukleat atau DNA antara dua pria yang sebelumnya ditangkap oleh tim aparat keamanan. Temuan ini segera meruntuhkan spekulasi polisi, siapa pria keturunan Turki dan pria pemegang paspor China ini.

Kedua orang ini ditangkap di dua kesempatan berbeda. Penangkapan pertama dilakukan setelah Polisi Thailand menyerbu sebuah apartemen di Distrik Nong Chok pada 29 Agustus lalu. Pria berpaspor Turki ditemukan bersama sejumlah peralatan bahan-bahan peledak dan lusinan buku paspor yang diduga palsu.

Penangkapan kedua dilakukan pada Selasa 1 September lalu di perbatasan Thailand dan Bangkok. Seorang pria pemegang paspor China atas nama Yusufu Mieraili berasal dari Xin Jiang dibekuk polisi.

Pria ini diduga adalah pelaku utama peledakan atau pria berbaju kuning yang meletakkan tas ransel berisi bom pada 17 Agustus lalu. Bom itu menewaskan 20 orang, sementara 125 luka. Polisi meyakini ada kecocokan sidik jari antara pria ini dengan material sisa ledakan di Kuil Erawan. Adapun ledakan ini adalah insiden paling mematikan di Bangkok.

"Tidak ada bukti yang memastikan bahwa pria yang kami tangkap di perbatasan Thailand dan Kamboja adalah pria berbaju kuning pelaku peledakan," kata juru bicara kepolisian Prawut Thawornsiri, seperti dikutip dari Reuters.

Temuan ini meruntuhkan teori yang selama ini beredar. Junta militer berspekulasi bahwa pelaku adalah geng penyelundup manusia yang kecewa dengan perilaku polisi yang telah membubarkan demonstrasi mereka pada Juli lalu. Pemerintah menolak kemungkinan pelaku adalah grup militan. Insiden ini masih diselimuti misteri, siapa dalang pengeboman itu.

Kalau saja DNA mereka cocok, hal ini akan memperkuat penyelidikan polisi yang selama ini berdasarkan spekulasi, yaitu pengeboman merupakan balas dendam oleh simpatisan Uighur yang berbicara bahasa Turki dari Xinjiang.

Pada Juli lalu, Thailand mendeportasi 109 orang etnis Uighur ke China. Selain itu, polisi telah menetapkan dua tersangka lain yang diyakini berada di Turki. Mereka adalah Wanna Suansan, perempuan warga negara Thailand dan suaminya Emrah Davutoglu warga negara Turki. (Rie/Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini