Sukses

Buwas: Kasus Pelindo II Libatkan Orang Penting

"Sekarang saya tahu petanya dari A sampai Z. Ada keterlibatan orang-orang penting. Jadi mereka tidak nyaman," imbuh Buwas.

Liputan6.com, Jakarta - Kabareskrim Polri Komjen Budi Waseso atau Buwas mengakui kasus mobile crane di PT Pelindo II bukan kasus sederhana. Saat penyelidikan, banyak nama orang-orang penting negeri ini yang mencuat.

Diduga, sejumlah pemangku kepentingan pemerintahan terlibat dalam kasus ini. "Kasus Pelindo II tidak sesederhana ini dan bermuara pada kerugian negara yang cukup fantastis. Ini sudah berlangsung cukup lama. Kenapa semua 'kepanasan'? Karena memang ada kepentingan," ungkap Buwas di SCTV Tower, Senayan, Jakarta, Kamis (3/9/2015).

"Sekarang saya tahu petanya dari A sampai Z. Ada keterlibatan orang-orang penting. Jadi mereka tidak nyaman," imbuh Buwas.

Buwas menjelaskan, berdasarkan data penyidik dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), terdapat proses pengadaan barang yaitu mobile crane yang tidak sesuai prosedur.

Hasil penyelidikan di lapangan juga menemukan fakta senada. Mobile crane yang disediakan PT Pelindo II untuk kegiatan angkut peti kemas tidak sesuai kebutuhan lapangan.

"Ternyata mobile crane yang sekarang kekuatannya 45 ton. Standar spek untuk pelabuhan adalah yang mampu mengangkat beban 65 ton. Ternyata perencanaan pengadaan barangnya tidak benar karena tidak sesuai dengan kebutuhan," jelas Buwas.

Alhasil ada 10 unit crane berdaya angkat 45 ton yang tidak digunakan. Buwas membeberkan, pabrik mobile crane yang bekerjasama dengan Pelindo II adalah pabrik baru yang dibangun 2 tahun lalu.

Padahal aturan dari prosedur pengadaan mobile crane, produsen yang digandeng haruslah pabrik berpengalaman minimal 5 tahun di bidang alat berat.

"Saya akan kirim tim ke China untuk menelusuri pabriknya. Data kami, aturannya pabrik produsen punya pengalaman 5 tahun dalam pembuatan barang itu. Dan yang kami ketahui, pabrik yang bekerjasama dengan Pelindo II tidak punya pengalaman untuk memproduksi barang itu, bahkan baru 2 tahun berdiri," beber Buwas. (Ron/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini