Sukses

Menengok Sarang Komodo di Pulau Rinca dan Loh Liang

Komodo yang berada di Pulau Rinca dianggap lebih ganas.

Liputan6.com, Labuan Bajo - Taman Nasional (TN) Komodo yang terletak di Labuan Bajo, Manggarai Barat di Kepulauan Flores, menjadi satu-satunya rumah bagi ribuan spesis Komodo. Si Naga Purba, dinosaurus terakhir yang hidup di bumi saat ini.

Liputan6.com yang berkesempatan mengunjungi TN Komodo pada Selasa (1/9/2015), mengamati bagaimana induk komodo hidup dan berupaya melindungi telur-telurnya yang sedang dieram di sarang. Karena hidup liar, para pengunjung di sana sangat diwanti-wanti agar tak mendekat saat menemui sarang komodo.

Salah seorang Natural Guide bernama Ramli, yang mendampingi para pengunjung di Pulau Rinca mengatakan, karena hidup di alam bebas, komodo di taman nasional tersebut tak kehilangan insting liarnya. Oleh sebab itu, ada beberapa larangan yang harus ditaati para pengunjung saat berkeliling di sana.

"Komodo di sini berbeda dengan yang di kebun bintang. Mereka di sini hidup liar. Makanya para turis diminta untuk tidak melakukan gerakan-gerakan yang dapat memprovokasi mereka untuk mendekat, seperti mengayun-ayunkan tas dan bersuara terlalu keras," ucap dia.

Di antara dua pulau, yaitu Pulau Komodo dan Pulau Rinca, komodo yang berada di Pulau Rinca dianggap mempunyai tingkat keganasan yang lebih tinggi. Mereka dapat saja menyerang para pengunjung.

Namun tenang saja, para Natural Guide yang sudah berpengalaman akan mendampingi para traveler yang datang. Tiap 5 orang pengunjung, biasanya aakan didampingi satu pemandu.

"Walau mereka liar namun mereka tidak akan menyerang bila tidak dipancing, seperti gerakan mengayun-ayun dan bersuara berisik," kata dia.

Selain itu ada pula hal yang harus diperhatikan bagi para traveler perempuan saat berkunjung. Karena reptil tersebut mempunyai penciuman yang sensitif, wanita yang sedang menstruasi diminta untuk melapor kepada Natural Guide.

"Komodo dapat mencium bau hingga radius 5 kilometer, dan mereka sangat suka bau amis atau darah. Namun jangan khawatir, perempuan menstruasi tetap dapat masuk, tentu akan mendapat pengawasan lebih, karena itu diminta melapor," kata dia.

Loh Liang

Selain di Pulau Rinca, ribuan komodo juga dapat dijumpai di Pulau Komodo. Tempat tersebut oleh penduduk lokal juga disebut dengan Loh Liang.

Loh Liang sendiri, dalam bahasa Labuan Baju berarti Teluk Lobang. Dinamakan demikian, karena di pulau tersebut banyak ditemukan sarang-sarang Komodo yang berbentuk lubang.
‎
Yang menarik, lubang yang dalamnya bisa mencapai 3 sampai meter dengan diameter 40 sentimeter itu tidak hanya satu, namun bisa empat hingga 4.

"Tetapi yang digunakan untuk tempat tinggal dan bersarang hanya satu lubang. Lubang lainnya dibuat untuk berkamuflase saja," ucapnya.
‎
Menurut Ramli, terdapat 3 model sarang komodo yaitu tipe gundukan, sarang bukit, dan sarang tanah. Sarang yang dilewati turis di Pulau Rinca kebanyak berupa sarang tanah.

"Ada beberapa lubang yang kedalamannya bisa mencapai 2-3 meter. Di situlah komodo betina menaruh telur mereka," ucapnya. ‎

Musim kawin komodo terjadi sekitar bulan Juli-Agustus, sebulan setelah itu komodo betina meletakkan telurnya. Seekor komodo betina kata Ramli dapat menghasilkan telur sampai lebih dari 30 butir dalam satu musim.

Telur-telur tersebut kata dia, akan menetas sekitar 6 bulan setelah dikubur dalam sarangnya, yaitu sekitar bulan Februari atau Maret tahun berikutnya.

Untuk menyusuri Loh Liang, wisatawan dapat memilih jalur pendek atau sekitar 1 kilometer, jalur sedang atau sekitar 2 kilometer atau jalur yang jauh atau 4 kilometer.

Populasi komodo di Loh Liang ini, sekitar 2.219 ekor. Sementara rusa sebagai makanan utama mereka cukup berlimpah. Hal ini untuk mengantisipasi agar komodo-komodo itu tak menyerang manusia.

Saat menyusuri kehidupan liar komodo itu, pemandu lokal akan menerangkan bagaimana kehidupan komodo ini.

"Komodo nggak makan setiap hari, dia hanya makan sekali sebulan. Ketika dia makan rusa dan babi hutan dia memakan dengan tulang-tulangnya, dan pencernaan komodo lama," kata salah satu pemandu lokal di Loh Liang bernama Ishak. ‎

Biasanya, kata dia, ketika dia mengincar mangsanya yang besar, Naga Purba ini mengigitnya terlebih dahulu. Setelah digigit, air liur yang mengandung banyak bakteri itu pelan-pelan akan membunuh si mangsa.

"Beberapa jam mangsa itu akan mati dan komodo siap memakan bangkai tersebut," pungkas Ramli. (Tnt/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.